Lompat ke konten

Tahun 2019 lalu, ketika saya ke Turki, saya dipandu oleh tour guide yang cantik dan atraktif. Kami cepat akrab dan berbagi banyak hal, termasuk soal berat badan, jerawat, dan kulit wajah. Dia kaget melihat foto lama saya sebelum hamil yang sangat langsing. Dia pun tak kalah pamer dan menunjukkan fotonya sebelum ia bekerja selama 3 bulan di Jakarta. Kira-kira jika saya terjemahkan dalam Bahasa Indonesia, dia berkata begini,

foto-turki

“Nabilla, aku tuh di Jakarta langsung naik dan gendut. Karena 3 bulan makan makanan Indonesia yang banyak lemak. Itu karena makanan di Indonesia pakai minyak sawit, kan? Minyak sawit itu banyak kolesterol jenuhnya dan membuat saya cepat sekali gendut! Berbeda dengan Turki yang memakai minyak zaitun, jauh lebih sehat.”

Saya tertegun mendengarnya berkata demikian. Iya juga, sih. Ini bukan pertama kalinya saya mendengar dampak minyak sawit pada kesehatan tubuh, khususnya pada kolesterol. Tapi, mau bagaimana lagi? Masa mau pakai minyak zaitun terus? Mahal juga, kaan… 

Kadang saya merasa orang Indonesia sangat bergantung pada minyak sawit dan semakin susah untuk mengurangi pemakaiannya. Seolah tak memiliki komoditas lokal primadona lainnya, sawit susah tergantikan. Dia sudah masuk ke bahan bakar kendaraan, roti, susu, cemilan, santan, yoghurt, bahkan skincare dan kosmetik kita tuh juga ada sawitnya, lho! Ngomongin soal produk turunan sawit pada produk kecantikan kita, sudah tau belum, kalau sawit ini punya 200 potensi nama pada produk kecantikan? Facial wash milik saya juga memakai palmitic acid yang merupakan turunan sawit. Saya sebetulnya ya nggak mau pakai, tapi, saya belum menemukan alternatifnya. Apalagi, skincare itu kan sangat personal dan cocok-cocokan.

Lalu, apakah betul bahwa kita sudah “kecanduan” minyak sawit?

Naluri saya berontak. Saya percaya, Indonesia itu kaya dan memiliki banyak komoditas lain yang dapat diandalkan, hanya kurang diperhatikan aja. Setidaknya untuk saat ini, ada dua yang ingin saya kenalkan, yakni minyak tengkawang dan minyak akar wangi. Kedua minyak ini bisa mempercantik tubuh dari dalam dan luar. Kebetulan, saya telah menggunakan salah satu produk kecantikan dari minyak tengkawang. Menariknya, pohon tengkawang dan akar wangi ini juga sangat bersahabat dengan lingkungan. 

Biasanya, kita baru percaya jika ada penelitian dan brand internasional yang menggunakannya. Melalui postingan ini, saya akan menunjukkan seberapa populernya minyak tengkawang dan minyak akar wangi di dunia per-skincare-an internasional. Saya juga akan bercerita sedikit bagaimana cara saya merawat kecantikan tubuh dan kesehatan dengan mengurangi minyak sawit. Saya percaya bahwa kecantikan hanya bisa kita dapatkan dengan maksimal apabila lingkungan terjaga. Sebab, lingkungan lah yang memberikan kita bahan-bahan perawatan wajah dan tubuh.

Perempuan yang Cantik dan Sehat
Berawal Dari Bumi yang Terawat

Palm oil is almost everything. Banyak komponen dalam tumbuhannya bermanfaat untuk berbagai keperluan. Tidak hanya untuk dapur, minyaknya juga bisa dipakai sebagai campuran bahan bakar seperti biodiesel yang digunakan pemerintah. Untuk produk kecantikan, berbagai produk turunan minyak sawit ini mampu meningkatkan kekentalan, membantu melembabkan kulit, hingga menghasilkan busa (foam) untuk membantu menghilangkan kotoran dan meningkatkan umur simpan. 

Jadi, sudah murah, semua bagian buah sawit baik daging maupun bijinya sangat produktif alias bisa diolah. Minyak sawit juga sangat fleksibel, tak banyak rewel untuk berbagai keperluan. Ckckck… Industri mana yang kiranya tidak jatuh hati?

Masalahnya, karena banyak yang ingin “meminang” sawit, produksinya pun digenjot habis-habisan. Sawit memiliki karakter tumbuh baik di dataran rendah, daerah tropis, yang cenderung menjadi rumah bagi hutan hujan dan lahan gambut. Akibatnya, hutan yang juga menjadi nafas kita pun dibabat. Masyarakat adat, orang utan dan satwa liar kehilangan rumah. Kita yang jauh dari hutan, juga tak ketinggalan dampaknya: kabut asap, banjir, kebakaran, dan emisi karbon. Kita turut kena getah pahit sawit karena perkebunan yang luas ini bersifat monokultur. Tumbuhan hutan yang kaya dan binatang tidak dapat berkembang biak dengan baik di sana. Sudah begitu, di Indonesia marak terjadi pembakaran hutan sebagai “jalan murah” menuju sawit, mempercepat deforestasi dan menyumbang emisi gas rumah kaca.

Persoalan lainnya adalah tentang kesehatan. Minyak sawit memiliki lemak jenuh yang cukup tinggi dan dapat memicu berbagai masalah kesehatan seperti kolesterol, penyakit kardiovaskuler, dan lemak berlebih. Bayangkan jika tubuh kita kebanyakan lemak, darah jadi susah mengangkut oksigen dan mengantarkan sari-sari makanan baik ke tubuh. Kalau soal kalori, saya pernah diberi tahu oleh ahli gizi saya bahwa kalori pada minyak kurang lebih sama. Tetapi, yang membedakan adalah nilai gizi untuk tubuh kita. Minyak zaitun misalnya, dia baik jika kita konsumsi sehari-hari karena lemak tak jenuhnya tinggi. Lemak tak jenuh ini lebih bersahabat untuk kesehatan orang dewasa.

Kalau sudah begini, apalah arti kulit glowing kalau kurang sehat dan susah dapat udara serta air yang segar, ya, Bund? Maka dari itu, penting banget buat kita tetap menjaga kecantikan luar dan dalam. Ya kita rawat dengan makanan yang sehat, juga dengan skincare yang memiliki nilai lebih dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

Banyak, kok, yang bisa kita lakukan untuk mengurangi pemakaian minyak sawit pada skincare dan makanan kita. Ada cara yang sudah saya lakukan selama hampir dua tahun terakhir ini. Pertama, mengatur pola makan dan meminimalisir penggunaan minyak sawit. Kedua, memilih produk skincare yang minim produk turunan sawit.

Caraku Mempercantik Diri Luar dan Dalam
Sambil Menjaga Lingkungan

Harus saya akui, tidak mudah untuk mengurangi ketergantungan pada minyak sawit. Dalam produk kecantikan, minyak sawit itu hampir pasti ada di krim malam dan facial wash kita. Dalam produk makanan lebih banyak lagi, kalau kamu membaca ada lemak atau minyak nabati dalam komposisi, hampir pasti minyak sawit lah yang digunakan.

Oleh karena itu, saya mencoba realistis. Sebab, substitusi mah banyak, harganya yang terkadang kurang ramah di kantong! Hehehe. Tapi, yang namanya emak-emak, pasti cerdik mengakali situasi, dong! 

Pertama, menjaga kecantikan dari dalam dengan mengatur pola makan.

Pasca saya melahirkan, saya sempat overweight, mudah sakit, dan badan berat sekali rasanya. Kemudian setelah saya berkonsultasi dengan ahli gizi, saya diminta untuk mengurangi makanan bersantan, berminyak, dan bertepung. Untuk penggunaan minyak, saya mengganti minyak sawit dengan minyak canola untuk menumis. Hasilnya, berat badan saya pun turun dan bisa mencapai ideal.

Sekarang, saya masih menggunakan minyak sawit untuk menggoreng, namun hanya untuk menggoreng yang deep fries. Untuk bumbu dapur, sebisa mungkin saya menggunakan bumbu yang minim turunan sawit dengan mencermati pada bagian komposisi.

Kedua, memilih skincare yang minim bahan minyak sawit.

Ini sebetulnya sangat susah! Sebab, saya memakai serangkaian produk perawatan dari dokter yang kemungkinan besar ada produk turunan sawitnya. Saya belum dapat menemukan substitusi karena kulit wajah saya sedang mudah berjerawat. Saya mengakalinya dengan menyeimbangkan produk di meja rias. Untuk morning cleanser, saya menggunakan yang water based untuk meminimalisir adanya komponen sawit di dalam produk. Alhamdulillah, pilihan ini sangat cocok untuk kulit saya yang berminyak.

Produk-produk minim minyak sawit yang saya gunakan ini merupakan produk luar negeri. Hanya satu bodycare atau produk perawatan tubuh yang merupakan buatan UMKM lokal, yakni sebuah sabun mandi minyak tengkawang yang diproduksi oleh UMKM Kalimantan Barat. Jangan salah, meski produk lokal UMKM, produk bernama Illie Bodywash Sweet Orange ini sudah ber BPOM, lho!

 

Selain dua cara saya di atas, sebetulnya ada beragam cara lain yang dapat kita lakukan. Misalnya, jika bisa memilih, gunakan kosmetik dan skincare yang tidak menggunakan minyak sawit. Mungkin kita tidak bisa mengganti seluruh skincare dan kosmetik yang sudah cocok dengan kulit. Tetapi, kamu bisa menempuh cara seperti saya dengan menggantinya secara perlahan. Kamu juga bisa memilih produk dari brand yang memakai minyak sawit bersertifikasi RSPO. Tinggal mengecek pada website masing-masing brand atau mengecek website RSPO untuk melihat daftarnya. 

Cara lainnya, tanyakan pada brand favoritmu, minyak apa yang mereka gunakan dalam bahan skincare dan kosmetik yang kamu gunakan? Pertanyaan sederhana itu jika dilakukan oleh ratusan orang, bisa menjadi bahan evaluasi oleh brand. Kesadaran kolektif dari konsumen ini juga akan memperkuat market green cosmetics and wellness di Indonesia yang sudah mulai terbentuk.

Konsumen kecantikan sekarang ini tidak hanya peduli bagaimana produk skincare bisa membuat kulit mereka sehat dan glowing. Tetapi, mereka juga tertarik pada proses dan nilai kuat yang dipegang oleh brand. Contohnya saja, ada satu brand yang mengusung cruelty free yang telah memiliki tempat tersendiri di konsumen. Hal ini akhirnya banyak diikuti oleh brand lain. Di Indonesia, tren ini sudah ada dan semakin meningkat setiap tahunnya. Jika kamu membantu dengan kerap menanyakan kejelasan komposisi kepada brand favoritmu, bukan tidak mungkin lansekap market akan berubah lebih cepat. Kamu juga dapat melakukan pengecekan mandiri pada bagian komposisi produk atau ketik di Google “komposisi (masukkan nama skincare favoritmu).

Kamu perlu tahu bahwa ada beberapa nama minyak sawit yang digunakan untuk produk kecantikan. Jika kamu ingin mengenali produk turunan sawit pada kosmetikmu, kamu bisa mengecek melalui infografis di bawah ini, ya.

Berbagai nama minyak sawit dalam skincare dan kosmetik.

Ada beberapa brand yang sudah sangat terbuka dalam menginformasikan bahan yang mereka gunakan dalam produk. Kamu bisa menemukannya pada kolom FAQ dan ulasan dari pada blogger atau influencers. Keterbukaan brand-brand besar ini membuktikan bahwa ternyata kosmetik dan skincare itu tidak harus bergantung pada minyak sawit. Ada banyak sekali alternatif, seperti minyak zaitun, minyak kelapa, minyak tengkawang, dan minyak atsiri dari akar wangi dan tanaman lainnya yang lebih sehat, kualitasnya bagus, dan lebih aman untuk bumi. 

Kalau berbicara tentang alternatif, saya jadi teringat bagaimana Korea Selatan mampu menunjukkan komoditas unggulannya di sana sebagai daya tarik. Misalnya, ada Festival Lumpur di Korea Selatan yang membuat banyak wisatawan datang. Lumpur ini turut mereka olah menjadi bahan skincare yang laris di pasaran. 

Indonesia juga sebetulnya bisa meniru, apalagi kita punya banyak sekali komoditas lokal yang bagus untuk kecantikan. Kalau mau belajar dari sejarah, kita bisa meneladani bagaimana perempuan di berbagai daerah di Indonesia menjaga kecantikan dengan bahan-bahan alami. Ada yang dengan beras, jeruk limau, madu, mentimun, daun kelor, kedelai, lidah buaya, nilam, akar wangi, minyak tengkawang, dan bermacam lainnya.

Dari semua komoditas lokal untuk kecantikan, saya tertarik untuk menulis dua minyak, yakni minyak tengkawang dan minyak akar wangi (minyak atsiri). Ada berbagai keunikan pada kedua komoditas lokal tersebut. Dan yang terpenting, keduanya tidak hanya membuat kita semakin cantik, tetapi juga menjaga agar bumi tetap lestari.

Beberapa produk skincare dan kosmetik yang memberi informasi tentang bahan pada produk mereka. Ada yang memakai sustainable palm oil dan ada yang tidak memakai sama sekali. Kamu bisa mengakses informasi ini pada website masing-masing brand.

Lestarikan Cantikmu Dengan
Minyak Tengkawang dan Akar Wangi

Tengkawang dan akar wangi adalah dua komoditas yang jauh berbeda, baik secara fisiologis atau penampilan dan “nasib”. Tapi, persamaan keduanya adalah tengkawang dan akar wangi sama-sama menghasilkan minyak yang bernilai untuk industri kecantikan. Tidak hanya itu, untuk industri makanan dan kesehatan pun juga sangat bermanfaat. Kelebihan lainnya adalah keduanya bersahabat dengan alam. Akar wangi bahkan dapat ditanam di lahan bekas pertambangan.

Tengkawang merupakan tanaman endemik yang tumbuh di Kalimantan. Saat ini, tengkawang banyak ditemukan di Kalimantan Barat. Indonesia memiliki setidaknya 13 jenis pohon penghasil tengkawang, di mana 10 jenis terdapat di Kalimantan dan 3 jenis lainnya ada di Sumatera. Biji tengkawang dapat digunakan sebagai bahan kosmetik, obat-obatan dan makanan. Sementara kayunya yang dikenal sebagai meranti dapat digunakan untuk venir, kayu lapis, bangunan perumahan, kayu perkapalan, alat musik, mebel, dan peti pengepak. 

Biji tengkawang yang memiliki nama lain Illipe Butter, Shorea Stenoptera (jenis minyak tengkawang yang digunakan pada skincare), dan Borneo Tallow Nut ini memiliki kadar minyak nabati yang tinggi. Buah tengkawang dapat diproses untuk diambil minyaknya, kemudian digunakan untuk pengolahan makanan, kosmetik, lilin, margarin, dan lain-lain.  Biro Pusat Statistik mencatat data ekspor terakhir minyak tengkawang pada tahun 1990-an, ekspor tengkawang mencapai 3519.2 ton dengan nilai US$ 7.707.800. Tahun 2001 Indonesia masih mengekspor 1.492,9 ton minyak tengkawang senilai US $ 894.000.

Terlihat bahwa minyak tengkawang ini sebetulnya hasil hutan yang potensial namun belum banyak diolah. Kendalanya bermacam-macam, mulai dari penyebaran pohon yang terpencar, informasi potensi yang terbatas, dan hutan yang habis untuk sawit. Kalau menurut saya, tengkawang ini apes saja karena nggak dapat prioritas dan atensi dari pemerintah untuk diteliti lebih lanjut. Hehe.

Hanya saja, menurut saya kita sangat merugi kalau acuh pada tengkawang. Soalnya, banyak negara lain yang menaruh minat pada minyak tengkawang. Pada industri kosmetik, tengkawang tungkul dengan nama ilmiah Shorea Stenoptera ini sudah digunakan oleh beberapa brand kecantikan internasional, seperti pada beberapa skincare dan bodycare di bawah ini.

Minyak tengkawang memiliki keunggulan utama dalam melembabkan kulit dan rambut. Untuk kulit, Illipe Butter atau minyak tengkawang mampu memulihkan elastisitas dan menghambat penuaan dini (anti aging), memperbaiki dan melembabkan kulit yang sangat kering (sensitive skin), dan kaya vitamin A dan E yang dapat menenangkan kulit yang iritasi. Illipe Butter juga dianggap sebagai pengganti terbaik untuk Cocoa Butter dengan titik leleh yang sedikit lebih tinggi dan profil asam lemak yang serupa.

Minyak tengkawang ini juga dapat bermanfaat digunakan sebagai obat. Karena dia juga bisa menyembuhkan kulit yang kasar, kulit yang terbakar sinar matahari, menyembuhkan luka, dan lain-lain. Sementara untuk rambut, illipe butter bermanfaat untuk melembabkan rambut, merangsang produksi sebum yang sehat dan merawat rambut yang terlalu banyak diproses seperti hair toning, smoothing, dan lain-lain. 

Saya juga memiliki satu produk minyak tengkawang atau Illipe Butter yang dibuat oleh UMKM Kalimantan Barat, yakni Arcia Oil. Mereka memproduksi sabun mandi bernama Illie Bodywash Sweet Orange yang mengombinasikan Illipe Butter dan ekstrak buah jeruk (foto di atas). Aromanya tidak berlebihan dan segar sekali. Saya selalu keluar kamar mandi dengan fresh dan mood yang bagus seusai menggunakan sabun ini!

Jika kamu seorang pengusaha produk kecantikan, kamu bisa mendapatkan bahan baku Illipe Butter ini melalui UMKM Kalbar. Kalau mau beli ecer seperti saya, tinggal mengakses toko ini di marketplace seperti Shopee, Bukalapak, dan Tokopedia.

Saya kian simpatik karena pemerintah daerah Kalbar terlihat sangat peduli pada UMKM dan pada tengkawang. Ada tiga kabupaten di Kalimantan Barat yakni Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Sintang, dan Kabupaten Sanggau yang tergabung dalam Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL). Fyi, forum ini memiliki visi untuk melanjutkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Dengan kepedulian pemerintah daerah, saya optimis di masa depan nanti, minyak tengkawang akan kembali menjadi primadona dan hutan dapat berangsur pulih. LTKL ini mendukung Visi Ekonomi Lestari, selengkapnya tentang ekonomi lestari dapat kamu saksikan pada video berikut, ya.

Bicara tentang industri kecantikan dan wellness tidak akan terlepas dari perminyakan yang sangat ngetren di kalangan ibu-ibu milenial. Ada satu minyak yang cukup populer bernama akar wangi yang memiliki nama lain Vetiveria Zizanoides atau Vetiver. Vetiver ini adalah sebuah tanaman rumput yang menghasilkan minyak atsiri yang sangat populer di dunia karena manfaatnya yang melimpah untuk kecantikan dan kesehatan.

Akar wangi ini memang sudah cukup terkenal di kancah internasional. Beruntungnya kita, Indonesia adalah salah satu negara pemasok akar wangi terbesar di dunia. Akar wangi memiliki nilai ekonomis tinggi karena dapat diproses menjadi produk olahan seperti minyak atsiri. Pada tahun 2017, harga minyak atsiri mencapai 4.000.000 per kg. Selain nilam, akar wangi ini menjadi salah satu komoditas lokal Indonesia yang populer karena Indonesia (dan Haiti) merupakan pemasok 70% dari minyak atsiri akar wangi di dunia.

Akar wangi ini dapat menjadi komoditas berkelanjutan andalan dari Indonesia untuk industri beauty dan wellness di dunia jika kita memiliki strategi yang tepat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh V. Rostwentivaivi, I. Tustiyani, permintaan akar wangi diperkirakan mencapai 300 ton per tahun. Sementara, Indonesia hanya memenuhi sekitar 50 ton saja. Peluangnya cukup besar bukan? Indonesia seharusnya dapat mengambil dan memertahankan spotlight di tengah panggung sebagai penghasil minyak vetiver terbesar di dunia. Bakal makin mantab kalau perusahaan kecantikan lokal juga turut mengolahnya menjadi skincare dan kosmetik yang mengandung vetiver.

Eropa adalah salah satu benua yang memiliki permintaan tinggi atas minyak atsiri yang dapat diproduksi oleh akar wangi. Jerman, Belanda, Inggris, Prancis, dan Spanyol adalah importir dan konsumen minyak esensial (khususnya vetiver) terkemuka di Eropa. Hal ini disebabkan perkembangan sektor aromaterapi, parfum, dan farmasi di Eropa yang kian meningkat. Minyak akar wangi di Eropa banyak pula digunakan untuk mengobati beberapa masalah kesehatan seperti masalah pernapasan, radang sendi, rematik, dan kram. Vetiver oil di Eropa juga berguna untuk industri makanan sebagai unsur aroma seperti pada makanan beku, produk olahan susu, roti, manisan, daging, makanan ringan dan minuman. 

Saya tidak heran jika akar wangi begitu memikat. Untuk industri kecantikan, akar wangi mampu menjaga kulit agar tetap terhidrasi, memberi efek glowing, mengobati jerawat, mencegah tanda penuaan dini, menutrisi kulit, mengurangi bekas jerawat, dan membantu mengurangi peradangan. Dengan segala kelebihannya, tepat jika saya katakan bahwa minyak akar wangi atau vetiver oil ini sangat cocok untuk segala jenis kulit. Saya menemukan beberapa produk internasional dan lokal yang menggunakan vetiver oil, vetiver root extract, vetiver root powder, dan lain sebagainya. Beberapa produk dapat kamu lihat pada infografis di atas. Wah, memang sefungsional itu, sih, akarnya akar wangi ini. Sempat pula saya baca bahwa daunnya dapat dijadikan kerajinan.

Sempat saya katakan sebelumnya bahwa akar wangi ini bersahabat dengan bumi. Vetiver, meskipun hanya rumput, memiliki akar yang panjang dan kuat di dalam tanah hingga kedalaman 2.5 meter. Karena kekuatannya inilah BNPB pun turut menganjurkan agar akar wangi ini ditanam di daerah longsor. Apabila kamu ragu, coba baca beberapa penelitian di Google. Sudah banyak penelitian yang menyebutkan bahwa vetiver dapat menjadi solusi longsor dan memperbaiki tanah karena dapat pula ditanam di area bekas tambang. Menarik sekali, bukan? Ramah untuk kulit, ramah lingkungan, dan ramah sosial. 

Penutup

Saya senang bisa berbagi cerita tentang perjalanan saya dalam menjaga kecantikan dan kesehatan dengan produk yang ramah lingkungan. Karena, saya merasakan sendiri bagaimana pentingnya memilih bahan yang aman baik untuk tubuh juga untuk bumi kita. Semakin gembira hati saya ketika mendapatkan hasil riset yang menarik: banyak komoditas lokal Indonesia yang potensial untuk industri kecantikan. Yang saya tulis di atas itu baru dua, minyak tengkawang dan akar wangi. Masih ada buanyak banget yang belum saya tulis karena nggak akan cukup ini di blog saya. Hehehe.

Apakah kamu juga memiliki pengalaman unik dalam memakai produk kecantikan yang ramah lingkungan? Bahan apa yang ada di skincare favoritmu? Coba yuk ceritakan di kolom komentar. Terima kasih 🙂

Referensi bacaan:

Refining Some Type of Illipe Nut’s Fat and It’s Physical-Chemical Properties, Raden Esa Pangersa Gusti & Zulnely, Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 33 No. 1, Maret 2015.

Tengkawang Sebagai ‘Perekat’ Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu, Valentius Heri dkk, Infobrief CIFOR.

Rantai Nilai Pemasaran Akar Wangi Indonesia, V. Rostwentivaivi, I. Tustiyani, Jurnal Manajemen Agribisnis, Vol.5, No.2, Oktober 2017

BBC, https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-51813416

Ethical Consumer, https://www.ethicalconsumer.org/health-beauty/palm-oil-cosmetics

Independent, https://www.independent.co.uk/climate-change/news/palm-oil-environment-orangutans-indonesia-rainforests-iceland-christmas-advert-a8631896.html

Loreal, https://inside-our-products.loreal.com/ingredients/palm-oil

Keisei Magaine: the truth about palm oil.

Incidecoder, https://incidecoder.com/ingredients/shorea-stenoptera-seed-butter

Incidecoder, https://incidecoder.com/search?query=vetiveria

Orangutan Alliance, https://orangutanalliance.org/whats-the-issue/alternative-names-for-palm-oil/

the Body Shop, https://www.thebodyshop.com/en-gb/help/company-information/palm-oil

Natural Farm, https://naturalfarm.id/product/sensatia-botanicals-unscented-soapless-facial

Sukin Naturals, https://sukinnaturals.co.uk/pages/faqs

Nature in Bottle, https://www.natureinbottle.com/product/illipe_butter

UMKM Kalbar, https://umkmkalbar.id/info-umkm/mentega-tengkawang-bahan-kosmetik-super-asli-kalimantan-penantang-shea-butter/

Diskopukm Kalbar,

Trubus Online, https://www.trubus-online.co.id/tradisi-panen-lemak-borneo/

Kumparan, https://kumparan.com/irpan-isme/wanginya-ekspor-minyak-akar-wangi-1rQXabDpsu7/fullhttp://bappebti.go.id/artikel/detail/1040

Indonesia Go, https://indonesia.go.id/kategori/seni/2241/tolak-bencana-dengan-akar-wangi

CNN Indonesia, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200105174638-20-462564/bnpb-sebut-akar-wangi-di-hutan-gundul-solusi-atasi-longsor

https://www.grandviewresearch.com/industry-analysis/vetiver-oil-market

Referensi foto:

Foto tengkawang:

Satu Harapan, http://www.satuharapan.com/read-detail/read/tengkawang-tungkul-maskot-kalimantan-pelembab-alami-kulit

Foto akar wangi:

Ayala Moriel, https://www.flickr.com/photos/44858181@N00/6766613033

Freepik, macrovector, canva.

Dokumen pribadi.

82 tanggapan pada “Minyak Tengkawang dan Akar Wangi, Komoditas Lokal yang Merawat Cantikmu Sekaligus Menjaga Bumi”

  1. Jadi ga asal demi cantik ya. Lebih jauhnya kita harus memperhatikan juga bahan dan sumbernya. Ga tahu kalau produk kecantikan dari luar negeri tuh. Apakah menggunakan campuran minyak sawit juga?

  2. Lengkap sekali ulaannya mba 🙂 Senangnya ya jadi makin banga dengan Indonesia yang memang punya bahan alami yang berbahan dasar terbaik dan bisa di olah juga untuk skincare

  3. Minyak sawit dalam produk kecantikan ternyata punya banyak nama ya. Untung produk yang selama ini digunakan termasuk produk yg sustainable beauty.
    Senang juga mengetahui bahwa produk lokal minyak Tengkawang dan akar wangi jg digunakan dalam produk kecantikan.

  4. Indonesia yg memiliki kekayaan berlimpah ini memang kaya juga dengan rempah-rempah dan tanaman degan varian yang luar bisa. Kesempatan kita utk bisa memanfaatkannya utk kehidupan sehari-hari

  5. Wiwin | pratiwanggini.net

    Jujur aja, saya termasuk yang tidak ‘care’ dengan bahan-bahan yang terkandung di dalam kosmetik yang saya gunakan. Saya merasa cukup jika sudah tidak mengandung bahan berbahaya dan ada label halal. Ternyata oh ternyata, membaca ini pengetahuan saya jadi lebih banyak. Thanks for sharing, Kak 🙂

  6. Wooww luar biasa, mau cantik aja ga sekedar cantik ya, perlu beberapa hal mesti diperhatikan termasuk menggunakan produk yang ramah lingkungan.
    Jadi semacam flashback baca ini, inget jamannnya orang tuaku dulu yang suka dengan menggunakan minyak2 akar wangi. Begitu pun beberapa sahabat yg tinggal di Kalimantan pernah membahas soal minyak Tengkawang yang banyak manfaatnya.

  7. Duh … selama ini saya kira minyak sawit itu hanya terkandung di makanan yang kita konsumsi saja. Ternyata minyak sawit itu juga ada di dalam skincare yang banyak kita gunakan.
    Semoga semakin banyak produsen produk kecantikan yang menggunakan minyak tengkawang dan akar wangi di dalam produknya, ya. Produk yang bisa membuat kita tambah cantik sekaligus ramah lingkungan

  8. Ngikutin juga nih, tentang penggunaan minyak sawit yang sebetulnya malah kurang bagus untuk tubuh, tapi tetap terus dipromosikan

    Waktu itu saya pernah bahas dengan suami, sebetulnya ada minyak yang kandungannya aman untuk tubuh tetapi belum dimaksimalkan dengan baik. Mungkin salah satunya adalah minyak tengkawang ini ya, Bun

    Pelan-pelan mau kuteliti deh, beberapa produk yang ada di rumahku, terima kasih informasinya ya, Bun

  9. selama ini kita tahunya minyak sawit tuk makanan aja ya ternyata kita sedekat itu ya dengan sawit ini, di skincare pun terdapat sawit dan turunannya.
    harus jeli yaa saat membeli.
    belum pernah lihat nih yang minyak tengkawang.

  10. Semoga skincare lokal banyak yang menggunakan minyak Tengkawang ya, jadi saat kita cek di bagian ingredients nya ada, karena memang kudu menggunakan yang lebih ramah lingkungan

  11. Minyak tengkawang dan akar wangi ini ternyata manfaatnya banyak dan bagus banget yaa buat kulit dan tubuh kita. Dan saya baru tahu ternyata skincare kita banyak yaa yang mengandung minyak sawit dan turunannya…. informasi ini bermanfaat banget makasih ya kak

  12. Masyarakat Indonesia sudah kecanduan minyak sawit, 😀 😀 😀 ya atuhlah gimana nggak kecanduan, hutan-hutan aja dibabat habis cuma buat bikin kelapa sawit, dan minyak sawit lebih murah di Inonesia dibanding minyak2 lainnya heuheu

  13. Beberapa bulan ini aku juga lagi mengurangi minyak sawit mba, awalnya memang buat kesehatan buat tumis tumis biasa diganti dengan minyak zaitun . Itu pun gak banyak pemakainya karena mahalnya hehehe

    Tapi memang aku juga baru tau penggunaan minyak sawit berdampak ke lingkungan ya. Mulai dari penanaman sampai limbah minyak sawit yg cukup banyak selama ini..

    Butuh kerja keras ekstra mengedukasi masyarakat dan juga butuh kesadaran masyarakat buat pindah ke aternnatif minyak lainnya.

  14. Banyak ya ternyata bahan-bahan hutan kita yang ternyata merupakan bahan dasar dari kosmetika. Jadinya kita bisa pilih bahan alami buat kosmetika. Pastinya itu lebih aman buat kulit kita. Ini jadi bukti bahwa hasil hutan gak hanya kelapa sawit aja. Banyak juga komoditas potensial yang bisa dimanfaatkan.

  15. Suka sekali dengan artikelnya, menambah wawasan saya juga nih. Btw untuk akar wangi kayanya dulu suka dijadikan juga sebagai pelengkap dekor ya sebagai pewangi ruangan. Dari sini saya jadi paham produk-produk yang bagus. Makasih Mba.

  16. Kontennya berbobot sekali, aku jadi dapat pemahaman baru soal ingredients skincare yg rupanya msh byk bergantung pada kelapa sawit. I will be more aware to that. Thanks for sharing kak

  17. ternyata banyak sekali produk skincare ataupun make up yang sudah sudah berbahan alami yah mba, tapi akunya kurang mencari tahu, hihihi tapi selama ini aku paling sering pakai skincare dari the body shop sama sensatia, untuk sensatia baru kenalan sekitar 2 tahun terakhir ini pas hamil karena ada yang kasih kado dan langsung suka sampai sekarang

  18. Duhhh nice info banget Kak, thank you!
    Aku jadi tau nih gak asal”an pilih kosmetik. Harus tahu juga mereka bahan”nya alami atau engga yg sekiranya akan berdampak pada kulit kita nanti. Dan first time saya baruntau dengan minyak tengkawang yg manfaatnya ternyata banyak banget ya.

  19. saya baru tahu kalau di Eropa, vetiver oil jadi salah satu bahan aroma untuk makanan. saya kira selama ini roti, makanan beku, olahan susu, daging, makanan ringan, manisan, dan minuman atau makanan lain produk mereka bukan menggunakan vetiver oil.

  20. Euisry Noor (isrinur.com)

    Menarik sekali minyak Tengkawang ini, Mbak. Aku baru tahu ternyata komoditas lokal ini sangat potensial utk diolah seperti utk bahan skincare. Memang sih kita perlu mengangkat komoditas lokal lainnya selain sawit ya. Sawit tuh kayak 2 sisi mata uang gitu. Antara manfaat & keuntungan vs dampaknya buat lingkungan dan hutan.

  21. Aku salfok sama blognya cakep banget hahaha, duh :”) gimana ini ga menang ya! Tapi sebagai pengguna produk kecantikan memang tidak bisa dipungkiri sih penggunaan produk palm itu kaya 80% sih!

  22. Pingback: #LestarikanCantikmu Sekarang, Agar Kita Dapat Rasakan Bumi yang Lebih Terang - Bunda Traveler

  23. Pingback: Masyarakat Adat dan Hutan: Lindungi Mereka, Selamatkan Kita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *