Lompat ke konten

Mengintip Masa Depan Melalui
Kondisi Hutan

“Bahkan, pandemi corona saat ini, juga merupakan resiko pahit yang harus kita telan

akibat kerusakan hutan…”

Saya langsung tersentak mendengar penjelasan dari Syaharani, seorang mahasiswi Penggiat Aksi Jeda Untuk Iklim yang menjadi salah satu pembicara pada acara gathering blogger “I Love Indonesia”. Tak lama kemudian, saya mengetikkan keywords di Google “deforestation causing coronavirus” dan berjumpalah saya dengan halaman World Economic Forum. Ternyata, memang banyak pakar mengemukakan bahwa virus yang disebabkan oleh binatang sangat mungkin terjadi karena kerusakan hutan.

Manusia telah mengubah hampir setengah dari tanah dunia menjadi pertanian. Di Indonesia, banyak area hutan yang “sengaja dibakar” untuk kemudian ditanam sawit. Ketika terlalu banyak aktivitas manusia terutama untuk eksploitasi sumber daya alam yang tidak mengindahkan nilai-nilai keberlanjutan, kawasan hutan menjadi tempat yang berbahaya untuk para hewan yang tinggal di sana. Mereka pun banyak memilih untuk keluar dari habitat agar dapat bertahan hidup. Inilah yang kemudian berdampak pada orang di sekitar hutan dan untuk masyarakat luas, sebab binatang liar di hutan banyak yang menyerang tanaman dan berinteraksi dengan manusia. Interaksi ini meningkatkan peluang penularan penyakit zoonosis, (penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia). Contoh yang paling terlihat adalah HIV, yang disebabkan oleh virus yang berpindah dari primata liar ke manusia melalui cairan tubuh yang terinfeksi.

Berkaca dari kondisi lingkungan dan pembangunan yang terjadi hari ini, banyak ahli yang mengingatkan bahwa sangat mungkin ada penularan virus baru dan pandemi yang terulang kembali. Duh, nggak mau banget, kan?

Saya sangat bersyukur mendapat wawasan penting ini. Saya diundang oleh Golongan Hutan dan Blogger Perempuan untuk ikut dalam acara Blogger Gathering dengan tema “I Love Indonesia”. Sebagai info, Golongan hutan merupakan gerakan yang diinisiasi dan dibesarkan oleh organisasi masyarakat sipil dan komunitas sejak Januari 2019. Organisasi masyarakat sipil dan komunitas tersebut adalah Kemitraan/Partnership, Yayasan Madani Berkelanjutan, Yayasan Econusa, Yayasan Auriga, Greenpeace Indonesia, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, CHANGE.ORG, Yayasan Koaksi, Jaringan Pantau Gambut, Kaoem Telapak, Mongabay, Hutan Itu Indonesia, Katadata, Samdhana, AMAN, HuMA, LTKL dan lain-lain. Fokus dari kehadiran Golongan Hutan ini adalah untuk mengajak pemuda Indonesia agar bangga terhadap hutan dan segala potensinya serta mengajak anak muda untuk menjaganya. Golongan Hutan hadir untuk menyebarkan semangat dalam menjaga sumber daya alam agar dapat dinikmati oleh anak cucu bangsa.

Sedangkan Blogger Perempuan Network​ adalah sebuah platform digital dimana seluruh blogger perempuan di Indonesia bisa saling belajar, menceritakan dan menginspirasi satu sama lain melalui konten. Komunitas ini sudah berkembang dengan sangat pesat sejak 2015 dan menjadi komunitas blogger terbesar di Indonesia.

Gathering kali ini menghadirkan para pembicara yang aktif dalam aksi isu lingkungan dan hutan. Mereka dengan semangat memaparkan kondisi terkini hutan yang membuat saya merefresh kembali pengetahuan saya tentang hutan dan lingkungan. Ada Edo Rakhman yang merupakan Koordinator Koalisi Golongan Hutan, Syaharani yang merupakan mahasiswi Penggiat Aksi Jeda Untuk Iklim, dan Anindya Kusuma Putri, seorang aktris sekaligus sport & tourism influencer.

Topik yang diangkat juga sangat menarik, tidak hanya tentang keadaan hutan saat ini tetapi juga apa yang bisa anak muda lakukan untuk masa depan. Obrolan santai pada hari Jumat tanggal 8 Januari lalu membuat saya lebih optimis pada anak muda dan semakin semangat untuk menanamkan kecintaan lingkungan untuk anak-anak saya yang masih kecil.

Mengandalkan Pemuda untuk Masa Depan Bangsa

Mau nggak mau, sekarang memang kita harus lebih perhatian dengan kondisi hutan, karena, kerusakan yang terjadi pada hutan sangat berdampak pada hidup kita. Ada banyak langkah yang dapat kita lakukan sendiri, misalnya saja dengan melakukan adopsi hutan, mengurangi pemakaian plastik, terlibat dalam kampanye lingkungan, dan lain sebagainya. Aksi sekecil apapun dari kita sangat berarti. Hitung-hitung, sambil mengimbangi kebijakan untuk lingkungan dan hutan yang dibuat oleh para pemimpin. 

Kita ketahui sendiri, kebijakan dan berbagai aturan yang terbit saat ini belum sepenuhnya pro dengan lingkungan dan hutan. Kalaupun aturannya sudah oke, penegakan hukumnya tumpul. Permasalahan hutan masih santer kita dengar, sebut saja deforestasi, pengalihfungsian hutan untuk perkebunan sawit, hingga belum terpenuhinya hak-hak masyarakat adat secara optimal. Saya sendiri cukup prihatin dengan kondisi ini, karena sejak saya kuliah hingga sekarang, UU Masyarakat Adat belum juga disahkan. Padahal, mereka yang paling terdampak dengan berbagai kegiatan perekonomian yang dilakukan di kawasan hutan. Kebanyakan, kegiatan tersebut dilaksanakan tanpa seizin mereka yang tinggal di hutan dan yang memiliki tanah atau hutan adat, serta kurang memerhatikan pengelolaan yang baik hingga masyarakat adat sering terkena dampak langsung berupa penyakit, banjir, kecelakaan, dan hal lainnya.

Pandemi corona rupanya juga tidak membuat kerusakan hutan dan penebangan kayu ilegal di hutan menurun. Justru, bagi pelaku, barangkali momen ini merupakan ini kesempatan emas, mumpung semua orang sedang menaruh perhatian pada pandemi corona.

Meskipun banyak kabar yang kurang menyenangkan tentang kondisi hutan, masih banyak kabar baik yang perlu kita dengar. Kita pun belum terlambat untuk bergerak. Kak Edo mengabarkan bahwa Golongan Hutan dan WALHI sempat melakukan penelitian untuk melihat tanggapan anak muda terhadap isu hutan dan perubahan iklim. Rupanya, hasilnya tidak mengecewakan.

Responden penelitian ini beragam, meskipun lebih menitikberatkan pada anak muda. Sebanyak 82% responden berusia 17-30 tahun, 11% responden berusia 31-40 tahun, 4% berusia 41-50 tahun, dan 1 persen berusia 51-70 tahun. Gendernya pun cukup seimbang, yakni sebanyak 52% perempuan dan 48% laki-laki. Persebaran daerah asal responden ada yang dari Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jakarta, Banten, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan. Ada sejumlah isu yang memantik kepedulian anak muda, yang tertinggi adalah isu ekonomi dan kesejahteraan, infrastruktur, penegakan hukum, dan lingkungan. 

Terkait isu lingkungan, menurut mereka ada 5 persoalan yang paling penting untuk segera diselesaikan. Pertama, tentang buruknya pengelolaan sampah dan limbah. Kedua, isu polusi. Ketiga, pertanian dan perkebunan yang tidak berkelanjutan. Keempat, tentang kerusakan hutan berupa pembalakan liar dan kebakaran hutan lalu yang terakhir adalah kerusakan ekosistem laut.

Uniknya, mereka nggak hanya “protes” saja, tetapi juga memiliki gambaran solusi seperti mendukung adanya pengolahan sampah atau limbah dan larangan pemakaian plastik sekali pakai, mendukung pelaksanaan peraturan dan perizinan terkait lingkungan hidup yang sesuai dan bertanggungjawab, mendorong terlaksananya peraturan penggunaan lahan yang memerhatikan aspek-aspek keberlanjutan dan menjaga ketahanan pangan lokal, mengusulkan untuk mengadakan kebijakan penggunaan energi bersih dan penyediaan transportasi publik serta mendorong kebijakan yang efektif untuk melindungi hutan dan lahan gambut. 

Anak-anak muda ini juga cukup sadar bahwa ada satu mekanisme penting yang menentukan nasib berbagai kebijakan di Indonesia yakni pemilu. Mereka juga sadar bahwa para pemimpin dan penegak hukum sangat berperan dalam kondisi hutan dan lingkungan. Mereka merasa bahwa birokrasi kerap menjadi penghalangan penyelesaian berbagai masalah pada sektor kehutanan. Karena penegakan hukumnya lemah, regulasinya minim atau ada yang tidak diatur, kurangnya pemahaman pengambil keputusan atas kondisi terkini tentang hutan dan rendahnya kemauan politik.

Kendati agak geram dengan pemerintah, anak-anak muda ini masih mau menaruh kepercayaan tinggi pada pemerintah (dalam hal ini eksekutif), pada perusahaan dan kepedulian sektor swasta, serta pada DPR. Bahkan, 79% dari mereka setuju bahwa Indonesia bisa menjadi salah satu pemimpin dunia dalam mengatasi krisis iklim.

Barangkali, rasa optimisme anak muda ini ada karena keterlibatan mereka secara langsung pada berbagai kegiatan dan kampanye tentang lingkungan. Jadi, mereka bisa tahu sendiri apa saja langkah yang telah dilakukan pemerintah dan apa yang belum, serta mereka mengetahui secara jelas gambaran dari isu lingkungan tersebut. Seperti Syaharani misalnya, mahasiswi yang juga turut terlibat aktif dalam Jeda Untuk Iklim. Pada gathering ini, Syaharani memaparkan adanya perbedaan yang jelas antara perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, dan perubahan cuaca. Perubahan iklim sendiri menyebabkan perubahan komposisi atmosfer, salah satu penyebabnya adalah karena kegiatan manusia yang menyebabkan efek rumah kaca. 

Yang paling kentara dari perubahan iklim ini adalah perubahan musim yang sekarang kita rasakan, cuaca ekstrim, kelangkaan pangan, dan wabah penyakit. Kebanyakan yang mungkin berkembang adalah yang diakibatkan oleh nyamuk, tetapi, Syaharani mengingatkan bahwa tidak menutup kemungkinan bahwa pandemi lain yang disebabkan oleh binatang juga dapat terjadi karena dampak kerusakan hutan dan perubahan iklim.

Untuk itu, penting sekali bagi kita untuk mulai bergerak melakukan perubahan iklim. Karena bagaimanapun juga, kita sangat berperan dalam menciptakan kerusakan dan saat ini kita sendiri yang terkena dampaknya.

Menjaga Hutan Melalui Hal-hal Kecil

Mata saya terbelalak saat melihat presentasi yang disajikan oleh Anindya Kusuma Putri. Dia ini dulunya merupakan pemenang kontes Putri Indonesia tahun 2015 dari Jawa Tengah. Kecintaannya terhadap alam Indonesia dimulai ketika ia lebih sering naik gunung, salah satunya adalah Gunung Rinjani. Kak Anindya ini sangat terpesona dengan kecantikan Gunung Rinjani, menurutnya, dari atas dapat terlihat pemandangan yang sangat memesona. Di Rinjani, dia dapat menjumpai hutan, savana, dan aneka satwa liar yang masih terlindungi.

Kak Anindya juga memberi tips untuk menjadi traveler yang baik. Dia bercerita pernah mau mandi di air terjun dekat Rinjani, namun, ternyata manusia tidak dianjurkan mandi di sana karena malah mencemari air yang dapat digunakan untuk hidup oleh aneka binatang dan penduduk sekitar. Selain itu, dia juga berpesan agar kita yang hobi berjalan-jalan, lebih sadar dan peduli dengan sampah. Jika berkunjung ke laut, sekalian membawa kantong sampah, agar ketika kita menemukan sampah di laut, bisa sekalian kita pungut sampah-sampah di pantai. Kak Anindya menyaksikan sendiri sampah yang terserah di pantai Bali. Bahkan, ketika sedang diving, dia melihat banyak sampah di dalam lautan. Duh, sedih banget, yaa…

Menurut Kak Anin, ada banyak langkah yang bisa kita lakukan. Nggak usah terlalu besar agar tidak memberatkan, dari yang kecil dulu saja. Yang paling sederhana adalah menyadari bahwa kita terlibat dalam berbagai isu lingkungan, maka munculkan rasa tanggung jawab itu di diri kita agar lebih sadar pula dalam memperbaikinya. Kemudian, lakukan apapun yang bisa dilakukan.

Kalau saya pribadi sebagai seorang ibu, saya rutin bercerita pada anak-anak saya tentang dongeng yang memiliki nilai kecintaan pada lingkungan, tentang kondisi alam dan binatang yang indah dan beragam. Sementara sebagai seorang blogger, saya berusaha untuk tidak terlibat dalam kampanye yang mendukung isu yang bertentangan dengan penjagaan hutan, sebaliknya, saya akan lantang dan maju untuk berkontribusi dalam kampanye tentang hutan. 

Itu aksiku, bagaimana dengan aksimu? Coba, yuk, ceritakan di kolom komentar. Siapa tahu menginspirasi yang lain juga 🙂

23 tanggapan pada “Mengintip Masa Depan Melalui Kondisi Hutan”

  1. Semoga gerakan yang digagas anak muda menjadi pintu dimudahkannya peraturan untuk benar-benar menjaga lingkungan hutan ya. Miris, betapa berkurangnya lahan hutan, karena pembakaran hutan yang menjadi ladang menanam sawit.

  2. Kegiatan yang sangat mulia sekali bagi para aktivis lingkungan. kerjasama dari masyarakat dan pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini.

    Hutan kita sudah banyak yg berkurang, tambah maraknya pembalakan liar, pembakaran hutan dan dijadikannya lahan sawit yg dapat merusak kehidupan alam, tanah dan udara.

    Semoga kita semua dapat menjaga hutan kita.

  3. banyak sekali kerusakan hutan dan alam laitnya seperti laut, gunung, danau dan sungai yang terus menerus terjadi dan disebabkan oleh manusia. Kita harus bisa menghentikan berbagai kebiasaan buruk dan mulai serius menjaga alam

  4. Bener banget, travelling dengan cara yang ramah terhadap hutan itu perlu diedukasikan kepada anak2 muda sekarang. karena masih banyak sekali di antara mereka yang cuma hobi travelling saja tanpa peduli terhadap kelestarian alam itu sendiri.

  5. Seneng banget ya mengikuti webinarnya kita dapat insight tersendiri terutama kalau traveling kemana pun sebisa mungkin jaga kebersihan dan tidak merusak lingkungan. Karena alam itu penting untuk kehidupan.

  6. Wah sayang ngak ikutan Webinarnya yang membahas seputar hutan, soalnya keberadaan hutan sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia yang harus kita jaga dan lestarikan agar anak cucu kita kelak bisa merasakan indahnya hidup karena hutan tetap terjaga.

  7. ah benar banget ya mbak
    bagaimana keadaan di masa depan itu bisa dilihat bagaimana dgn kondisi hutannya
    dan benar sekali ya bahwa menjaga hutan itu bisa dimulai dari hal hal yg kecil

  8. Sebenarnya pemuda dan masyarakat itu dengan senang hati siap menjaga hutan dan lingkungan. Tapi tentu saja kesadaran ini harusnya diimbangi dengan dikuranginya eksploitasi sumber daya alam dong ya.. Kita masih butuh warisan alam buat generasi mendatang.

  9. Memang benar mbak. Kita tidak tiap hari ketemu hutan, tapi hidup kita tergantung sama hutan dan hasilnya. Kalau ga lestari ya bisa terjadi musibah kayak di Kalimantan. Sayangnya yang disalahkan curah hujannya 😥

  10. Pembukanya makjleb banget Mbak ya Allah ngga nyangka aku tuh :'( semoga Allah dan hutan masih memaafkan kita sebagai manusia yang lalai yah…

    Btw prinsip hidup minimalis yang saat ini sedang aku jalani juga concern soal isu lingkungan Mbak. Dimulai dari diri dan dari rumah.

  11. Euisry Noor (isrinur.com)

    Aku pernah juga bergiat di organisasi lingkungan, jadi tahu gimana dampak aktivitas manusia yg gak ramah lingkungan menyebabkan byk masalah, termasuk perubahan iklim. Semoga makin byk yg aware dan take action ya. Krn ini utk bumi kita, tanggung jawab bersama

  12. Pingback: Menjadi Traveler Ramah Lingkungan, Bisa Kita Mulai dari Sekarang

  13. Pingback: Bedah Mantel Bahan Bakar Biofuel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *