Lompat ke konten
lomba blog nasabah bijak

Seminggu yang lalu, saya mendapat teror dari orang yang mengaku sebagai debt collector. Minggu pagi saya nyaris cedera karena dia memaksa saya menghubungi seseorang bernama Bunda Nita. Katanya, Bunda Nita ada masalah kredit macet dari salah satu bank. Saya tidak percaya. Dari caranya menjelaskan pokok masalah, saya menduga dia adalah penipu online Kenal saja tidak, kenapa saya yang harus repot menagih? Saya pun memblokir nomornya. Eh, dia terus menelepon saya dengan 7 nomor berbeda. Duh! Ini sudah 2022, lho. Apa tidak sayang dengan masa depan, kok masih saja ada yang bermain api dengan masalah keuangan?

Si debt collector mengatakan bahwa nomor saya dijadikan jaminan oleh seorang bernama Bunda Nita. Menurut dia, Bunda Nita ini punya anak bernama Kanaya yang satu sekolah dengan anak saya. Padahal, saya tidak kenal dengannya dan di kelas anak saya tidak ada yang bernama “Kananya”. Sebuah kebohongan yang mudah saya deteksi.

Saya mulai curiga ketika debt collector mulai bertanya hal privasi seperti soal penjemputan anak. Menyeramkan sekali! Setelah cross check dengan bantuan sejumlah teman, ternyata memang ada dua orang yang namanya Bunda Nita dengan anak bernama Kanaya. Namun, tidak satu jenjang dengan anak saya. Yang lebih mencengangkan lagi, tidak ada satu pun dari Bunda Nita yang menjadi “terduga” ini memiliki kredit macet di bank. Nah!

Saya tidak menyangka bahwa upaya penipuan yang sering saya baca melalui utas di Twitter, akhirnya mampir juga ke smartphone saya. Ini mengingatkan saya sekali lagi bahwa penting sekali menjadi nasabah bijak. Tujuannya agar saya bisa menghindarkan diri, keluarga, orang lain dari ancaman kerugian finansial di era digital. Selain itu, menjadi #NasabahBijak juga memudahkan saya untuk memilah dan memilih, mana saja instrumen finansial yang cocok dengan kebutuhan dan kondisi. Menurut saya, perihal keamanan dan kenyamanan bertransaksi itu bukan tugas lembaga keuangan semata.

penyuluh digital
SI Penipu meneror saya berulang kali melalui nomor yang berbeda-beda.
Pada era digital seperti ini, semua orang perlu memahami cara melindungi diri dari berbagai tantangan di dunia literasi keuangan digital. Anggap saja ini cara sederhana untuk menyayangi diri dan masa depan kita nanti.

Pada tulisan ini, saya akan bercerita tentang upaya saya menjadi Nasabah Bijak sekaligus sebagai Penyuluh Digital. Ini bukan pertama kalinya saya menulis tentang pengalaman saya dalam dunia finansial. Kamu bisa menemukan sejumlah tulisan saya yang lain tentang keuangan, seperti yang berjudul “Resep Cerdas Bertransaksi Digital”

Secara khusus, tulisan ini berisi mengenai cara saya mengelola keuangan pribadi dan keluarga, tentang metode B-I-J-A-K yang telah saya terapkan, serta sejumlah kiat yang bisa saya bagikan agar kita semua tetap aman bertransaksi di era digital. Baca sampai tuntas ya, saya yakin ada manfaat yang bisa kamu ambil dari tulisan ini, terutama manfaat tentang literasi keuangan.

Fondasi Keuangan Sehat,

Masa Depan Cerah dan Kuat

Sebelum kita bicara tentang bagaimana melindungi uang kita, baik berupa tabungan maupun aset, saya ingin memulai dengan mengecek terlebih dahulu kesehatan keuangan kita. Sebab, ini adalah hal yang paling dasar dan sederhana. Menurut Center for Financial Services Innovation (CFSI), setidaknya terdapat empat komponen utama untuk menentukan kesehatan keuangan yang tidak sehat yaitu dari pengeluaran, tabungan, pinjaman, dan perencanaan keuangan.

Sementara itu, ada pula 8 (delapan) tanda keuangan kita kurang sehat. Mulai dari pengeluaran yang lebih banyak dari pendapatan, tidak membayar tagihan tepat waktu, tidak memiliki dana darurat, hingga tidak memiliki perencanaan keuangan. Kedelapan aspek ini dapat kamu lihat di bawah ini:

Tanda Keuangan yang Tidak Sehat Menurut OJK

Pengeluaran > Pendapatan

Seperti peribahasa yang saya pelajari di Sekolah Dasar, karakter keuangan yang "besar pasak daripada tiang" ini sering menjadi masalah. Sederhana saja, kalau pengeluaran kita lebih besar daripada pendapatan, biasanya itu menunjukkan perilaku konsumtif, gaya hidup yang berlebihan, dan beban utang yang besar.

Memiliki Rasio Utang yang Tinggi

Utang dapat memberikan manfaat jika dikelola dengan baik oleh. Akan tetapi, harus kita cek terlebih dahulu apakah rasio utang terhadap pendapatan sudah sehat atau belum. Kita perlu menghitung proporsi utang dengan pendapatan. Kalau rasio utang terhadap pendapatan kurang dari 30%, maka kesehatan keuangan kita sudah baik. Namun, kalau lebih dari 30%, maka keuangan kita masih belum sehat.

Tidak Membayar Tagihan Bulanan Tepat Waktu

Dalam pembukuan ada istilah fixed cost atau biaya yang sudah tetap. Seperti SPP sekolah, biaya listrik, air, internet rumahan, serta pengeluaran untuk makan. Nah, seringkali ada batas waktu tertentu dalam pembayaran. Kalau sering menunggak atau terlambat, tentu ada yang tidak beres dalam keuangan bulanan.

Memiliki Kredit Macet

Kredibilitas kita dalam melunasi setiap pinjaman juga penting untuk selalu kita perhatikan. Kredibilitas ini umumnya dilihat dari seberapa baik credit score seseorang. Riwayat credit score yang buruk akan menyulitkan kita dalam mendapatkan pinjaman di kemudian hari. Jadi, pastikan kita selektif ketika akan mengajukan pinjaman serta berkomitmen dalam melunasi setiap pinjaman yang kita ajukan, ya! Ini semua untuk kebaikan diri kita juga, kok.

Tidak Memiliki Dana Darurat

Dana darurat adalah simpanan yang memiliki likuiditas tinggi seperti tabungan untuk mengatasi biaya tidak terduga seperti terkena PHK dan terkena musibah turunnya pemasukan akibat tengah pandemi Covid-19. Menurut OJK, dana yang perlu kita siapkan minimal sebesar 6 bulan pengeluaran. Besaran ini tentu bisa sangat variatif, ya.

Tidak Memiliki Asuransi

Dalam perencanaan keuangan, kesehatan keuangan dapat dinilai salah satunya dari kepemilikan asuransi. Memiliki asuransi bermanfaat sebagai "bantalan empuk" bagi kita untuk menghadapi situasi yang tidak terduga. Situasi ini bisa berupa kebutuhan kesehatan yang mendesak, kebakaran, dan kecelakaan. Memiliki asuransi, minimal asuransi kesehatan, bisa sangat bermanfaat dan mengindarkan kita dari beban finansial yang terlalu tinggi akibat peristiwa tak terduga.

Tidak Memiliki Dana Pensiun / Tabungan / Aset

Dana pensiun sering sekali disepelekan oleh sebagian orang. Padahal ini perlu kita siapkan sejak usia produktif saat masih muda. Besaran dana pensiun dapat kita sesuaikan dengan perkiraan kebutuhan dan kondisi kita di masa depan. Penting juga untuk giat menabung serta memiliki aset jangka panjang.

Tidak Punya Perencanaan Keuangan

Zaman sudah berubah. Kalau orang zaman dulu seringkali menyimpan tabungan dengan bentuk emas dan aset properti. Sekarang, sudah banyak instrumen investasi yang aman dan legal. Bahkan, kita juga bisa menyesuaikan dengan peruntukan untuk masa depan. Siapkan dari sekarang, demi menyambut masa depan yang tenang dan penuh semarak kebahagiaan.

Tidak memiliki siklus keuangan yang sehat membuat kita semakin rentan menjadi target kejahatan siber. Mengapa bisa demikian?

Kemudahan di era digital ini membuat kita bisa mendapatkan apa saja. Bahkan untuk mendapatkan pinjaman secara online, kita hanya perlu mengunggah dokumen pribadi, seperti, KTP, KK, NPWP, dan slip gaji. Secara keseluruhan, bisa jadi proses sejak awal pengajuan hingga dana sampai ke tangan nasabah hanya perlu waktu kurang dari 24 jam.

Akibatnya, beberapa orang cenderung menjadi konsumtif dan mudah untuk tergiur produk keuangan. Tidak memiliki perencanaan keuangan yang baik, juga akan membuat kita mudah tertipu dengan penawaran yang too good to be true terutama ketika sedang tertimpa musibah. Semudah itu kita menerima penawaran tanpa mencermati terlebih dahulu beberapa pertimbangan penting seperti:

  1. apakah produk tersebut legal?
  2. apakah sudah sesuai dengan kebutuhan keuangan saya?
  3. mampukah saya berkomitmen dengan produk tersebut?
  4. sejauh apa data pribadi saya dimanfaatkan? dan sejumlah pertanyaan penting lainnya.

Berbagai Tantangan Keuangan Masa Depan

Dalam bisnis, keuangan itu bagai jantung bisnis. Kalau kita mau berinvestasi pada suatu perusahaan pun, kita pasti membaca laporan keuangan mereka, kan? Begitu pula dalam keluarga serta dalam diri kita masing-masing sebagai individu. Kesehatan serta keputusan keuangan hari ini akan berpengaruh pada bagaimana kehidupan kita di masa depan nanti.

World Economic Forum (WEF) melakukan survei pada 2020 tentang kejadian-kejadian yang dinilai responden bisa mengancam dunia dalam 1-2 tahun ke depan. Mulai dari penyakit menular, krisis mata pencaharian, gagalnya keamanan siber, hingga kerusakan lingkungan. Data lengkapnya dapat kamu lihat di bawah ini.

Masih terkait dengan tantangan dalam hal keamanan siber, Katadata juga merilis bahwa penipuan online merupakan salah satu kejahatan yang banyak dilaporkan. Sejak 2016 hingga September2, sebanyak 7.047 kasus penipuan online dilaporkan. Apabila dirata-rata, ini berarti terdapat 1.409 kasus penipuan online tiap tahunnya.

Modusnya pun beragam. Mulai dari rekayasa sosial (social engineering), menjual produk di bawah harga pasar (salah satu ciri-ciri yang too good to be true), dan memakai akun palsu. Memang terdengar mengerikan, tetapi, kabar baiknya adalah kita dapat mengontrol hal-hal yang dekat dan mudah kita kendalikan. Salah satunya adalah bertransformasi menjadi Nasabah Bijak.

Literasi Keuangan Masyarakat Indonesia

Saat Ini

Menurut KBBI, “nasabah” adalah orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank (atau urusan lain dalam hal keuangan). Secara singkat, nasabah bisa juga berarti pelanggan pada suatu bank. Sementara kata “bijak” menurut KBBI berarti selalu menggunakan akal budinya, pandai, atau mahir.

Melalui sumber ini, kita jadi bisa menyatukan arti “Nasabah Bijak” sebagai seorang pelanggan yang cermat dalam melakukan transaksi keuangan atau hal lain yang berhubungan dengan bank.

lomba blog nasabah bijak

Dengan begini, sebelum menjadi nasabah bijak berarti kita perlu mengetahui kebutuhan keuangan kita, kondisi finansial, dan memahami bagaimana cara terbaik untuk mengelolanya. Menjadi nasabah bijak membuat seseorang juga perlu belajar mengenai literasi finansial.

Pertanyaan selanjutnya: bagaimana literasi keuangan di Indonesia saat ini?

Menurut OJK, literasi keuangan merupakan pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan.

Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2019 yang dilakukan oleh OJK, tingkat literasi keuangan di Indonesia mencapai 38,03%. Ini juga berarti bahwa setiap 100 orang penduduk terdapat sekitar 38 orang yang well literate. Kendati sekilas terlihat tidak begitu besar, angka ini sudah patut kita apresiasi dan kita dorong lagi agar meninggi. Angka tahun 2019 ini juga sudah mengalami peningkatan sebesar 8,33% dibandingkan tahun 2016.

Berikut adalah beberapa data yang mencerminkan kondisi literasi keuangan masyarakat Indonesia. Data ini saya ambil dari Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) Tahun 2021-2025 dari OJK.

Melalui data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa indeks literasi keuangan di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Apabila berbicara tentang literasi keuangan, ternyata ada sejumlah hal yang mempengaruhi, seperti usia, jenjang pendidikan, pekerjaan, hingga pendapatan. Semakin tahun, gap atau kesenjangan literasi keuangan antara perempuan dan laki-laki juga terus menurun. Ini kabar yang menggembirakan!

Tentunya hal ini perlu kita dukung bersama. Pada satu sisi, ada pemerintah dan lembaga perbankan yang terus menerus memberikan atensi dan prioritas pada peningkatan literasi keuangan masyarakat Indonesia. Pada sisi kita sebagai pengguna, kita juga perlu peduli pada diri sendiri dengan cara menjadi Nasabah Bijak.

lomba blog nasabah bijak

Yuk, Kita Menjadi

Nasabah B-I-J-A-K!

Saat ini, ada yang namanya Gerakan Nasabah Bijak yang merupakan sebuah wadah komunitas dengan tujuan memberikan literasi keuangan kepada masyarakat Indonesia mengenai bagaimana mengelola uang, melunasi hutang, suku bunga, asuransi, tabungan pensiun, pajak, serta produk keuangan seperti kredit dan pinjaman serta memberikan edukasi tentang bermacam kejahatan siber di sektor perbankan dan bagaimaca cara untuk mencegahnya.

Saya memiliki cara tersendiri dan membuat kata BIJAK menjadi sebuah akronim yang mudah untuk diingat. Berikut detailnya:

B = Budgeting

Dalam Bahasa Inggris, budgeting berarti penganggaran. Dalam istilah finansial, budgeting merupakan proses membuat rencana anggaran dana untuk membelanjakan uang yang kita miliki. Gunanya adalah untuk mengetahui apakah kita sudah memiliki cukup uang untuk membeli barang atau jasa tertentu. Proses budgeting ini membantu kita agar tidak impulsif atau bertindak tergesa-gesa dalam membelanjakan uang kita. Budgeting dapat membantu kita menilai ulang apakah barang atau jasa itu termasuk yang penting banget, atau bisa kita tunda, atau ternyata kita tidak perlukan sama sekali.

I = Insurance

Insurance berarti asuransi dalam Bahasa Indonesia. Asuransi dalam dunia keuangan merupakan hal yang penting untuk kita miliki dalam aspek manajemen risiko. Paling tidak, kita memiliki asuransi kesehatan, bisa kita beli secara mandiri dan bisa juga bergabung dengan fasilitas kantor. Saat ini ada berbagai macam asuransi yang tersedia, ada yang dari swasta maupun dari pemerintah. Dalam literasi keuangan, asuransi kesehatan itu merupakan kebutuhan yang paling dasar. Tujuanya adalah untuk memberikan bantalan empuk ketika ada kejadian yang tidak kita kehendaki. 

J = Jangka Panjang

Jangka panjang yang saya maksud di sini adalah investasi jangka panjang. Ada berbagai produk investasi jangka panjang yang dapat kita pilih dan kita sesuaikan dengan kondisi serta tujuan keuangan masing-masing. Kalau saya pribadi memiliki dua produk yakni saham dan emas. Keduanya berbeda dan memiliki manfaat masing-masing yang mendukung tujuan keuangan saya dan keluarga. Produk keuangan jangka panjang akan sangat bermanfaat untuk rencana yang kita memiliki beberapa tahun lagi, seperti menikah, memiliki anak, sekolah anak, membeli rumah, hingga hari tua.

A = Aman

Kata “aman” dalam KBBI berarti merasa bebas dari gangguan dan bahaya. Ini bisa juga berarti adanya risiko gangguan yang lebih terkendali. Dalam dunia finansial, keamanan ini nomor satu. Aspek keamanan memberikan perlindungan konsumen dalam risiko kejahatan siber yang mengintai. Memang aspek ini utamanya menjadi tanggungjawab lembaga keuangan. Akan tetapi, kita sebagai nasabah juga harus paham langkah aman yang dapat kita lakukan untuk proteksi keuangan diri. Lebih lanjut akan saya jelaskan di bawah, ya.

K = KELOLA

“Sebelum kita belajar mengelola uang, kita harus punya uangnya dulu!” Kira-kira seperti itu kalimat yang saya temukan di Twitter setiap ada utas tentang pengelolaan keuangan. Saya pun sepakat, untuk itu pada tahap pertama, yang saya anjurkan adalah budgeting atau penganggaran. Nah, apabila semua tahapan di atas sudah kita lakukan, saatnya kita menerapkan pengelolaan keuangan yang baik dan secara berkelanjutan. Caranya bisa dengan:

  1. Selalu menyiapkan anggaran dan pencatatan keuangan
  2. Menghindari utang konsumtif
  3. Memprioritaskan untuk menabung dan berinvestasi
  4. Menganggarkan untuk amal dan kegiatan sosial. 
  5. Memiliki rencana masa depan.

Kamu juga dapat mendapatkan tips lainnya dengan mengikuti dan mendukung gerakan #NasabahBijak melalui media sosial Nasabah Bijak di bawah ini:

lomba blog nasabah bijak

Kiat Melindungi Diri

Dari Kejahatan Siber

Tahukah kamu bahwa kejahatan siber berupa penipuan online menjadi kejahatan yang paling banyak dilaporkan pada tahun 2019?

Ini fakta, lho. Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri menerima 3.130 laporan kasus kejahatan siber sepanjang Januari-Juli 2019. Dari tiga-ribuan kasus tersebut, laporan mengenai penipuan online paling mendominasi, yakni sebanyak 1.243 kasus.

Selain itu, masyarakat melaporkan kejahatan siber berupa penyebaran konten provokatif (1.136 kasus), pornografi (198 kasus), akses ilegal (153 kasus), dan peretasan sistem elektronik (126 kasus). Saya berspekulasi bahwa kejahatan penipuan online menjadi yang paling banyak dilaporkan karena terkait dengan uang. Memang dunia digital menawarkan kemudahan dalam berbagai hal, sayangnya, termasuk juga kemudahan dalam melakukan penipuan online.

Suka atau tidak, inilah dampak buruk dari digitalisasi. Dampak buruk ini sudah sepaket dengan kebaikan dunia digital. Kita tidak bisa menolaknya. Namun, yang dapat kita kontrol adalah cara kita dalam menyikapi dan menekan risiko menjadi korban kejahatan siber. 

Hal lain yang membuat kita harus lebih semangat untuk belajar melindungi diri dari kejahatan siber adalah karena menurut data National Cyber Security Index (NCSI), keamanan siber Indonesia berada di peringkat ke-6 Asia Tenggara. Sedangkan secara global, Indonesia menduduki peringkat ke-83 dari 160 negara.

Dengan indikator tersebut, NCSI menilai Indonesia memiliki skor 38,96 dari 100 dalam hal keamanan siber. Angka itu jauh di bawah skor negara-negara tetangga.

Laporan Kejahatan Siber Tahun 2019​
0
skor keamanan siber indonesia
0
peringkat keamanan siber di ASEAN
0

Setahu saya, Indonesia sedang berupaya untuk meningkatkan proteksi dari berbagai ancaman siber. Tentu prosesnya akan sangat lama, karena lingkup kerjanya sangat luas. Sembari membersamai negara yang berbenah, kita juga bisa sigap melindungi diri dari kejahatan siber yang mengintai.

Jika kita mau melindungi diri dengan menjadi Nasabah Bijak mulai dari hari ini, sesungguhnya kita tidak sendiri! Berdasarkan statistik layanan konsumen OJK per 1 Januari 2013 sampai dengan 30 September 2021, ada kenaikan tren layanan konsumen OJK. Layanan yang diminta oleh masyarakat ini ada yang berupa pertanyaan, informasi, hingga pengaduan. Ini menjadi temuan yang menarik seiring dengan meningkatnya indeks literasi dan iklusi keuangan masyarakat Indonesia.

Sayangi Diri dengan Menjadi #NasabahBijak Sekarang Juga!

Kini, saya akan membagikan kiat untuk melindungi diri dari kejahatan siber. Khususnya dari kejahatan siber yang berkaitan dengan keuangan. Beberapa tips di sini saya ambil dari Forbes.com serta dari pengalaman saya pribadi.

  • Terdengar Mencurigakan? Lekas Putus Sambungan!

    Seringkali penipu menghubungi calon korban melalui berbagai kanal komunikasi, seperti telepon, WA, email, hingga media sosial. Apabila kamu mendengar ada yang mencurigakan seperti meminta kode OTP (one time password), memberi ucapan selamat atas acara yang tidak pernah kita ikuti, hingga meminta data diri.

  • Waspadai Akun Palsu dan Baca Deskripsi Kontak Bisnis

    Setahu saya, penipu online gemar sekali "cosplay" atau menirukan lembaga resmi. Mereka pun akan memakai foto dan nama seperti lembaga asli. Kuncinya adalah lembaga yang asli pasti memiliki "centang" resmi dari aplikasi WhatsApp atau media sosial. Selain itu, baca pula deskripsi pada kontak bisnis. Teliti lebih lanjut, terlihat mencurigakan atau tidak.

  • Jangan Percayai Penawaran yang “Too Good To Be True”

    Maksud dari Too Good To Be True itu adalah penawaran yang kayaknya enak banget untuk kita. Ibaratnya, kita bisa dapat hasil maksimal dengan modal nol rupiah. Terdengar sangat mustahil, bukan?

  • Hindari Tautan yang Mencurigakan, Bisa Saja Phising.

    Saya pernah mendapat tautan aneh di akun marketplace dan e-mail. Saya langsung mengetahui maksud dari si pengirim, yakni phising. Phising adalah upaya untuk mendapatkan data pelanggan dengan mengelabui. Proses mengelabui ini bisa berupa link yang apabila kita buka, dengan cepat data pada akun seperti email, password, dan data sensitif lainnya, langsung beralih ke hacker.

  • Hindari Memakai Ulang Kata Sandi

    Jika memungkinkan, gunakan password yang berbeda pada setiap akun banking dan media sosial kita. Tujuannya untuk keamanan, tentu saja. Agar tidak lupa, pastikan kita mencatat kata sandi agar tidak menyulitkan diri sendiri.

  • Jangan Berbagi Data Pribadi Berlebihan

    Di era media sosial seperti ini, pasti senang sekali bisa membagikan hal-hal yang menarik pada diri kita. Namun, perhatikan sejumlah perihal sensitif yang menyangkut keamanan diri dan keluarga yang sebaiknya tidak dibagikan. Misalnya saja, nomor HP, alamat lengkap rumah, foto KTP, sekolah anak, nama lengkap diri dan keluarga, hingga hal-hal yang terlalu detail seperti rutinitas harian.

  • Gunakan Autentifikasi Dua Faktor atau Sejenis

    Biasanya setiap layanan aplikasi memiliki sistem keamanan ekstra yang dapat kita aktifkan. Perbankan pun juga demikian. Bedanya, mereka memerlukan proses verifikasi berlapis dan biasanya membutuhkan kehadiran kita secara fisik. Ada pula yang bisa secara online, namun pastikan sudah menyiapkan dokumen yang diperlukan.

Upaya Maksimal BRI: Lindungi Pelanggan dengan Teknologi Terkini

Seringkali kejahatan siber dalam dunia keuangan juga menimpa pada lembaga perbankan. Sudah sering saya temui berbagai akun palsu yang mengatasnamakan bank tertentu. Salah satu yang sering saya lihat menjadi korban adalah BRI. Tak hanya kita sebagai nasabah saja lho, BRI pun juga merugi!

Saya rasa, beberapa penipu online membuat akun palsu mengatasnamakan BRI karena mereka tahu bahwa BRI merupakan bank yang memiliki basis nasabah luas yang tersebar hingga berbagai pelosok Indonesia. Akan tetapi, hal-hal seperti ini sudah diantisipasi oleh BRI. Beberapa upaya yang telah dilakukan BRI adalah dengan melakukan sosialisasi kepada nasabah agar tidak memberikan username dan password kepada orang lain.

BRI sebagai bank terbesar di Indonesia juga memiliki pusat data atau repository berdasarkan kerjasama perusahaan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pembuatan pusat data tersebut akan diperluas lagi untuk memaksimalkan perlindungan menyeluruh terhadap seluruh pengguna layanan digital BRI, baik yang dilayani oleh perbankan, perusahaan fintech, atau pelanggan marketplace.

Tidak berhenti sampai di sini, BRI juga telah memiliki sejumlah teknologi terkini untuk menangkal pelaku kejahatan siber agar tidak sampai menyentuh dunia privasi pengguna. Beberapa teknologi tersebut antara lain:

CISO

Chief Information Security Officer

CISO

CISO di BRI merupakan organisasi khusus yang dikepalai oleh seorang Chief yang memiliki pengalaman dan keahlian di bidang keamanan siber.

CSIRT

Cyber Security Incident Response Team

CSIRT

CSIRT di BRI merupakanunit kerja di Information Security Desk yang menangani insiden terkait data privasi.

Framework NIST

Identify, Protect, Detect, Recover, Respond)

CISO

BRI telah melakukan pengembangan teknologi keamanan informasi sesuai dengan framework NIST untuk meminimalisir risiko kebocoran data nasabah.

Penutup

Pada awal tulisan, saya telah bercerita tentang pengalaman saya hampir terkena penipuan online. Si penipu memanfaatkan data sekolah anak. Padahal, saya tidak pernah membagikan informasi sekolah anak saya secara publik. Syukurlah dia tidak tahu nama lengkap anak dan kelas anak saya. Betapa mengerikannya! Pada satu sisi, saya bersyukur bahwa upaya saya untuk melindungi diri dan keluarga dari kejahatan siber sangat bermanfaat.

Tulisan ini menjadi komitmen saya sebagai Penyuluh Digital dan saya persembahkan untuk masyarakat Indonesia yang ingin bergegas menjadi Nasabah Bijak dan menyambut masa depan penuh semarak. Rasanya, sudah menjadi kewajiban saya untuk mempublikasikan tulisan mengenai #NasabahBijak sebagai konsekuensi keaktifan saya di dunia digital khususnya blogging. 

Apakah ada kiat mengenai antisipasi kejahatan siber di atas yang telah kamu terapkan?

Hal baru apa yang kamu dapatkan dari tulisan saya? Coba berbagi di kolom komentar, yuk!

Referensi:

Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) Tahun 2021-2025 dari OJK.

https://nasabahbijak.id/

https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10438

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/10/survei-kic-mayoritas-perempuan-berinvestasi-demi-masa-depan

https://www.investopedia.com/terms/f/financial-literacy.asp

https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/20549

https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Strategi-Nasional-Literasi-Keuangan-Indonesia-2021-2025.aspx

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/01/21/ragam-kejadian-yang-bisa-mengancam-dunia-di-masa-depan

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/31/penipuan-online-kejahatan-siber-paling-banyak-dilaporkan

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/07/keamanan-siber-indonesia-peringkat-ke-6-di-asia-tenggara

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/09/11/ribuan-penipuan-online-dilaporkan-tiap-tahun

https://www.ekrut.com/media/budgeting-adalah

https://tradinginvenus.com/view/artikel/jangan-lupakan-piramida-keuangan-pada-setiap-siklus-kehidupan-_419

https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/40733

https://www.forbes.com/sites/forbestechcouncil/2021/08/26/15-smart-ways-consumers-can-protect-themselves-against-cybercrime/?sh=203cb9576bf1

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210326174205-37-233206/begini-strategi-bri-berantas-kejahatan-siber-di-ri

https://news.detik.com/berita/d-6302038/marak-penipuan–kejahatan-siber-ini-upaya-bri-lindungi-data-nasabah

Sumber grafis:

Freepik (artist: rawpixel dan pikisuperstar)

Sumber foto: pribadi

61 tanggapan pada “Sambut Masa Depan Penuh Semarak dengan Menjadi Nasabah B-I-J-A-K”

  1. Saya juga beberapa kali dapat SMS bahkan lewat WA, dengan alasan nomor saya jadi penjamin pengutang. Dan biasanya saya langsung blokir. Tapi kalau terus membombardir dengan 7 nomor berbeda, benar-benar sudah mengganggu ya, Mbak. Tapi harus waspada dan hati-hati. Apalagi itu sudah termasuk kejahatan Siber. Jadi langkah ampuh adalah menjadi Nasabah Bijak.

  2. Dapat SMS atau WA dari pinjol emang bikin kezel minta ampun Mba Nabila. Apalagi pernah pengalaman juga diteror padahal yang minjem tuh salah satu temen yang pernah satu kos dulu. Malesin banget pokoknya mah

  3. Banyak sekali SMS di hp saya yang entah dari mana datangnya. Alhamdulillah tidak pernah saya gubris. Selain itu, sekarang sudah tidak lagi menggunakan SMS untuk berkomunikasi, jadi lumayan mengurangi potensi terkena jebakan. Namun, masih banyak modus lainnya dengan media berbeda. Wah, semoga dijauhkan dari musibah penipuan.

  4. Makin hari modus penipuan online yang mengatasnamakan Bank semakin marak saja.
    Saatnya membentengi diri dengan literasi finansial yang mumpuni agar bisa mendeteksi apabila ha-hal ganjil menimpa kita yang berkaitan dengan rekening kita di Bank

  5. Serem banget ya bun kalau sampai ditelepon berkali” seperti itu.. Untung saja bunda tidak kenal dgn bu Nita itu ya.. Tp org tersebut kok bisa tau ada nama Bu Nita dgn anak Kanaya dsekolah ya.. Berarti kemungkinan ada kbocoran data siswa dsekolah kah? Duh, semoga kita djauhkan dr kejahatan siber macam gini yaa..

  6. Sebagai nasabah bijak harusnya kita tetap waspada dengan maraknya kejahatan siber yang tengah beredar ya. Apalagi seperti kode OTP yang sering disalahgunakan. Pastikan situs resmi yang kita akses dan memberi info agar tidak terjebak penipuan online. Aku dulu masih pake satu kata sandi buat semuanya hahaha, untung uda tobat!

  7. wah setuju nih, kita harus jadi nasabah bijak ya, sekarang kejahatan siber makin merajalela, gak pandang korbannya juga ya, sama ngerinya kaya di dunia nyata 🙁

  8. Serem juga ya itu mbak, sampai tau nama wali murid padahal beda angkatan apalagi sampai teror gitu. Kayaknya memang penipuan semacam ini belakangan semakin marak, ya dan modelnya hampir mirip juga. Tetap harus waspada dan bijak

  9. Sekarang makin marak ya penipuan online. Ada saja trik mereka buat mengelabui korban jadi benar-benar harus waspada. Apalagi sebagai nasabah jangan mudah percaaya dengan orang yang menghubungi dan megatasnamakan bank ya. Btw terimakasih Mbak sharing edukasinya tentang nasabah BIJAK, sangat mencerahkan.

  10. banyak yaa tolak ukur kemapanan finansial ternyata nih, emang ya klo finansial stabil dan secure ga kalap mata klo ada iming2 hadiah tipu-tipu. Mesti waspada juga sama pesan-pesan broadcast undian berhadiah

  11. saya sering sekali menerima tautan link mendapatkan hadiah, untungnya saya sudah cukup teredukasi mengenai kejahatan siber ini, jadi saya suka cuekin. Atau bahkan menerima telepon yang mengatasnamakan bank, untungnya juga saya cuek orangnya jadi tidak pernah ladenin telepon yang ga dikenal. semoga kejahatan iber ini semakin bisa diminalisir ya mba, dan pastinya juga selain edukasi dari pemerintah, masyarakatnya juga harus aktif mencari informasi agar tidak kena kejahatan siber ini

  12. Masih rendah ya tingkat literasi masyarakat di Indonesia, hanya sekitar 38 orang dr 100 orang. Memang saat ini modus penipuan sudah bermacam2 ya. Apalagi kejahatan siber, sehingga kita benar-benar dituntut utk menjadi nasabah bijak agar tak terkena dampak perbuatan oknum tak bertanggung jawab

  13. Aku kalau telp ngaku2 pihak bank dan logatnya orang daerah gitu langsung aku tutup mbak. Apalagi klo ada sms menang ini itu. Males nanggepinnya takut curi data. Eh sempet di satu hari ada yg minta foto KTP karena menang undian dari Nivea. Awalnya aku gak ladenin, konfirm ke Nivea ternyata bener. Aku sampai cek di get contact. Eh bener dapet hape. Ahaha. Udh suudzon. Emang harus smart juga untuk kroscek langsung ke akun officialnya hehe

  14. Memang butuh literasi ya untuk bisa mengetahui hal-hal mencurigakan ataupun tidak. Kalau Mbak Nabilla belum terliterasi, bisa terpedaya oleh penipu. Alhamdulillah, Mbak Nabilla sudah terliterasi. Semoga tidak ada orang yang terpedaya oleh penipu itu 🙁

  15. Zahra Rabbiradlia (zahra-rabbiradlia.com)

    Tiga teman ibuku saldonya diembat penjahat soceng. Ngeri banget! Emang harus menerapkan pola BIJAK supaya kita bisa melek literasi dan terhindar dari kejahatan ini.

  16. aku juga pernah tiba2 dapet pesen gak jelas di whatsapp yang sok akrab dan ujung2nya suruh klik link
    Kita beneran harus lebih waspada dan gak boleh lengah yah karena penipu zaman sekarang makin nekad dan makin licik huhu. Semoga kita semua selalu dilindungi yaaah

  17. 3.130 laporan kasus kejahatan siber sepanjang Januari-Juli 2019 dengan 1000-an kasus penipuan itu banyak sekali ya, Mbak … semoga di tahun ini pengurangan kasusnya signifikan atau kalau bisa – tidak ada sama sekali …. duh semoga para penipu ini sadar.

  18. Bersikap waspada, berpikir jernih dan cek n ricek memang tepat dilakukan jika ada dlm kondisi begiyu ya mba.. Jangan seoerti sya yg terlalu emosi hingga berkurang kewaspadaan dan akhirnya tertipu.. hiks.. Terima kasih tips pengingatnya..

  19. Ngeri kejahatan siber selalu waspada tentunya, terlebih saya juga orang yang borangan dan suka waspadanya gak ngangkat telepon dari orang yang gak dikenal, berjaga-jaga juga. Makasih infonya ya Mba, jadi banyak pengetahuan baru juga. Keren banget bikin skak mat penipu nya pas ditanya siapa nama lengkap anak kita dan duduk di kelas berapa

  20. banyak banget unsur penipuan berkedok dengan bank atau lembaga keuangan lainnya. Tentunya, kita perlu memperkuat literasi keuangan kita, agar tidak terjerat di dunia tipu-tipu.

  21. Saya juga pernah mengalami di telpon penipu sampai saya udah blokir juga dia masih menggunakan nomor lain untuk meneror saya. Kesel banget sih. Metode bijak ini wajib nih semua orang di edukasi tentang ini. Btw, ini grafis dan tampilan blognya bikin aku cengo! Keren banget!

  22. Setuju bgt, sekarang semua nasabah harus semakin bijak dalam menghadapi semua tipu daya yang mungkin dilakukan untuk menjebak nasabah, yuk melek informasi agat kita tidak terjebak dan tertipu, lakukan konfirmasi ke call center resmi.

  23. Penipuan online sampai sekarang masih marak terjadi ya mbak. Yang sangat dikhawatirkan sasarannya para orang tua kita yang mudah percaya dengan iming2 para penipu itu. Memang kita harus menjadi nasabah BIJAK setidaknya bisa mengedukasi beliau2 supaya tidak mudah percaya dengan berita2 yang kurang akurat.

  24. Aku juga pernah tuh dapet telpon dari orang yang bilang namaku jadi jaminan pinjaman dari salah seorang temanku. Enak ajaaa… siapa yang utang, siapa yang diteror. Apalagi ketika ternyata temanku tidak punya masalah utang tersebut. Ngeri deh sekarang penipuan kayak gini. Thanks ya untuk tips BIJAKnya, tepat banget untuk diterapkan untuk menyiasati maraknya kejahatan online di dunia perbankan.

  25. Wah ngeri amat kok yang nelepon itu selain memaksa juga menyelidiki hal2 yang sifatnya privacy seperti jadwal pulang anak. Saya juga pernah ditelp orang yang ngaku dari bank. Katanya teman saya nunggak cicilan n nama saya ditulis jg penjamin. Saya diminta ikut nagih n jelas saya tolak. Soalnya mau benar/nggak teman sy berhutang, nanti ikut kena imbasnya. Kalau ga benar, teman saya tersinggung. Kalau benar ya sama aja pertemanan bisa rusak.

  26. Kalau terima telp atau wa dari nomor tak dikenal sekarang aku abaikan gtu mbak, males soalnya hehe.
    Sekarang penipu makin licik aja sukanyaru jadi org yang kita kenal tiba2 minta transfer, aku sendiri hampir aja mau kena untung msh slamet astaga. Makin berhati2 lagi dengan data dan gak share berlebihan ke sosmed ya.

  27. Ya Allah~
    Jadi pengingat untuk kita semua agar senantiasa berhati-hati dan saling menjaga juga mengingatkan jika ada yang terasa ganjil, jangan terlalu reaktif. Ada baiknya menjadi nasabah bijak dengan cara cek dan ricek informasi terlebih dahulu.

  28. Saar ini kejahatan siber bentuknya udah bermacam ragam kita gak bisa lengah karena modus operandi mereka itu musiman, saya juga pernah mengalami hal yang mirip seperti Mba Nabilla alami tapi saya yakin dengan semakin banyaknya orang yang teredukasi maka kita bisa memerangi kejahatan siber ini

  29. Nggak kehitung ada berapa banyak sms phising yang masuk ke nomor HP saya.
    Memang kita harus jadi nasabah dan netizen yang pintar dan bijak agar tidak tergiur dg modus kejahatan siber spt ini.

  30. kalo dapat sms menang undian langsung saya hapus. sayangnya mama mertua gak gitu, beliau percaya dengan sms tersebut dan akhirnya uang tabungan belasan juta melayang, hiks sedih banget kalo ingat kejadian itu

  31. Serem banget ya kok bisa sama gitu ada Bunda Nita anaknya bernama Kanaya, untungnya soal kredit macet dan tingkatan sekolah anaknya beda ya mba. Penipu zaman sekarang makin banyak triknya, beneran harus jadi nasabah bijak biar gak jadi korban.

  32. Saya pernah diteror penipu dengan nomor berbeda2 juga mbak, gilaa rasanya serem banget. Nggak bisa selesai hanya dengan blokir, karena dia bakal terus telpon pakai nomor lain.

    1. Literasi keuangan ini penting sekali terutama yg masih usia produktif, sebab di masa produktifnya itu kalau tidak bijak bisa menyesal di kemudian hari.
      Sepertinya buat orang yg seumuran saya yg sudah kurang produktif lagi harus benar-benar menjaga dan bijak dalam keuangan agar kalau masih ada umur, di masa benar-benar tua tidak lagi merepotkan anak2 dalam hal keuangan.

  33. Pingback: Paket Internet Cepat Bikin Dapat Rekomendasi Buku Parenting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *