Lompat ke konten

Perihal Ringan yang Membuat Bumi Sangat Terkesan

membawa bekal ke kantor

Saya masih ingat betul kapan naluri saya mendorong raga untuk melakukan satu tindakan sederhana untuk bumi, yakni pada momen earth hour ketika saya masih SMP. Kala itu kampanye earth hour sangat masif di sekolah-sekolah. Internet belum semudah saat ini, smartphone juga belum tampak batang hidungnya. Siswa masih banyak menggunakan handphone polyphonic. Jadi, ajakan untuk mengikuti earth hour disambut antusias oleh banyak siswa. Bahkan, menjadi perbincangan pada esok hari di sekolah.

Kampanye itu saya praktikkan di rumah. Saya mengotot mematikan seluruh lampu dan listrik di rumah selama satu jam, seingat saya pada jam 8-9 malam. Aksi saya itu tidak langsung didukung oleh kedua orang tua saya, lho, Malah mereka sempat mencibir dengan mengajukan pertanyaan kepada saya, “memangnya, sebesar apa, sih dampaknya? Wong cuma satu jam!”

Hm…, ya juga ya..?

Sempat saya hampir terlena. Kemudian saya bergegas mencari jawaban. Bahwa tujuan earth hour tidak hanya masalah kekompakan dalam mengurangi penggunaan listrik secara global, tetapi juga membangun kebiasaan yang baik. Kebiasaan yang akan membawa tubuh dan pikiran kita sadar bahwa kita bisa mematikan listrik ketika tidak kita butuhkan. Tinggal mau atau tidak.

Pada saat itu saya kemudian menyadari bahwa ada hal-hal kecil yang sangat ringan bagi diri kita. Bahkan seringkali kita lakukan secara tidak sadar. Tetapi, perihal itu mampu membuat bumi terkesan. Sederhana saja seperti mengurangi penggunaan listrik, membawa bekal ke kantor, tidak memproduksi terlalu banyak limbah makanan, dan lain sebagainya.

Ada dua hal yang ingin saya bagikan tentang kebiasaan saya untuk mengurangi pemakaian kemasan sekali pakai dan mengurangi pemakaian listrik. Bonusnya, bukan hanya bumi yang senang, dompet saya pun ikutan girang! Baca sampai tuntas, ya, agar kamu pun dapat memperoleh manfaat dari tulisan saya ini.

Bawa Bekal itu Tidak Merepotkan

Saya sering bekerja di coworking space Surabaya. Penjaga Coworking Space Koridor sampai hafal, saya selalu membawa dua tas. Satu tas ransel, satu lagi tote bag yang saya miliki. Saya biasanya membawa tote bag dari #EcoBloggerSquad atau dari brand kopi favorit saya. Tote bag itu minimal berisi 4 barang: mukena, satu box makan, satu botol air putih, dan satu gelas kopi. 

Mungkin terkesan ribet karena harus membawa dua barang. Tetapi, sebetulnya barang-barang ini cukup enteng. Saya memisahnya menjadi dua tas karena saya tidak mau punggung saya terlalu terbebani. Biasanya di tas ransel saya sudah berisi laptop beserta colokan dan hardisk external. Kalau saya membawa box kecil, biasanya saya cukup menaruh kopi dan air putih di kantung yang ada di kanan dan kiri tas, kemudian box makanan saya masukkan tas ransel.

Praktis, banget, kan? Barangkali kamu belum tahu, saat ini banyak sekali orang yang memilih membawa bekal ke kantor. Menurut The Huffington Post, sebanyak 85% orang membawa bekal ke kantor ketimbang membeli makanan di luar. Tidak heran, sebab membawa bekal ke kantor memang membawa banyak keuntungan. Apalagi saat pandemi begini, anjuran untuk bawa makanan masing-masing menjadi banyak dilakukan oleh berbagai pihak. Beberapa keuntungan membawa bekal ke kantor antara lain:

membawa bekal ke kantor

Tidak Menambah Sampah Kemasan

Kemasan makanan sekali pakai itu sudah pasti selalu digunakan oleh para penjual makanan dan minuman. Kalau kita ke kantin kantor atau restoran dekat kantor, kita akan menggunakan peralatan makan milik restoran tersebut. Otomatis dipakai banyak orang, kan, meskipun sudah dicuci. Maka dari itu, sebisa mungkin kalau saya sedang bekerja ke coworking space, saya membawa sendiri bekal makanan saya. Kadang hanya cemilan, kadang makanan yang agak berat. Tergantung kebutuhan kerja dan kalori harian.

sehat membawa bekal

Lebih Sehat

Membawa makanan sendiri tentu lebih sehat, karena kita menyiapkan sendiri di rumah dengan bahan-bahan yang sudah kita ketahui persis keamanannya. Membawa bekal ke kantor membantu kita dapat mengontrol apa yang kita makan. Hanya kita yang tahu seberapa kebutuhan kalori harian. Saya sendiri selalu memilih membawa bekal yang menyehatkan, seperti overnight oatmeal dengan toping buah stoberi (dari petani lokal) yang telah saya persiapkan pada malam hari sebelumnya, pentol njamoer kukus, dan salad sayur wrap. Beberapa makanan itu cukup untuk asupan makanan saya pada siang hari. Kalau saya lagi laper banget, baru deh makan mie atau nasi hihi.

manfaat membawa bekal ke kantor

Hemat, Bund!

Dulunya saya termasuk yang malas bawa bekal. Saya membeli kopi dengan bantuan ojol dan makan di cafetaria dekat kantor. Kemudian, saya perhitungkan saya minimal keluar uang 50 ribu setiap kali saya bekerja. Duh, lama-lama boncos, kan? Jadi saya memilih untuk mengetatkan pengeluaran dengan membawa bekal seperti air putih, kopi, dan makan siang sendiri. Kalaupun saya butuh membeli camilan tambahan, biayanya tidak lebih dari 10 ribu rupiah. Happy, deh!

membawa bekal ke kantor

Bikin Bumi Terharu

Kita sering mengibaratkan bumi sebagai sosok Ibu. Ingat banget, kan, waktu kita kecil Ibu tuh suka banget bawakan kita bekal ke sekolah. Kalau bekalnya habis, ibu bakal seneng banget. Sama seperti sosok ibu kita di rumah, bumi juga bahagia banget kalau kita mau membawa bekal sendiri ke kantor. Sebab, sudah pasti mengurangi limbah plastik dan sampah organik. Wadah makanan kita pun dapat kita cuci di rumah dan kita pakai lagi esok hari. Tentu lebih aman karena tempat makanan itu ya hanya kita yang memakainya.

Ada beberapa tips yang dapat aku berikan dalam membawa bekal ke kantor. Pertama, siapkan makanan pada malam hari. Minimal, kita cek dulu makanan apa yang akan kita bawa besok, apakah bahan-bahannya sudah ada di kulkas atau belum.

Kedua, bawa makanan yang ringan-ringan saja. Kalau kita sedang berupaya untuk menjaga pola makan, kurangi menu yang tinggi lemak, kalori, dan minyak. Cobalah membawa salad sayur, salad buah, overnight oatmeal, dan cemilan yang dikukus. Walaupun mengandung tepung-tepungan, minimal nggak digoreng lah, yaa.. jadi kalorinya tidak ikut “mengembang”! Hehehe.

Ketiga, persiapkan wadah makan yang aman. Biasanya tempat bekal makanan kita terbuat dari plastik, kan. Usahakan kita memakai bahan yang aman untuk makanan, biasanya dengan kode angka 5 atau PP (polypropylene) dan pastikan food grade.

Bijak Menggunakan Listrik:

Mengurangi Pemakaian Listrik Harian

Tadi di atas saya sempat bercerita singkat tentang pengalaman saya mengikuti earth hour. Pengalaman itu sangat berkesan bagi diri saya dan secara tidak langsung mendorong kebiasan baik berupa lebih peka terhadap penggunaan listrik. Saya sudah tidak lagi sembrono membiarkan smartphone di-charge dari malam hingga pagi. Selain merusak smartphone itu sendiri, listriknya itu looohh… terbuang sia-sia dan pada akhirnya bikin tagihan kita membengkak juga, kan. Istilahnya tuh bocor alus.

Sering juga saya ngomel ke suami dan adik ipar kalau saya melihat mereka masih melakukan kebiasaan itu. Beberapa kali saya mendapati suami menge-charge smartphone dari malam hingga pagi. Adik saya juga meninggalkan kamar dalam posisi kipas angin masih menyala. Duh, gemesss lihatnya!

Kenapa sih ini jadi perihal yang sederhana, tapi penting dan berdampak besar?

Fyi, ketika kita mengonsumsi lebih sedikit energi listrik, kita juga turut mengurangi jumlah asap beracun yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik. Hal ini sangat berpengaruh pada pelestarian sumber daya alam bumi dan turut melindungi ekosistem kita. Selain itu, sudah pasti bakal lebih menghemat tagihan listrik bulanan kita, kan.

Sebetulnya tidak susah loh untuk menjadi lebih bijak dalam menggunakan energi listrik. Kita hanya perlu untuk mengecek penggunaan listrik ketika tidak diperlukan, baik pada siang maupun malam hari. Malam hari ini sering membuat kita terlena, sering tanpa sadar kita tetap menyalakan stop kontak atau kabel oloran. Padahal, itu juga perlu kita matikan karena stop kontak yang menyala itu masih mengalirkan listrik kendati tidak kita gunakan untuk mengisi daya pada gadget.

Ada beberapa cara yang telah saya lakukan dalam bijak menggunakan energi listrik. Pertama, saya memilih untuk menggunakan pompa air yang dapat kita nyalakan secara manual dengan saklar. Memang agak merepotkan, tetapi pompa air jadi tidak perlu terus menerus menyala. Kalau air sudah mulai berkurang, saya nyalakan. Saklar baru saya matikan kalau air di tandon sudah terisi cukup penuh.

Kedua, saya selalu memastikan tidak ada listrik yang menyala di ruang kerja saya pada siang hari ketika saya menemani anak tidur dan pada malam hari. Saya selalu mengecek stop kontak di meja dan mematikan lampu sebelum meninggalkan ruangan kerja.

Ketiga, memilih gadget dan perangkat kerja yang hemat energi. Ini membuat saya tidak perlu berlama-lama mengisi daya laptop dan smartphone saya. Sangat baik untuk kesehatan gadget dan kesehatan rekening saya! Hehehe.

Bagaimana Denganmu?

Saya yakin kamu juga memiliki berbagai langkah sederhana ala kamu sendiri untuk menjaga bumi dan membuat ibu pertiwi kita ini selalu terkesan. Saatnya kita melakukan satu aksi setiap hari secara bersama-sama dan mengikuti challenge di Team Up for Impact dengan mengeklik link tersebut. Ada tujuh challenge yang dapat kita ikuti bulan ini, lho. Jadwal challenge tersedia untuk hari senin-minggu.

Challenge ini tidak harus kita ikuti setiap hari, ya. Pilih saja satu atau dua challenge harian yang ringan untuk kita lakukan. Mulai dari tidak membeli makanan/minuman dalam kemasan, mengurangi pemakaian listrik selama 2 jam, tidak memakan daging merah, tidak menggunakan tissue, tidak naik kendaraan berbahan bakar bensin, tidak menyalakan TV, dan tidak menghasilkan sampah makanan. 

Kira-kira, kamu bakal ikut yang mana, nih? Mau ikutan seperti saya yang memilih challeng 1 dan 2? Yuk, coba ceritakan di kolom komentar. Saya ingin tahu hal-hal sederhana apa yang bisa kita lakukan setiap hari untuk menjaga bumi!

15 tanggapan pada “Perihal Ringan yang Membuat Bumi Sangat Terkesan”

  1. Betul, setuju.
    Bawa bekal itu salah satu pengurangan jejak karbon, ketimbang apa-apa beli terus.
    Sedang aku biasakan untuk anak-anakku selain supaya gizi terjaga, juga dia nggak kebiasaan makan di sembarang tempat.

  2. Gaya hidup hedon itu kadang absurd. Kontennya banyak ttg bawa bekal, sedotan cuci pakai dll tapi nongkrongnya di cafe yang pakai cup plastik. Jarang kulihat cafe yg pakai gelas. Meskipun kalau takeway kemasannya tas kertas. Kebanyakan pakai gelas plastik transparan. Bawa tumbler sendiri masih opsional.

  3. Hal yang dari dulu sering ku lakukan adalah membawa tumbler minuman, ga menyalakan TV soalnya udah ga laku di rumah. Kalo di Bandung aku ikutan komunitas earth hours yang setiap waktu akan merayakannya.
    Semoga saja kita smeua makin bijak dengan penggunaan listrik atau apapun yang akan bisa menyelamatkan bumi tercinta ini.

  4. Sejak kerja di luar negeri kebiasaan baik dalam melestarikan alam dan bumi dari orang sana sangat melekat kuat dalam benak saya. Ke kampung sendiri pun tetap lakukan. Meski banyak tantangan dan cemoohan pastinya. Tapi saya tidak gentar. Toh apa yang kita tanam, itu yang akan kita tuai

  5. Saya juga mulai membiasakan diri dengan menghemat listrik sebisa mungkin. Mematikan lampu dan alat elektronik lainnya yg tidak terpakai itu tidak sulit tapi sering banget alpa ya mba. Ayo semangat bantu bumi tercinta

  6. Di Bali juga sudah menerapkan pengurangan sampah plastik mbak. Kalau belanja kita wajib bawa tas sendiri karena baik pedagang maupun supermarket tidak menyediakan kantong kresek. Begitu pula saat kita membeli minuman, mereka tidak memberikan kita pipet atau sedotan plastik. Memang kesadaran untuk mencintai lingkungan dan hemat listrik itu berawal dari diri kita sendiri ya. Dan ini memang harus dilakukan agar lingkungan makin sehat.

  7. Nah ini, hal yang kecil, yang sering kali kita anggap sepele, tapi jarang dan gak pernah dilakukan. Padahal ini memberi andil lumayan ya buat bumi. Apalagi kalo semuanya melakukan. Sampah kemasan makan berkurang, sumber daya hemat pula. Jadinya bumi bisa lebih bersih dan lestari. Reminder juga nih buat aku.

  8. Bener banget, ikutan earth hour tuh bukan dampak langsungnya yang menjadi tujuan, tapi kebiasaan kita untuk selalu ingat mematikan listrik ketika sedang tidak digunakan. secara jangka panjang pola pikir seperti ini akan baik efeknya bagi bumi.

  9. Idem nih soal listrik kudu dihemat betul, pakai cara2 sederhana misal gak nyalain lampu kalau gk penting2 amat, gk nyolokin stop kontak atau charger hp terus2an soalnya nanti ada vampir listrik. Keliatannya kecil langkahnya tp kontribusinya cukup besar sih ya.

  10. Kebiasaan membawa bekal makanan ini nostalgia sekali, zamanku sekolah, Ibu gak pernah absen bawain bekel dari TK sampai kuliah.
    MashaAllah~
    Manfaatnya bagus banget ternyata untuk kelestarian lingkungan yaa..

  11. Kalau untuk bekal, sebisa mungkin selalu saya siapkan untuk anak2 yg berangkat ke sekolah. Selain lebih hemat, menunya juga bisa disesuaikan dengan kesukaan anak2. Tapi kalau untuk mengurangi listrik, ini yang masih sulit ya. Jaman serba canggih yang apa2 nyolokin ke listrik, kayaknya untuk ngurangin sejam dalam setahun aja susah. Earth Hour kemarin, saya pikir itu mau ada pemadaman, ditunggu2 ngga ada ehhhh ternyata kitanya yg disuruh matiin sendiri dalam rangka Earth Hour. Jadinya dimatiin nggak? Engga, soalnya anak & suami lagi pada seru main FIFA. -____-

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *