Lompat ke konten

Geliat Rahmad Menghadirkan Senyuman Anak Bibir Sumbing

“Dulu saya dibesarkan dengan cinta oleh orang tua saya, kini saya ingin menebar cinta, terutama pada anak-anak dengan bibir sumbing di Aceh.”

Adalah Rahmad Maulizar, lelaki asal Meulaboh yang menjadi pegiat sosial operasi bibir sumbing di Aceh. Beberapa tahun lalu, Rahmad juga memiliki bibir sumbing dan mendapat program operasi bibir sumbing gratis. Pasca menjalani rangkaian operasi, kehidupan Rahmad membaik. Ia pun memiliki motivasi kuat untuk mengajak anak-anak Aceh terutama di daerah pelosok yang memiliki keterbatasan akses untuk mengikuti operasi bibir sumbing. Berkat kegigihan Rahmad, kini sudah hampir 5000 anak yang terbantu dengan operasi bibir sumbing. Senyuman pun semakin tumbuh cerah di sudut bibir anak-anak dengan bibir sumbing Aceh.

Rahmad Maulizar sedang menjalin komunikasi dengan calon pasien (dokumen: E-Book SIA 2021)

Pernah Jadi Korban Tsunami Aceh 2004

Ada cerita unik dari Rahmad Maulizar. Lelaki yang lahir pada tanggal 20 September 1993 ini merupakan salah satu korban tsunami Aceh tahun 2004 lalu. Bahkan, orang tua Rahmad pun mengira bahwa Rahmad telah meninggal dunia. Pasalnya, ada seorang korban meninggal dunia dengan bibir sumbing. Syukurlah Rahmad dapat ditemukan dengan kondisi selamat dan sehat. Pasca tsunami itulah Rahmad mendapat program bibir sumbing gratis dari yayasan bernama Smile Train.

Selama tahun 2008 sampai dengan 2011, Rahmad menjalani operasi sebanyak lima kali. Operasi ini pun membuahkan hasil bagi Rahmad yang telah hidup dengan bibir sumbing selama 18 tahun. Bibir Rahmad menjadi lebih baik secara visual dan yang paling penting bicaranya sudah lebih lancar.

“Saya dulu sering diejek teman-teman, karena bicaranya tidak jelas seperti a-o-a-o. Sejak kecil memang bibir saya sumbing, bahkan ada langit-langit. Hidung juga seperti tidak ada, saya ibaratkan seperti mobil yang hancur depannya,” begitu tuturnya.

Pasca operasi, Rahmad merasa hidupnya pun lebih tertata dan ia lebih optimis dalam menjalani hari. Rahmad dapat berkuliah S1 sampai selesai, serta membangun keluarga. Istrinya pun sangat mendukung kegiatan yang ia lakukan.

Hal ini tentu bertolak belakang dengan pandangan orang tua Rahmad Maulizar yang dulu pernah mengira Rahmad tidak memiliki masa depan akibat bibir sumbing yang ia derita. Akan tetapi, kasih sayang dari orang tua yang tak terbatas membuahkan cerita yang manis. Orang tua Rahmad Maulizar tidak pernah minder dan malu memiliki anak dengan bibir sumbing. Rahmad merasa telah mendapatkan cinta yang utuh dari orang tuanya dan kini ia ingin menebar cinta kepada orang lain.

Menjadi Relawan Bibir Sumbing

Setiap hari Rahmad selalu menyempatkan waktu untuk berkeliling Aceh. Tujuannya bermacam-macam, yang utama tentunya untuk mencari anak dengan bibir sumbing. Selain itu, Rahmad juga gencar melakukan sosialisasi ke puskesmas maupun lembaga lain tentang kehadiran dirinya untuk membantu operasi bibir sumbing. Ketika ada pandemi covid-19, Rahmad juga gencar membagikan masker dan menyosialisasikan pentingnya penggunaan masker. 

Tak hanya itu, Rahmad pun dengan bangga menyebarkan nomornya dan memperkenalkan diri sebagai pegiat sosial bibir sumbing. Dia mengaku nomornya sudah ada di tiang listrik, para petugas di puskesmas, warung, hingga ibu-ibu penjual sayur.

“Saya lebih suka mengandalkan ibu-ibu, sebab, informasi lebih cepat menyebar,” ucap Rahmad seraya tertawa.

Sejak tahun 2015, Rahmad menjadi Relawan Smile Train. Smile Train merupakan badan amal internasional untuk anak-anak yang memberikan operasi perbaikan bibir sumbing secara gratis serta perawatan bibir sumbing secara komprehensif. Dulu, Smile Train pula yang membantu Rahmad. Kini, bergantian menjadi Rahmad yang turut menjadi relawan dan bekerjasama dengan Smile Train untuk merekahkan senyuman anak-anak di Aceh.

Rahmad Maulizar dan calon pasien bibir sumbing dengan operasi gratis dari Smile Train (Dok: Instagram @rahmad_maulizar)

Kerap Mendapat Penolakan

Menurut data yang dimiliki Rahmad, di Aceh, dalam setiap minggu ada dua sampai tiga anak yang terlahir dengan bibir sumbing. Rahmad ingin agar pengalaman buruknya di masa lalu tidak terulang kembali pada anak-anak di Aceh. 

Ia pun berusaha mewakafkan waktu yang ia miliki untuk kegiatan sosial ini. Pernah ia harus berkeliling selama satu bulan penuh, pernah juga ia tidak pulang selama 10 hari karena lokasi calon pasien yang cukup jauh dari pusat kota. 

Perjalanan Rahmad Maulizar menemui calon pasien pun tidak selalu mulus. Justru sebaliknya, Rahmad sering mendapat penolakan. Bentuk penolakan masyarakat pun bermacam-macam. Ada yang menyiram Rahmad dengan air tanda pengusiran, ada yang menutup wajah anaknya agar tidak ketahuan, ada pula yang dengan terus terang menolak anak dioperasi.

Salah satu penyebab penolakan ini adalah karena masyarakat masih banyak menganggap bibir sumbing sebagai aib. Inilah tantangan terberat Rahmad Maulizar. Ia harus telaten meyakinkan calon pasien bahwa bibir sumbing bukanlah aib yang harus disembunyikan. Rahmad pun harus berhati-hati menyampaikan pesan agar keluarga tidak tersinggung. Dia sangat mengerti bahwa menjadi pekerja sosial harus memahami situasi yang sangat dinamis di lapangan dan harus lebih banyak bersabar.

Secara perlahan, Rahmad menjelaskan mengenai dampak operasi, memberi motivasi, dan menjelaskan mengenai biaya nol rupiah pada keluarga calon pasien. Ia memberi edukasi pada keluarga pasien mengenai risiko dan kemungkinan masa depan cerah dari anak dengan bibir sumbing. Tujuannya agar keluarga tidak putus asa dan anak pun tetap bisa menyelesaikan sekolah serta menggapai cita-cita dengan perasaan yang lebih bahagia.

Prosedur Panjang Sebelum Operasi Bibir Sumbing

Menurut keterangan Rahmad, terdapat tiga tahapan operasi bibir sumbing. Pertama adalah operasi bibir, kedua operasi langit-langit bibir yang dapat dilakukan setelah 8 bulan dari operasi pertama, dan yang terakhir adalah operasi hidung. Proses yang lama dan bertahap inilah yang terkadang enggan dilalui oleh keluarga.

Proses inilah yang turut menginspirasi berdirinya Rumah Singgah Senyum, sebuah rumah singgah yang didirikan oleh Smile Train untuk penderita bibir sumbing dan celah langit-langit. Kehadiran rumah singgah ini sangat membantu keluarga dan pasien yang berobat di Banda Aceh. Kini, masyarakat dapat datang setiap akhir pekan tanpa repot mencari tempat tinggal dan konsumsi.

Bekerja sama dengan Para Bidan

Pernah suatu hari Rahmad mendapat telepon dari seorang ibu yang anaknya baru berusia 4 hari. Anak tersebut menderita bibir sumbing dan sang ibu langsung inisiatif untuk menelepon Rahmad. Tak lama, tepatnya saat si bayi berusia 16 hari, Rahmad datang kepada ibu dan menjelaskan bahwa bayi baru dapat dioperasi setelah berat badan tercukupi. Selama rentang waktu tersebut, Rahmad biasanya melakukan pendampingan dan sosialisasi kepada keluarga calon pasien.

Tidak semua anak bisa langsung menjalani operasi bibir sumbing. Operasi baru dapat dilakukan minimal saat anak berusia 3 bulan dengan berat badan 5 kg. Akan tetapi, hal itu tidak menjadi alasan Rahmad menunda waktu untuk menjemput bola. Ia justru sangat giat bekerja sama dengan para bidan agar dapat lebih dini mendeteksi anak dengan bibir sumbing. Rahmad pun berkunjung ke kantor Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Aceh dan berdiskusi dengan Ibu Elfi Wahyuni selaku ketua IBI Aceh. Tujuan Rahmad adalah melakukan sosialisasi agar program operasi bibir sumbing gratis dari Smile Train bisa sampai ke bidan desa di seluruh Aceh.

Rahmad Maulizar bersama Bu Elfi Wahyuni dari IBI Aceh (Dok: Instagram @rahmad_maulizar)

Mendapat Dukungan Penuh dari Keluarga

Kegigihan Rahmad juga ia lakukan pasca operasi. Ia rutin membangun jaringan komunikasi melalui WhatsApp dan melakukan pertemuan rutin tahunan dengan para penderita bibir sumbing di Aceh. Rahmad melakukan upaya ini dengan tujuan para penyintas dapat saling mendukung satu sama lain. Bagi Rahmad, jaringan dari pasien dan keluarga menjadi penting dalam membangun komunikasi timbal balik dengan dokter, rumah sakit, dan sesama keluarga pasien.

Rahmad mengakui bahwa ia tidak bisa fokus pada kegiatan utamanya untuk menolong anak-anak dengan bibir sumbing tanpa dukungan dari istrinya. Ia pun bersyukur memiliki istri dan anak yang mendukung kegiatannya. Hingga saat ini, Rahmad berhasil mengajak 5000 anak untuk operasi bibir sumbing. Sebuah angka fantastis dan cukup untuk kita sebut Rahmad sebagai pahlawan bibir sumbing di Negeri Serambi Mekkah.

Referensi:

E-book Satu Indonesia Awards 2021

Kick Andy, https://www.youtube.com/watch?v=gghy9ZI0gjw

Instagram Rahmad Maulizar, https://www.instagram.com/p/Ck9m80dSWAA/

18 tanggapan pada “Geliat Rahmad Menghadirkan Senyuman Anak Bibir Sumbing”

  1. Masya Allah, sangat mulia dan menginspirais sekali Mas Rahmad ini. Karena memang bibir sumbing bisa menjadi bahan ejekan yang membuat turunnya rasa kepercayaan diri. Makanya dengan motivasi dari mas Rahmad, orang pun ingin menjalani operasi dan mengubah hidupnya menjadi lebih baik lagi.

  2. MashaAllah sungguh mulia hati Rahmad Maulizar. Seseorang yang sangat inspiratif, perjuangannya ditengah berbagai penolakan tak membuatnya berhenti mengupayakan yang terbaik untuk penderita bibir sumbing. Terlebih keluarganya sangat mendukung, semoga kehadiran Rahmad dapat membantu penderita bibir sumbing makin bersemangat untuk menjalani hari-harinya, karena bibir sumbing bukanlah aib, namun kondisi ini masih bisa disembuhkan dan mereka bisa hidup normal, menjalani kehidupan seperti layaknya manusia normal pada umumnya.

  3. Keluarga pasti bangga dan senang nih ya, bisa memiliki sosok yang sangat rendah hati tapi memiliki pemikiran yang mulia seperti Rahmad Maulizar ini. Semoga semangatnya membangkitkan generasi muda lainnya untuk terus berbuat baik dan membantu sesama

  4. Alhamdulillah ada banyak orang baik yang terus menggerakkan aksi sosial seperti ini, senang sekali istri dan keluarganya mendukung apa yang dilakukan oleh Ramad Maulizar ini. Semoga semakin banyak orang-orang baik yang menginspirasi seperti ini.

  5. Rumah Singgah Senyum ini menarik sekali dari namanya ya. Selalu ada harapan pastinya untuk anak-anak yang mau tersenyum manis kembali. Operasai tentu bisa dilakukan jika ada bantuan dana ya. Salut untuk kegiatan yang dilakukan Pak Rahmad begini sehingga orang lain pun bisa ikut senyum kembali.

  6. sungguh mulia sekali apa yang dilakukan oleh Pak Rahmad. Semangatnya membantu sesama semoga dibalas berlimpah oleh Tuhan. Sangat menginspirasi

  7. Pak Rahmad Maulizar ini luar biasa ya. Orang baik banget sampai membaktikan dirinya untuk menolong anak-anak yang terlahir dengan bibir sumbing. Sehat selalu ya, Pak, dan semoga Tuhan membalas kebaikan Bapak. Dan semoga kisah ini juga mendorong lebih banyak orang berbuat kebaikan ya

  8. MasyaAllah Pak Rahmad ini menginspirasi karena memberi dukungan untuk pasien bibir sumbing bisa dioperasi. Semoga banyak lagi seperti Pak Rahmad ini di daerah manapun

  9. hasilnya seperti tidak pernah kena bibir sumbing ya. Dulu dikampung kalau lihat anak dengan bibir sumbing itu biasa. Rasanya sudah lama sekali tidak melihat ornag dengan bibir sumbing. Baru kali ini baca lagi artikelnya.

  10. Dari data, dalam seminggu ada 2 hingga 3 anak yang terlahir dengan bibir sumbing. Lumayan banyak juga ya itu. Kira-kira apakah penyebabnya? Apa karena nutrisi selama ibu hamil yang kurang? Sepertinya hal ini juga mesti jadi perhatian pemerintah nih.

  11. Wow luar biasa banget Pak Rahmad Maulizar ini. Benar-benar mendedikasikan dirinya untuk kegiatan sosial demi senyum cerah para penderita bibir sumbing. Saluuuut. Sehat selalu ya, Pak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *