Mengatasi Keadaan Genting Bermodal Formulir Daring
Selembar formulir daring biasanya sekadar menjadi pelengkap syarat administrasi. Namun, pemuda berusia 24 tahun bernama Muhammad Zidny Kafa memiliki gagasan lain. Ia menggunakan formulir daring sebagai alat untuk mitigasi pandemi Covid-19 di Desa Panggungharjo, Bantul, Yogyakarta. Langkah gesit Zidny berhasil menekan angka kasus Covid-19 di Desa Panggungharjo. Bersama dengan tim, Zidny juga mampu menghadirkan solusi untuk masalah ekonomi dan sosial yang muncul akibat pandemi.

Zidny bersama sejumlah pemuda dan Pemerintah Desa Panggungharjo membentuk gerakan bernama Panggung Tanggap Covid-19 atau PTC-19. PTC-19 menjadi gerakan gotong royong warga Desa Panggungharjo dalam penanggulangan bencana Covid-19.
Langkah awal yang dilakukan oleh PTC-19 adalah meluncurkan website Panggung Tanggap Covid-19 dan formulir daring. Dalam PTC-19, Zidny berperan sebagai Koordinator Data dan Informasi. Menurut Zidny, formulir daring merupakan sarana yang tepat untuk memetakan kerentanan masyarakat desa akibat pandemi. Pendataan warga desa bisa optimal tanpa menimbulkan kerumunan.
Zidny juga membuktikan bahwa hal sederhana seperti formulir daring bisa menjadi langkah awal yang efektif untuk mengatasi keadaan genting. Pada akhir Maret 2020 kasus meningkat pesat dan menimbulkan banyak korban. Ketika daerah lain kewalahan, Desa Panggungharjo sudah siap dengan penanganan pada aspek klinis dan pemahaman dasar tentang pandemi. Kepiawaian Desa Panggungharjo dalam menaklukkan pandemi ini tidak lepas dari gerak cepat PTC-19 serta gagasan sederhana yang dimiliki oleh seorang anak muda di desa Panggungharjo bernama Muhammad Zidny Kafa.
Gerak Cepat Bentengi Desa dari Covid-19
Penamaan Panggung Tanggap Covid-19 yang disingkat sebagai PTC-19 ini sangat menarik. Kata “Panggung” merepresentasikan Desa Panggungharjo di Bantul, Yogyakarta. Pada sisi lain, kata panggung dalam KBBI berarti tempat berlangsungnya sebuah pertunjukan. Singkat kata, PTC-19 ini menjadi “arena” aksi untuk mengatasi pandemi Covid-19 di Desa Panggungharjo.
Panggung Tanggap Covid-19 lahir dari kegelisahan Zidny. Ia mengamati minimnya atensi pemerintah untuk desa ketika awal pandemi muncul. Pemuda berusia 24 tahun ini maklum, sebab Covid-19 adalah sesuatu yang baru bagi dunia dan masyarakat Indonesia. Selain itu, episentrum Covid-19 pada awal tahun 2020 lebih banyak berpusat di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, dan Kota Yogyakarta.
Bersikap maklum tidak berarti Zidny harus berpangku tangan. Ia memiliki pandangan tersendiri bahwa jika kondisi ini terus dibiarkan, desa akan sangat terpukul karena masyarakat desa umumnya berada dalam kondisi rentan. Dengan cepat ia mempelajari situasi pandemi melalui berita dan memprediksi bahwa dampak yang ditimbulkan akibat pandemi bisa sangat variatif serta bisa dengan cepat menjalar ke desa.

PTC-19: Andalkan Sistem Door to Door dan Digitalisasi
Zidny pun berupaya melindungi desanya sedini mungkin. Ia dan beberapa temannya segera menemui lurah Desa Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi, untuk melakukan upaya pencegahan. Niat baik pun tersambut, Pak Lurah memberi dukungan yang besar untuk PTC-19. Lurah Desa Panggungharjo mengizinkan agar PTC-19 dapat bergerak bersama tim dari pemerintah desa dan puskesmas.
Minimnya dukungan modal berupa materi tidak menyurutkan gerakan PTC-19. Ia percaya bahwa modal berupa pengetahuan dan pengalaman semasa kuliah sudah cukup membantu. Ketika masih berstatus mahasiswa, Zidny menjadi ketua komisariat organisasi pergerakan mahasiswa PMII di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada periode tahun 2017/2018 dan aktif melakukan advokasi kepada masyarakat. Manfaat ini ia petik ketika menggerakkan PTC-19. Zidny sangat luwes dalam membantu warga desa dan bisa menyatukan tujuan para pihak dengan baik.
Zidny memilih pendekatan door to door atau berkeliling ke rumah warga. Kendati formulir online telah disebar, ia tidak membiarkan formulir berjalan sendiri. Zidny sadar bahwa tidak semua masyarakat desa melek digital. Beberapa bahkan kesulitan menggunakan smartphone dan tidak memiliki kuota yang memadai.
Begitu kira-kira ucapan Zidny ketika berkeliling ke rumah warga. Zidny mengutamakan sopan santun dan mengajak perangkat desa setiap ada visitasi ke rumah warga. Hal ini membuat warga merespon dengan sikap yang kooperatif. Nyaris tidak ada penolakan terhadap upaya pendataan oleh PTC-19.
Meskipun proses pendataan berjalan mulus, Zidny menemukan tantangan baru yakni literasi digital penduduk desa. Banyak informasi tentang pandemi Covid-19 yang tersebar secara daring. Masalahnya, tidak semua warga desa piawai dalam menggunakan gawai.
Rintangan ini membuat Zidny dan PTC-19 turut memberi edukasi tentang literasi digital. Tujuannya bukan hanya mendapatkan data yang akurat atas kondisi penduduk desa, tetapi juga agar informasi tentang pencegahan Covid-19 dapat tersampaikan dengan baik.

Himpun Data dengan Melibatkan Masyarakat Desa
PTC-19 dan Pemerintah Desa Panggungharjo meluncurkan website www.panggungharjo.desa.id/panggungtanggapcovid19/ yang berisi tiga hal pokok: formulir daring, hotline WhatsApp, dan alasan singkat tentang mengapa warga harus mengisi data. Melalui website tersebut, PTC-19 menjelaskan bahwa data diperlukan untuk melihat seberapa besar potensi sebaran Covid-19 di Desa Panggungharjo berdasarkan aktivitas warga dalam 14 hari terakhir.
Data ini berguna sebagai identifikasi awal atas potensi dampak yang mungkin dialami oleh warga desa, seperti dampak klinis berupa tertular virus Covid-19 serta dampak non klinis berupa potensi hilangnya pendapatan warga selama pandemi. Total terdapat empat formulir yang disediakan oleh PTC-19.
Pertama, laporan formulir kesehatan pribadi.
Formulir ini dapat diisi serta di-update oleh warga setiap hari agar PTC-19 dan Pemerintah Desa Panggungharjo dapat mengetahui kondisi setiap warga.
Kedua, laporan formulir tentang kondisi keluarga.
Formulir ini cukup diisi sekali saja oleh salah satu anggota keluarga. Pada formulir tersebut, terdapat sejumlah pertanyaan seperti nama, asal pedukuhan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan, nomor telepon, ketersediaan masker dan hand sanitizer, aktivitas perjalanan selama 14 hari terkahir, kesehatan tubuh, hingga jenis bantuan yang diperlukan. Pilihan bantuan yang tersedia cukup beragam, mulai dari bahan makanan, pekerjaan, masker, hand sanitizer, sabun, serta opsi yang dapat diisi sendiri oleh warga. Ini menunjukkan bahwa PTC-19 berusaha mengupayakan bantuan sesuai kesulitan yang dihadapi warga desa.
Ketiga, formulir dampak sosial.
Pemerintah Desa Panggungharjo dan tim PTC-19 membuat formulir ini untuk pemetaan awal program pendampingan bagi anak yatim piatu korban pandemi Covid-19. Kepedulian ini sangat penting mengingat cukup banyak anak yang kehilangan orang tua akibat pandemi corona.
Keempat, formulir dukungan.
PTC-19 membuka donasi seluas-luasnya bagi warga di dalam maupun dari luar Desa Panggungharjo untuk turut membantu menanggulangi bencana Covid-19. Pada formulir ini, donatur dapat mengisi nama lengkap, nomor handphone, email, serta jenis dukungan yang dapat diberikan. PTC-19 menyediakan tiga pilihan dukungan dalam formulir yakni dukungan dengan menjadi relawan, donasi uang, serta donasi barang.

Mengolah Data dan Mengklasifikasikan
Kerentanan Warga
PTC-19 mengolah data yang diperoleh dari formulir daring tersebut dan membuat klasifikasi kerentanan warga. Klasifikasi ini terbagi menjadi empat, yakni tidak rentan, rentan, cukup rentan, dan sangat rentan. Melalui pengelompokan ini PTC-19 mampu menentukan langkah selanjutnya yang harus dilakukan. Level kerentanan ini tidak hanya mencakup pada aspek kesehatan, tetapi juga aspek ekonomi dan sosial.
Dari 9.608 KK di Desa Panggungharjo, sebanyak 7.954 KK melaporkan kondisi perekonomian mereka. Angka yang besar ini menunjukkan kesadaran warga desa yang cukup tinggi. Dari jumlah keluarga yang melapor tersebut, sebesar 32,27 % berada dalam kategori sangat rentan, sebanyak 44,10 % termasuk dalam kategori rentan, kemudian 14,47 % diantaranya berkategori cukup rentan, dan hanya 9,15% yang tidak mengalami kerentanan ekonomi.
Data yang akurat ini tidak lepas dari kekompakan kinerja PTC-19 serta Zidny yang berperan sebagai Koordinator Data dan Informasi. Selanjutnya, PTC-19 memberikan penanganan yang tepat sesuai level kerentanan warga. Bagi warga desa yang teridentifikasi sangat rentan dan cukup rentan, PTC-19 membuat program pembagian bahan pangan serta program padat karya tunai desa.
Sementara untuk warga yang termasuk dalam kategori rentan dan tidak rentan, Pemerintah Desa Panggungharjo dan PTC-19 mengarahkan agar masyarakat membeli sembako dari warung tetangga atau penjual terdekat yang ada di desa. Upaya ini bertujuan untuk memusatkan perputaran uang agar lebih lama di desa. Selain itu, PTC-19 dan Pemerintah Desa Panggungharjo juga menginisiasi sebuah solusi yang kreatif berupa aplikasi Pasar Desa.
Memutar Tantangan Menjadi Peluang
Saat Covid-19 baru muncul di Indonesia, PTC-19 berfokus pada mitigasi dampak klinis terlebih dahulu. Mereka mengoptimalkan edukasi 5M untuk masyarakat dan membantu mencarikan rumah sakit serta tempat isolasi mandiri bagi yang terkena Covid-19.
Namun, ternyata pandemi berlangsung sangat lama dan polanya cepat berubah. Dinamisasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Zidny dan PTC-19. Ia melihat ratusan masyarakat desa yang bekerja di kota dan terkena dampak pandemi berupa PHK. Akibatnya, para pekerja ini kembali ke desa dan tanpa mereka sadari turut membawa virus Covid-19. Transmisi lokal pun terjadi dan episentrum berubah. Titik penularan yang tadinya ada di kota menjadi tersebar di desa. Masalah lain berupa pengangguran pun mulai bermunculan di desa.
Panggung Tanggap Covid-19 mampu beradaptasi dengan cepat. Desa Panggungharjo memperkuat mitigasi dampak ekonomi dan sosial dengan membuat sebuah aplikasi bernama Pasardesa.id. Pasardesa.id adalah platform digital untuk menjajakan produk warga Desa Panggungharjo. Pasardesa.id menjembatani kebutuhan bagi pembeli, sekaligus pada sisi lain mampu memberdayakan penduduk Desa Panggungharjo sebagai penjual.

Zidny dan PTC-19 mematahkan anggapan bahwa masyarakat desa sangat sengsara menghadapi disrupsi teknologi sekaligus pandemi. Nyatanya, dengan sedikit arahan dan kepedulian, masyarakat desa juga mampu bertahan bahkan turut mengambil peran. Kini masyarakat di Desa Panggungharjo sudah tidak canggung untuk menjajakan barang melalui platform digital. Aplikasi Pasardesa.id pun semakin berkembang dan semakin banyak BUMDES dari desa lain yang ikut berkolaborasi.
Sempat Kewalahan Ketika Ada Lonjakan Kasus
Indonesia sempat mengalami lonjakan kasus yang tinggi pada bulan Maret sampai Agustus 2021. Nyaris semua daerah ikut merasakan, tak terkecuali Desa Panggungharjo. Kala itu, Zidny juga mengambil peran dengan mencarikan rumah sakit bagi pasien yang sakit parah.
Suatu ketika, ada seorang pasien yang kondisinya sudah sangat kritis. Pasien tersebut tidak bisa diajak berbicara, nafasnya terengah-engah, dan badannya terkulai lemas. Semua kebingungan karena rumah sakit sudah penuh. Zidny rela mondar-mandir sejak malam sampai subuh untuk berkoordinasi dengan sejumlah puskesmas dan rumah sakit agar pasien yang kritis bisa dapat kamar.
Syukurlah pasien tersebut berhasil mendapat penanganan dan akhirnya bisa selamat. Menurut Zidny, ketika varian delta menghantam desa, gerak cepat tim PTC-19 bisa menekan angka kematian di Desa Panggungharjo.


Menjadi koordinator di PTC-19 membuat Zidny harus merelakan banyak hal, setidaknya waktu dan materi. Kendati demikian, Zidny tidak pernah merasa terbebani. Bagi dia, saat ini kondisi memang serba terbatas dan yang paling penting adalah bagaimana kita semua bisa mengatasi keterbatasan ini bersama-sama.
Rutinitas berupa kunjungan ke rumah-rumah warga justru menguatkan hati Zidny. Rasa pilu dan haru pun tidak dapat ia ingkari. Kerap ia mengucap syukur pada Yang Maha Kuasa karena selalu mendapat anugerah tubuh yang sehat. Sebuah berkat yang membuat Zidny merapal niat, bahwa kebaikan ini harus kembali diberikan kepada masyarakat.

Zidny: PTC-19 adalah Bentuk Tanggung Jawab Sosial Saya
Ketika PTC-19 sudah berhasil berjalan dengan baik, kegelisahan yang lain pun muncul. Zidny mengamati pola pandemi yang ujungnya masih belum tampak dan rutinitas protokol kesehatan yang mulai membosankan. Ia pun terlibat dalam diskusi pada level ideologis agar desa bisa terus berdiri dan bertahan dalam kondisi apapun.
Gagasan ini menjelma menjadi sebuah gerakan bernama Sanggar Inovasi Desa. Berbeda dengan PTC-19, Sanggar Inovasi Desa (SID) merupakan sebuah yayasan yang resmi berbadan hukum. Inisiasi SID sebetulnya sudah ada sejak sebelum pandemi, yakni pada bulan Desember 2019. SID kemudian diluncurkan secara resmi oleh Menteri Desa PDTT RI pada 5 Januari 2020 di Yogyakarta.
SID fokus pada mereplikasi pengalaman empiris di Desa Panggungharjo untuk ditularkan menjadi sebuah pengetahuan ke desa-desa lainnya. Dalam struktur kelembagaan di SID, Zidny berperan sebagai staf yang menjalankan program dan menjadi fasilitator. Saat ini SID telah melakukan sejumlah program pendampingan di beberapa kabupaten di Jawa Tengah, Yogyakarta, serta di Kalimantan Timur.
Anak pertama dari dua bersaudara ini tidak hanya bergerak di lapangan. Ia juga mengabadikan ilmu yang ia peroleh selama menjadi relawan ke dalam sebuah tulisan. Salah satu karya yang ia buat berjudul “Tata Kelola Pendataan dan Penyaluran BLT-DD Melalui Pasardesa.id sebagai Upaya Pencegahan Korupsi”. Karya tulis ini dapat diakses secara publik pada INTEGRITAS: Jurnal Antikorupsi dari Komisi Pemberantasan Korupsi. Karya ilmiah tersebut ia buat bersama dua rekan lainnya bernama Ashilly Aschidsti dan Ahmad Mizdad Hudani.

Bagi Zidny, ia masih jauh dari berhasil. PTC-19 dan SID bukanlah sekadar sebuah gerakan untuk menyelesaikan masalah. Baginya, ini adalah bentuk tanggung jawab sosial dengan sesama manusia. Prinsip ini membawa Zidny lebih nyaman untuk bergerak di balik panggung dan lebih banyak berbuat aksi nyata.
Kiranya pesan itulah yang membuat pemuda kelahiran Kendal ini terus bergerak optimal untuk desa dan terpilih sebagai penerima SATU Indonesia Awards 2021 Kategori Khusus Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19. Zidny berharap setelah mendapatkan SIA 2021 dari Astra, ia bisa berkolaborasi dengan lebih banyak pihak. Seperti kerja sama dengan Kampung Berseri Astra dan penerima SIA yang lainnya. Zidny memiliki keinginan agar semakin banyak desa yang tumbuh dan kuat, penuh senyum serta rasa optimis dalam membangun masa depan.
Melalui kisah ini, Muhammad Zidny Kafa dan Panggung Tanggap Covid-19 telah menunjukkan satu pelajaran penting pada dunia. Bahwa ternyata, kita dapat mengatasi pandemi mulai dari hal yang sederhana, seperti membuat formulir daring dan kemauan untuk bekerja sama.
Referensi:
- Wawancara via telepon dengan Muhamamad Zidny Kafa,
- E-book SATU Indonesia Awards 2021,
- Website Desa Panggungharjo https://www.panggungharjo.desa.id/,
- Website Yayasan Sanggar Inovasi Desa, https://sanggarinovasidesa.id/,
- YouTube SATU Indonesia.