Lompat ke konten

Ke Turki Gratisan? Kok bisa?!

Jawaban dari judul di atas sebetulnya simpel banget: menang lomba. Tapi pasti bakal muncul pertanyaan-pertanyaan lainnya seperti kok bisa menang lomba? Siapa yang ngadain? Gratis gak? Menyusuinya gimana? Bahkan ada orang Turki yang nyeletuk, “Ooh, I know, you cheat your husband aaa…

So, here we go. Siapin cemilan ama teh dulu ya.

Awal Mulanya…

Saya ikut lomba yang diadakan Cheria Travel dengan motivasi menang hadiah pertama untuk ke Aqsa. Saat itu, hadiah yang ditawarkan memang tour jejak rasul Aqsa. Eeh terus ada insiden Trump yang menutup Jerusalem untuk turis Indonesia, otomatis kita orang Indonesia nggak bisa kesana dalam jangka waktu yang entah sampai kapan. Jadi sama Cheria Travel aturan lomba diubah dan termasuk hadiahnya, juara 1 ke Turki.

Meski diubah, aku tetap submit. Semangatku tetap tinggi, sebab Turki menjadi negara impian sejak aku kelas 3 SMA dulu, kira-kira tahun 2009. Pas kuliah, aku sempat coba cari peluang untuk exchange dan mencari agenda-agenda mahasiswa (yang gratis) ke Turki, tapi rupanya agak susah. Jadi impian tinggalah impian..

Alhamdulillah, rupanya Allah berkata lain. Saya diberi kesempatan untuk menang lomba blog yang diadakan Cheria Travel dengan hadiah utama ke Turki. Artikelnya saya publikasikan di blog saya yang pertama. Sejujurnya, sempet agak lupa dengan pengumuman pemenang karena di pertengahan tahun lalu, saya kebetulan sedang mengerjakan beberapa project penelitian dengan dosen yang butuh fokus ekstra dan membantu suami menerbitkan bukunya.

Saya kaget banget waktu dapet email lolos 30 besar. Wah, alhamdulillah, batin saya waktu itu. Saya mengenal beberapa nama-nama yang lolos. Tapi sekali lagi, karena fokus tersita cukup besar untuk project dan tentu saja untuk anak dan kehamilan kedua, saya gak woro-woro apapun di instagram atau di media sosial lainnya. Yah, hanya meneruskan share link ke grup blogger saja.

Eeh nggak lama dapat email lagi kalo lolos 10 besar!

Waduh, ini berarti kan kesempatan makin lebar. Akhirnya saya post di Instagram untuk kedua kali, juga ke media sosial lainnya untuk minta support followers saya untuk meramaikan postingan di IG dan blog. Sebetulnya total komentar dari pengunjung (tidak termasuk komentar balasan) yang ada di blog saya nggak banyak, lho. Sekitar 40 biji aja. Jauuhh jika dibanding dengan beberapa blogger lainnya.

Tapi syukur alhamdulillah, sekali lagi, saya anggap ini semua izin dari Allah.

Saya dapet WA dari salah satu panitia namanya mbak Chefa. Pas saya buka linknya, lah kok nama saya nangkring di nomor 1?? Ini urut apa begimana? Soalnya sebelumnya tuh, saat pengumuman 10 besar, nama-namanya tidak urut abjad.

Saya pastikan tanya sekali lagi ke mbak Chefa. Dan ini jawabannya:


Masya Allah… ini bener-bener mengharukan buat saya! Senang sekaligus bingung, entar gimana berangkatnya? Secara waktu itu usia kehamilan sudah menginjak angka 6 bulan hahaha.

Sempat Tertunda

Mbak Chefa yang baik hati nge-WA lagi beberapa hari kemudian. Sangat cepat pelayanannya, berbeda dengan agen travel lain yang saya pernah berkontribusi meramaikan agenda lombanya. Saya ditawarkan untuk ikut tur bulan Oktober. Oh ya, sistem perjalanannya ini, saya diikutkan di rombongan gitu. Karena yang ngadain kan perusahaan travel yah. Jadi bebarengan ama peserta lain yang bayar, wehehe. Sayangnya, hari yang ditawarkan di bulan Oktober bertepatan dengan jadwal operasi sesar. Lagipula, saya tentu tidak bisa serta merta meninggalkan bayi setelah dia brojol dari perut. Kalau kata ibu saya, paling tidak nunggu 2 bulanlah. Ibu juga menyarankan agar suami ikut, biar beliau tenang gitu katanya.

Setelah diskusi dengan mbak Chefa dan melihat jadwal selanjutnya, saya diberi pilihan untuk berangkat saat winter di bulan Januari atau saat spring di bulan Maret. Jujur aja saya tertarik yang spring atau musim semi, karena katanya saat itulah cuaca terbaik untuk mengunjungi Turki dan di sana banyak tulip yang bermekaran. Uhuy.

Tapiiii… kardna aku ninggal satu toddler dan satu bayi yang tentu saja pengasuhannya membutuhkan paling tidak 2 orang, aku tidak bisa asal memutuslan. Harus melihat jadwal longgarnya ibu, pengasuh, dan suami. Kami putuskan untuk berangkat Januari saja, karena masih pada longgar, suami juga masih dalam masa liburan.

Drama Jelang Berangkat

Drama pertama: mendadak suami batal ikut. Padahal tuh saya udah minta totalan biaya untuk penambahan satu orang lagi. Selain karena kerjaan, suami kurang sreg karena biaya yang dikeluarkan cukup besar bagi kami. Bisa sih, dan ada aja biayanya, tapi keinginan suami untuk membiarkan uang tetap di tabungan untuk pergi umroh lebih besar. Meski menerima alasannya, sebetulnya di akhir diskusi kami saya juga agak berat hati. Bahkan keesokan paginya, saya sempat meyakinkannya sekali lagi.

“Mas yakin aku berangkat sendirian?”

“Iya, be,” begitu jawabnya.

“Kenapa?”

Suami saya diam sebentar. Trus dia akhirnya bangun dan duduk.

“Hm.. ya maksudku, ini dulu Be, aku belum bisa mewujudkan semua impian travelingmu. Untuk saat ini, aku rasa ini yang bisa aku lakukan buatmu dan keluarga.”

Eww… saya langsung luluh dan terharu. Sampe nangis. Pas suami nganterin saya ke bandara pun, saya tuh mewek. Soalnya selama hampir 4 tahun menikah dengannya, saya belum pernah traveling sendirian yang jauh begini. Paling banter ke luar kota itupun karena kerjaan atau studi. Apalagi ninggal anak kedua saya yang masih bayi.

Drama kedua: kecapean saat mertua datang. Di luar dugaan saya, si kakak Mahira sama sekali nggak mau bermain sama mbah utinya saat beliau datang di penghujung tahun 2018. Mahira maunya sama mbah kakungnya yang mana baru datang belakangan. Jadii makin kekuraslah tenaga eyke. Apalagi saat itu, kondisi koper saya masih 70%, belum menyiapkan surat dokter, dan masih perlu mengejar stok ASI perah. Si kakak pun drama banget. Dia sempat gamau tidur bertiga sama si adek. Mana suami akhir tahun juga banyak kerjaan. Hadeuh, makin riweuh laah.

Akibatnya, saya nggak bisa sering mompa. Stok ASIP saya hanya 7500 cc dan sebetulnya angka itu termasuk ngepres untuk 11 hari. Syukurlah pada akhirnya semuanya dapat teratasi dengan baik.

Jomblo 10 Hari

Karena saya bersama rombongan lain di travel, yang mana 90% adalah orang-orang yang sedang berlibur awal tahun bareng keluarganya, saya fix jadi jomblo selama di Turki. Eh, rupanya saya gak sendirian. Ada pak Tour Leader dan seorang jaksa dari Kendari yang juga berangkat sendirian. Jadi kami kalo makan dan jalan-jalan selalu bertiga hahaha kecuali tidur yak!

Naah, khusus untuk tidur ini, saya dapet rezeki nomplok. Karena semua tidur bersama keluarga masing-masing plus ada 2 laki bujang -10-hari yang tidur bersama, saya jadi kebagian satu kamar sendirian! Ini anugrah banget sih buat saya yang introvert hahaha.

Selama awal perjalanan sampai kira-kira hari ke-5 perjalanan, saya selalu ditanyain oleh amggota lain. Sendirian aja mbak? Keluarganya gak ikut?

Baru pas saya bilang saya udah punya 2 anak pada shock semua.

“Lho, sudah ibu-ibu ya mbak? Saya kira masih SINGLE!” ahahah!

Baru deh saya ceritain kalau saya dapet trip gratis pada ah-oh semua. Dan berakhir kepo kayak pertanyaan di atas, “kok bisa??”

Sekian cerita perdana saya di blog ini ya. Anyway, kalau mau lihat tulisan yang saya lombakan untuk Cheria Travel, bisa cek di tulisan yang ini.

Tag:

3 tanggapan pada “Ke Turki Gratisan? Kok bisa?!”

  1. Wah mbak Nabilla kereen banget😍 bisa travelling ke turki gratisss berkah ngeblog ya walau akhirnya harus berangkat sendiri tanpa disertai suami, tapi tetap pengalamannta tetap seru ya mbak. Jadi penasaran dengan kisahnya selama di travellinf di turki 🙂

  2. Ya Allah ternyata Allah ngasih rejekinya memang bener yah mbak, mbak Nabilla pengen ke Turki sejak kuliah, sama kayak aku pas ke Singapore kmrn. Wishlist thn 2015 dan Allah ngasihnya 2018 tak terduga bangettttt masya Allah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *