Lompat ke konten

“Sarjana muda kok kerjanya di kampung!”
Begitulah sindiran yang muncul dari masyarakat di pesisir Nagari Sungai Pinang ketika menerima ajakan David Hidayat untuk merehabilitasi lahan mangrove yang sudah kritis. Dua hari pasca wisuda, David Hidayat tidak panik mencari kerja. Alih-alih menjadi job seeker, ia malah pulang ke kampung halaman dan mendirikan komunitas menyelam bernama Andespin (Anak Desa Sungai Pinang). Andespin pun tumbuh menjadi sebuah komunitas untuk menyelamatkan terumbu karang dan mangrove di nagarinya.

“Sarjana muda kok kerjanya di kampung!”
Itulah sindiran yang muncul dari masyarakat di pesisir Nagari Sungai Pinang ketika menerima ajakan David Hidayat untuk merehabilitasi lahan mangrove yang sudah kritis. Dua hari pasca wisuda, David Hidayat tidak panik mencari kerja. Alih-alih menjadi job seeker, ia malah pulang ke kampung halaman dan mendirikan komunitas menyelam bernama Andespin (Anak Desa Sungai Pinang). Andespin pun tumbuh menjadi sebuah komunitas untuk menyelamatkan terumbu karang dan mangrove di nagarinya.

Persistensi David menemukan jalannya. Layaknya batu yang terkikis air lautan, keteguhan David berhasil meyakinkan pemimpin Nagari, ibu-ibu nelayan, hingga sejumlah perusahaan di Sumatera Barat untuk bahu-membahu melakukan konservasi di wilayah Nagari Sungai Pinang. Kini, masyarakat di Nagari Sungai Pinang pun memetik hasilnya. Mulai dari kesejahteraan yang cukup untuk biaya hidup sehari-hari dari menyemai mangrove, perolehan biota laut yang semakin banyak, hingga pekerjaan sebagai pemandu wisata lokal. Semua itu berawal dari keyakinan kuat seorang David Hidayat, Si Sarjana Muda yang memilih untuk kembali ke kampung daripada bekerja di perkantoran mewah. Kini, ia mendapat julukan baru dari penduduk setempat, yakni David Andespin.

Memulai Kegiatan Sejak Masih Mahasiswa

Ketertarikan David Hidayat akan kehidupan laut dan pesisir tidak hadir tanpa sebab. Pemuda asli Sungai Pinang ini berkuliah di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Kota Padang. Bersama dengan teman-teman mahasiswa lainnya, David sering melakukan kegiatan lapangan di berbagai daerah.

Dari kegiatan inilah lantas David memiliki gagasan untuk konsisten merawat kampung halamannya. Ia melihat ada masalah utama yang bisa dikelola menjadi peluang bagi masyarakat Nagari Sungai Pinang. Caranya adalah dengan melakukan penanaman terumbu karang, konservasi lahan mangrove, dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Tahun 2009 menjadi lini masa pertama kalinya David mengajak teman-teman mahasiswa untuk melakukan kegiatan konservasi dan pengabdian masyarakat di Sungai Pinang. Aktivitas ini berlanjut hingga tahun 2015. Pada tahun 2015, David resmi mendirikan klub selam bernama Andespin yang merupakan akronim dari Anak Desa Sungai Pinang. Anggotanya adalah para pemuda di Nagari Sungai Pinang dan beberapa mahasiswa yang tertarik pada aktivitas di kawasan pesisir. Kegiatan utama Andespin saat itu adalah menyelam, menanam terumbu karang dan transplantasi terumbu karang, serta menanam mangrove. Tentu dengan hasil yang seadanya serta menyesuaikan kemampuan finansial dan tenaga yang ada. David tidak pernah menyangka bahwa ketekunannya dalam merawat Andespin mampu memikat berbagai lembaga untuk bekerja sama.

david hidayat satu indonesia award
Proses transplantasi terumbu karang oleh Andespin (sumber: Instagram David Andespin)

Menyelamatkan Lahan Mangrove yang Kritis

Nagari merupakan sebutan bagi desa di Sumatera Barat. Nagari Sungai Pinang berada di Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis, Nagari Sungai Pinang berada di pesisir pantai barat Pulau Sumatera. Pesona wisata bahari yang menawan serta perkampungan nelayan yang masih asri membuat Sungai Pinang juga tampak begitu memikat di mata wisatawan asing. Salah satu faktor yang mendukung adalah letaknya yang dekat dengan Pulau Mandeh yang sering disebut sebagai Raja Ampat-nya Sumatera Barat.

Kawasan Nagari Sungai Minang sebagian telah memiliki mangrove. Akan tetapi, banyak mangrove yang rusak dan lahannya menjadi kritis. Menurut David Hidayat, ada dua faktor penyebab. Pertama karena faktor kelalaian manusia, kedua karena faktor alam.

Inilah yang membuat David Hidayat bergegas menanami lahan kritis dengan mangrove baru. Salah satu tujuannya adalah untuk mencegah abrasi. Selain itu, mangrove juga telah menjadi sumber penghidupan bagi warga di Nagari Sungai Pinang. Pohonnya bisa menjadi kebutuhan rumah tangga, menjadi kayu api, hingga makanan sehari-hari. Karena anggota Andespin jumlahnya terbatas dan menanam mangrove membutuhkan banyak tenaga, David mulai memberdayakan ibu-ibu rumah tangga untuk membantu kegiatan konservasi mangrove ini. Meski banyak penolakan di awal, lama-lama, para ibu ini justru menjadi kelompok yang paling berjasa dalam penanaman mangrove di Nagari Sungai Pinang.

Proses penanaman mangrove oleh Andespin (sumber: Instagram David Andespin).

Merangkul Ibu-Ibu Rumah Tangga untuk Menyemai Mangrove

Proses menyemai mangrove tidaklah mudah dan membutuhkan banyak tenaga. Anggota Andespin yang hanya 10 orang tentu tidak dapat mengerjakan dengan cepat, apalagi lahan mangrove yang perlu ditanami masih sangat luas. Untuk itu Andespin mengajak sekitar 70 ibu rumah tangga di Nagari Sungai Pinang untuk turut melakukan konservasi mangrove.

david hidayat satu indonesia award
Salah satu ibu rumah tangga yang konsisten membantu Andespin sejak tahun 2014 (sumber: Instagram David Andespin).

Proses penanaman mangrove ini cukup panjang dan bertahap. Pertama-tama, mencari tempat pembibitan mangrove, penyisihan polybag, pengisian tanah pada polybag, mengatur kadar air dalam polybag, penanaman bibit pada polybag, penyimpanan, hingga penanaman di lokasi. Dalam sehari para ibu rumah tangga ini bisa menanam 700 bibit mangrove di polybag.

Salah satu wilayah yang mendapat bantuan ada di Pantai Manjuto. Kerja sama Andespin di Pantai Manjuto pertama kali terjadi pada tahun 2019, yakni bersama Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera Barat yang memberikan 9000 bibit mangrove. Di kawasan Pantai Manjuto ini masih terbilang kurang bibit mangrove. Tahun depan, David dan Andespin masih akan menanam sekitar 10.000 bibit lagi dengan bantuan PT Semen Padang.

Tak hanya itu, Andespin juga menerima kerja sama lain yang bermanfaat untuk kawasan pesisir meski bukan penanaman mangrove. Tahun ini, PT Semen Padang juga memberikan bibit kaliandra. David menilai kerja sama ini menguntungkan karena kelak kayu kaliandra mampu menggantikan batubara. Sekaligus pada sisi lain, penanaman kaliandra juga bisa menjadi tempat budidaya galo-galo (sejenis lebah tidak bersengat yang ada di Sumatera Barat). Sebagaimana kita ketahui, lebah sangat berperan penting pada keberlanjutan lingkungan.

Kini, masyarakat di Nagari Sungai Pinang mendapat manfaat akan lahan mangrove yang sudah mulai lebat. Manfaat itu mulai dari kembalinya kepiting mangrove ke habitat asli, lebih mudah mencari biota laut lainnya, honor harian yang didapat dari kegiatan Andespin, hingga dalam hal pekerjaan karena ada masyarakat lokal yang menjadi pemandu wisata bagi wisatawan lokal maupun asing. Sementara untuk hasil dari menanam terumbu karang, nelayan mengakui bahwa mereka memperoleh tangkapan yang melimpah berkat terumbu karang yang kembali tumbuh di kawasan pesisir Nagari Sungai Pinang.

david hidayat satu indonesia award
Proses penanaman kaliandra oleh Andespin (sumber: Instagram David Andespin).

Kegiatan Andespin: Komplit untuk Anak dan Dewasa

Ada sebuah kegiatan menyenangkan yang kerap menjadi rebutan di kalangan anak muda Andespin, yakni meminjam papan surfing. David mengizinkan anak-anak Andespin meminjam papan surfing, namun dengan satu syarat yakni harus membaca buku terlebih dahulu selama 30-60 menit.

“Awalnya saya hanya mengoleksi papan surfing, Kak. Lalu ada yang tertarik. Satu anak, dua anak, lama-lama semakin banyak yang berkunjung. Akhirnya saya buat syarat harus baca buku dulu,”
ujar David.

Tujuannya tentu saja agar sekaligus dapat meningkatkan minat baca anak-anak Nagari Sungai Pinang. Kebetulan di Andespin juga ada taman baca yang sudah ia kelola sejak zaman mahasiswa. Kegiatan ini lumayan aktif pada tahun 2016 sampai tahun 2019. Kini, sudah lebih sepi lantaran anak-anak sudah mulai remaja dan bersekolah di luar nagari.

Di samping basecamp Andespin, ada sebuah penginapan yang dimiliki oleh warga lokal yang beristri orang Perancis. Di penginapan itu pula akhirnya banyak turis berdatangan dan menginap. David pun tak kehilangan akal dan banyak mengajak bule-bule untuk berkegiatan menanam terumbu karang. Sebagai timbal baliknya, mereka meminta para bule mengajarkan bahasa Inggris kepada para anggota Andespin.

david hidayat satu indonesia award
Anak-anak Nagari Sungai Pinang yang gemar membaca buku (sumber: Instagram David Andespin).
david hidayat satu indonesia award
Anak-anak penerus masa depan Nagari Sungai Pinang (sumber: Instagram David Andespin).

Mengembangkan Batik dan Kopi Mangrove

Kegiatan menanam mangrove akan selesai apabila target sudah terwujud. Agar Andespin juga tetap berjalan dan menebar manfaat, David mencari aktivitas lain agar pemberdayaan anggota dan masyarakat setempat terus bergerak. Lantas, muncul ide untuk mengembangkan produk dari mangrove untuk dijual.

Mangrove memiliki sejumlah produk turunan yang menarik untuk dikembangkan. Ada berbagai macam produk, namun yang menjadi fokus Andespin adalah pengembangan batik dan kopi mangrove. Kerajinan batik mangrove ini sebetulnya mirip seperti kegiatan membatik pada umumnya, hanya saja batik ini menggunakan mangrove sebagai pewarna alami. Sementara untuk kopi mangrove adalah buah mangrove yang diolah menjadi kopi. Jenis mangrove yang dapat menghasilkan biji kopi mangrove adalah Rhizopora Apiculata. Bagian dari mangrove yang dapat diolah menjadi kopi adalah bagian kepala buahnya. Kepala buah ini harus dikeringkan dengan cara dijemur terlebih dahulu. Baru kemudian dapat di-roasting dan terakhir proses penggilingan hingga menjadi bubuk kopi.

Karena Andespin merupakan komunitas yang cukup aktif dalam melakukan konservasi laut, tak jarang lelaki yang lahir pada tanggal 28 Agustus 1987 ini diminta untuk berbagi pengalaman di nagari tetangga. Kebetulan, di beberapa nagari di Sumatera Barat juga memiliki kelompok-kelompok konservasi. Mereka pun saling bertukar ilmu seputar ekosistem pesisir, hingga kerja sama berupa kegiatan tertentu.

Biji kopi mangrove (sumber: Instagram David Andespin).
Proses pengolahan kopi mangrove (sumber: Instagram David Andespin).

Sempat Tidak Didukung Orang Tua

Perjalanan David setelah lulus hingga membangun Andespin tidaklah mudah. Ia harus bersikap keras kepala meski orang tua menginginkan David bekerja di perkantoran terkenal dan memakai seragam. Bagi David, tanpa seragam pun seseorang tetap bisa sukses. Hanya saja kala itu, ia butuh waktu untuk meyakinkan orang tuanya bahwa ada potensi di desa yang bisa ia kelola.

“Kalau saya keluar dari kampung halaman, Kak, siapa mau bangun kampung saya?”
begitu ucap anak kedua dari enam bersaudara ini.

Tak hanya kendala dari orang tua, David juga sempat dicurigai akan mengklaim tanah yang ditanami mangrove. Namun, David terus meyakinkan bahwa upaya ini untuk kebaikan bersama, untuk warga Nagari Sungai Pinang semua. Ikhtiar ini membuahkan hasil karena kini para warga nagari sudah memiliki kesadaran yang tinggi serta mendapat manfaat dari konservasi mangrove yang dilakukan Andespin.

Kini, orang tua David pun mendukung langkah David dalam membesarkan Andespin dan melakukan konservasi di Nagari Sungai Pinang. David berhasil bekerjasama dengan sejumlah perusahaan untuk mendukung kegiatan konservasi mangrove dan menanam terumbu karang. David mengatakan memang perlu tekad dan pembuktian yang kuat bahwa tanpa seragam pun, dia bisa maju dan memberi pengaruh yang besar bagi lingkungannya. 

Masih Berjuang Menghadapi Tantangan Terberat di Andespin

Saat ini, Andespin masih mengalami sejumlah persoalan. Pertama, masalah kesejahteraan anggota. David mengungkapkan apabila Andespin tidak ada kegiatan tertentu, susah untuk menjamin kesejahteraan anggota setiap harinya. Oleh karena itu, para anggota juga harus mencari pekerjaan lain di luar Andespin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kedua, masih minim peralatan selam. Salah satu kegiatan utama Andespin adalah menyelam dan peralatan ini masih terbatas di sana. Perusahaan yang mengajak kerjasama seringkali memberikan program tertentu untuk konservasi, sehingga untuk aktivitas menyelam dan bawah laut masih kurang tersentuh.

Impian Terbesar David untuk Nagari dan Negeri

Melalui Andespin, David Hidayat mengucurkan visi dan impian-impiannya yang mulia. Ia memiliki keinginan suatu saat nanti, Nagari Sungai Pinang menjadi laboratorium hidup hutan mangrove pertama di Sumatera Barat. David masih memiliki kesempatan itu karena sampai saat ini, belum ada laboratorium hidup di Sumatera Barat. Butuh lahan mangrove minimal empat sampai lima hektar agar orang-orang bebas beraktivitas, baik untuk wisata maupun penelitian. Untuk itu ia selalu menyambut kerja sama dari berbagai perusahaan untuk menanam mangrove di Nagari Sungai Pinang.

Impian David selanjutnya adalah ia ingin agar kelak di Nagari Sungai Pinang juga ada taman bawah laut. Taman bawah laut ini bisa menjadi tempat untuk mencegah kepunahan biota serta keanekaragaman hayati di daerah Nagari Sungai Pinang. David yang berkuliah di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan paham dan optimis bahwa Nagari Sungai Pinang bisa memiliki taman bawah laut. Sebab, Nagari Sungai Pinang memiliki ombak yang masih tenang, visibilitas air yang cukup, kontur tanah yang memadai, dan faktor pendukung lainnya. Dengan dua impian besar ini, David tidak hanya mampu menyelamatkan nagari, tetapi juga negeri kita tercinta, Indonesia.

Bagi David, menjadi penerima Satu Indonesia Awards justru menjadi tanggungjawab besar. Rasanya beban untuk membuktikan pada publik jadi bertambah. Tetapi David mentransformasi hal itu menjadi sebuah semangat agar Andespin terus berkembang dan semakin banyak pihak yang bekerja sama dengan Andespin di masa depan. 

Referensi:

Wawancara dengan David Hidayat

YouTube PPID Kabupaten Pesisir Selatan

Instagram David Andespin)

17 tanggapan pada “David Hidayat: Menyemai Mangrove, Melindungi Nagari dan Negeri”

  1. nggak banyak anak muda yang bersedia untuk kembali ke kampung halamannya setelah lulus kuliah. ada yang mungkin bercita-cita kerja di ibukota. salut nih dengan david yang berkomitmen penuh untuk membangun kampung halamannya

  2. Keren sekali Mas David ini. menuntut ilmu jauh, lalu pulang membangun kampung halaman. karena kalau bukan generasi uda, siapa lagi? Apalagi apa yang dilakukan David sesuai dengan ilmunya juga. Dia sudah kenal betul wilayahnya, makanya berhasil dengan baik. Semangat terus, Mas David.

  3. salut buat David, balik ke kampung halaman untuk melestarikan kampung dengan menyelamatkan mangrove juga terumbu karang yang ada di Nagari.
    usahanya untuk menumbuhkan minat baca pada anak-anak juga sungguh wajib diapresiasi nih.
    semoga ke depannya David terus semangat dan lebih banyak lagi yang mengikuti jejaknya.

  4. MashaAllah~
    Menginspirasi sekali langkah untuk membangun Anak Desa Sungai Pinang. Dengan impian besar dari sosok David Hidayat, semoga Nagari Sungai Pinang ada taman bawah laut dan memiliki laboratorium hidup hutan mangrove pertama di Sumatera Barat.

    Ini keren sekalii…

  5. Semoga banyak seperti Bang David ini yang memikirkan bagaimana merawat dan menjaga kampung halamannya. Apalagi kaitannya dengan keselamatan warga pesisir juga ya

  6. aaah keren bangett, soal sindirian sarjana muda kok kerja di kampung itu udah basi banget ya mba pemikirannya? Aku justru sangattt menghormati orang2 yang mau balik kampung setelah menempuh sarjana di kota lain, terus dia mengembangkan desa/kota asalnya ituu dengan ilmu yang dimiliki, nilai manfaatnya masyaAllah deh

  7. Wow, melakukan penanaman terumbu karang, konservasi lahan mangrove, dan pemberdayaan masyarakat lokal itu keren banget mbak. Semoga makin banyak David-David lain di negeri ini yang mau berkontribusi pada konservasi lingkungan

  8. Acungin jempol buat andespin dan david kiprahnya untuk memperbaiki terumbu karang dan melestarikan mangrove patut ditiru.

    Semoga makin banyak anak muda yg peduli.terhadap keberlangsungan kehidupan laut amiin

  9. kerennn! udah punya cita-cita buat bangun kampung dan rawat lingkungan juga, bahkan udh sekaligus bisa merawat komunitas Andespin ya, semoga terus sustain komunitas dan programnya, karena secara tidak langsung semua punya tanggung jawab buat merawat dan menjaga lingkungan

  10. mangrove ini ternyata bisa jadi harapan warga sedunia ya krn bs banyak bgt manfaatnya, gak heran di Indonesia dan berbagai belahan bumi ini lagi pada gencar bgt untuk penanaman mangrove ya

  11. Memang kenapa Sarjana bekerja di kampung? bukankah memang sebaiknya seperti itu ya, sarjana muda membangun desa untuk kesejahteraan masyarakat desa, apalagi juga turut serta dalam pelestarian lingkungan.
    Keren banget kiprahnya Kak David ini. Menyelamatkan bumi dengan cara menanam mangrove dan membuat produk turunannya

  12. Luar biasa, salut banget aku sama David Hidayat ini. Nggak semua freshgrad mau balik kampung dan berkarya untuk tempat tinggalnya. Keren, usaha kecil yang sampe bisa menggerakkan korporasi lewat mangrove. Semoga makin banyak gen Z yang peduli lingkungan macem David ini

  13. Menginspirasi sekali kisah pemudah bernama David ini yang ikut berjuang untuk memajukan masyarakan di kampungnya dengan mengajak mereka menyelamatkan Mangrove dan Hutan Bakau. Bahkan juga turut serta dalam menumbuhkan minat baca anak2 di sana. Benar-benar keren. Semoga impian David untuk Nagari Kampungnya itu bisa segera terwujud.

  14. Pingback: David Hidayat: Anak Nelayan yang Terpanggil untuk Menjaga Laut zonaebt.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *