Mendulang Manfaat Transaksi Digital
dengan CUAN
“Kamu berhasil menghemat Rp 3.029.301 pada bulan Desember 2020. Kamu juga mendapat potongan harga sebesar Rp 2.160.553 dari semua produk yang kamu beli bulan lalu. Selamat, ya!”
—
Kurang lebih begitulah isi Catatan Belanja bulan Desember di salah satu marketplace yang saya gunakan. Saya dengan bangga mengakui bahwa saya termasuk ibu-ibu digital, menjalankan bisnis di industri digital, dan memanfaatkan kemudahan transaksi digital untuk keperluan diri dan keluarga. Mulai dari membeli diapers, susu, makanan, vitamin, masker, daster, hingga pembayaran listrik dan air kontrakan rumah. Semua aktivitas ini saya lakukan melalui smartphone sambil selonjoran di rumah. Harus saya akui, transaksi digital ini sangat memudahkan saya terutama saat pandemi. Urusan beres, saya pun terhindar dari risiko tinggi penularan virus.
Pertama kali saya menjajal kemudahan transaksi digital karena saya menjalankan bisnis secara online. Saat itu, tahun 2014, saya tidak memiliki cukup modal untuk menyewa toko. Jadi, saya menaruh stok barang di kamar kos saya. Pelanggan pun saya dapatkan melalui penjualan di media sosial. Transaksi kami lakukan dengan cara transfer dan cash on delivery (COD). Berkat dunia digital, “bisnis tanpa toko” milik saya bisa berjalan hingga tahun 2017. Saya berhasil menjangkau konsumen dari berbagai kota di Indonesia. Bahkan, saya memiliki beberapa pelanggan dari Taiwan. Dunia digital memang memaksa saya untuk terus belajar demi memertahankan bisnis. Tetapi, semua itu sebanding dengan hasilnya.
Kini, saya sudah tidak menjalankan bisnis retail. Tetapi, saya tetap memanfaatkan peluang di dunia digital dengan menjalankan bisnis persewaan mainan dan menjadi penulis lepas. Selain itu, saya juga rutin mengandalkan transaksi online untuk kebutuhan sehari-hari. Sebagai pengguna aktif, saya paham ada risiko di dunia digital. Namun, dengan mengetahui cara kerjanya dan selalu update dengan perkembangan teknologi, saya bisa mengurangi kemungkinan terjadinya dampak negatif dan mengoptimalkan kebaikan dunia digital.
Prinsip yang saya gunakan dalam bertransaksi digital adalah CUAN (Cerdas, Untung, Aman, dan Nyaman). Dengan prinsip ini, saya bisa bertransaksi online dengan mudah dan aman. Selain itu, saya bisa bepergian tanpa membawa uang tunai yang banyak dan tidak perlu sering keluar rumah karena nyaris semua kebutuhan bisa saya lakukan dalam genggaman.
C = Cerdas dalam Memilih Produk Pembayaran Digital
Memilih produk pembayaran digital yang tepat akan sangat memudahkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sebaliknya, jika tidak berhati-hati, akan membuat kita mudah terjerat penipuan dan melakukan pembelian yang tidak diperlukan. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang sepatutnya menjadi perhatian. Pertama, soal data. Kedua, soal efisiensi. Dan yang ketiga, soal legalitas.
Banyak orang yang khawatir jika transaksi online akan membuat kita semakin konsumtif. Sebetulnya, tidak selalu demikian. Sebab, kini di berbagai aplikasi keuangan digital, terdapat fitur untuk mendapat data atas konsumsi yang kita lakukan. Dengan begini, kita dapat mengatur anggaran untuk kebutuhan tertentu dan mengontrol keuangan pribadi.
Sementara, apabila kita melakukan transaksi luring, misalnya ketika berbelanja di supermarket atau membayar makanan di restoran, kita tidak harus repot-repot membawa uang tunai dalam jumlah yang banyak. Cukup membawa kartu berlogo Gerbang Pembayaran Nasional (GPN). Belanja pun semakin praktis dan aman.
GPN ini merupakan terobosan dari Bank Indonesia untuk memberikan kemudahan masyarakat dalam mengakses sistem pembayaran yang lebih efisien. Kemudahan yang ditawarkan pun menggiurkan: satu kartu debit yang kita miliki dapat digunakan di semua mesin EDC yang ada di seluruh Indonesia. Kabar gembira selanjutnya, tidak ada biaya tambahan yang dibebankan kepada konsumen. Sementara untuk merchant, juga tidak kalah menarik. Merchant jadi irit mesin EDC dan bisa menjangkau lebih banyak pelanggan.
Kartu debit GPN dapat digunakan oleh seluruh masyarakat sejak tanggal 3 Mei 2018. Logonya pun memukau, yakni burung Garuda. Logo ini sarat semangat. Selain memberikan kemudahan dan keamanan bagi masyarakat, logo Garuda menunjukkan visi untuk mencapai kedaulatan keuangan. Dengan memakai GPN, seluruh transaksi domestik dapat diproses di Indonesia dan memangkas saluran transaksi yang selalu berputar terlebih dahulu di luar negeri. Hal ini dapat meminimalisir kebocoran data dan menekan biaya administrasi. Dengan begini, GPN menjawab dua isu sekaligus, yakni isu tentang keamanan data dan efisiensi.
Kemudian, dari segi legalitas, pilihlah penyedia jasa Penyelenggara Teknologi Finansial yang telah mendapat izin dan/atau persetujuan dari Bank Indonesia sebagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran. Dengan begini, kita bisa lebih leluasa dan worry free ketika bertransaksi digital karena keamanan telah terjamin.
U = Untung Maksimal
Dalam kondisi pandemi yang membuat kita harus menjaga diri di rumah, transaksi digital menjadi koentji agar kita dapat terus memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa bertemu banyak orang. Jika dulu hanya barang-barang sekunder, sekarang, makanan beku serta aneka buah dan sayuran segar pun dapat dibeli dan dikirim dalam waktu yang sangat singkat. Kondisi ini tentu sangat menguntungkan konsumen dan penjual lokal.
Menurut data pada Laporan Survey Internet APJII 2019-2020 Q2, ada beraneka ragam alasan yang dikemukakan para responden dalam berbelanja online. Yang paling banyak menyatakan alasan belanja online adalah karena harga produk yang jauh lebih murah. Kemudian, alasan kedua adalah efektifitas, yakni kegiatan belanja dapat dilakukan di mana saja. Alasan ketiga adalah berbelanja online lebih cepat dan praktis.
Untuk mendapatkan keuntungan maksimal melalui pembelian secara online, kita bisa memanfaatkan beberapa fasilitas yang diberikan oleh marketplace, e-commerce, maupun UMKM yang berjualan di sekitar rumah. Promo tersebut dapat berupa gratis ongkos kirim, bonus koin, dan cashback. Ada pula fitur lainnya yang dapat kita optimalkan seperti mengurutkan harga dan memilih produk dengan ulasan terbaik. Semua upaya ini dapat membuat kita memperoleh produk yang kita butuhkan dengan harga terbaik dan waktu yang relatif singkat.
Sementara untuk berbelanja secara luring, ada pula produk dari Bank Indonesia yang dapat menguntungkan pembeli dan penjual, yakni Quick Response Code Indonesian Standard atau QRIS. QRIS adalah standarisasi pembayaran dengan metode QR Code yang telah terstandar dari Bank Indonesia agar proses transaksi menjadi lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya. Penggunaan QR code lebih mudah daripada mesin EDC dan menjadi salah satu solusi transaksi di berbagai restoran maupun toko pada saat pandemi, karena transaksi dapat terjadi tanpa ada sentuhan pada mesin.
Pengaplikasian QRIS ini mengusung tema dan semangat UNGGUL yang merupakan akronim dari UNiversal, GampanG, Untung dan Langsung. Universal mengacu pada QRIS yang bersifat inklusif untuk lapisan masyarakat dan dapat digunakan untuk transaksi domestik dan luar negeri. Gampang karena masyarakat dapat bertransaksi dengan mudah, aman, dan minim sentuhan, cukup dengan scan kode saja.
Untung karena QRIS membuat transaksi terjadi dengan cepat dan efektif. Kita tidak perlu menyimpan QR code dari penyedia layanan yang berbeda. Hal ini membuat penjual dapat memaksimalkan pelayanan dan pada akhirnya memungkinkan penjual untuk menggaet lebih banyak pelanggan. Dan yang terakhir, Langsung yang ditujukan pada proses penggunaan QRIS yang cepat dan seketika.
A = Aman
Kendati menyuguhkan sejumlah kemudahan, ada ancaman yang mengintai para pengguna transaksi digital. Sebut saja risiko kejahatan siber, kebocoran data, penipuan, dan lainnya. Risiko inilah yang juga membuat sebagian orang masih enggan menjajal nikmatnya melakukan pembayaran non tunai. Ancaman ini banyak dialami oleh pengguna transaksi digital karena literasi digital masyarakat Indonesia masih rendah dan sistem keamanan digital yang belum cukup kokoh. Berdasarkan Global World Digital Competitiveness Index yang dirilis oleh Institute for Management Development (IMD), literasi digital Indonesia menempati urutan 56 dari 63 negara.
Kekhawatiran ini turut dirasakan oleh para responden dalam Laporan Survey Internet APJII 2019-2020 Q2. Setidaknya, ada 43.2% responden yang belum mau beralih ke transaksi digital. Motivasinya bermacam-macam. Yang pertama karena mereka lebih menyukai membeli langsung karena barang mudah didapat. Alasan kedua karena belum bisa menggunakan aplikasi. Lalu, ada pula responden yang mengutarakan alasan kekhawatiran dan alasan keamanan yakni khawatir jika barang yang dibeli tidak sesuai spesifikasi serta khawatir jika barang tidak sampai atau ditipu penjual.
Ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi perusahaan penyedia jasa pembayaran dan Bank Indonesia. Risiko dalam melakukan transaksi digital pasti selalu mengintai. Namun, pencegahan dapat diupayakan dengan membangun tembok pertahanan berupa sistem yang kuat dan memadai. Inilah yang sedang dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral yang bertanggung jawab menjaga keamanan dan memfasilitasi kemudahan dalam bertransaksi.
Bank Indonesia terus mengikuti perkembangan fintech dan perubahan perilaku konsumen pada era digital. Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan membuat Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 pada tahun 2019 lalu. Dalam blueprint tersebut, tertuang arah kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia untuk menavigasi peran industri sistem pembayaran di era ekonomi dan keuangan digital. Selain itu, blueprint ini juga memuat pembangunan hub data, pengembangan kebijakan terkait data konsumen, serta kerangka kerja keamanan siber agar transaksi digital dapat terjadi lebih cepat, mudah, efektif, dan aman. Output dari ikhtiar ini telah terlihat melalui produk Bank Indonesia seperti GPN, QRIS, serta BI-FAST yang segera menyusul untuk dikeluarkan pada tahun 2021.
Sambil menunggu penyempurnaan sistem pembayaran ritel yang dilakukan oleh Bank Indonesia, kita bisa berusaha menjaga keamanan saat bertransaksi secara online dengan cara hanya menggunakan penyedia jasa Penyelenggara Teknologi Finansial yang telah mendapat izin dan/atau persetujuan dari Bank Indonesia. Jangan ragu untuk mengecek terlebih dahulu tentang legalitas serta kebijakan privasi aplikasi.
Kemudian, ketika hendak melakukan pembayaran atau memakai internet banking, upayakan untuk tidak menggunakan wifi publik. Hal ini untuk meminimalisir kebocoran data. Terakhir, rutin mengganti kata sandi, tidak sembarangan mengklik tautan dengan alamat website yang tidak jelas, dan tidak memberikan kode OTP kepada siapapun.
N = Nyaman Bertransaksi dari Mana Saja dan Kapan Saja
Jika kita telah berupaya untuk melakukan transaksi digital dengan cara yang cerdas, menguntungkan, dan aman, sudah pasti hidup kita akan menjadi lebih nyaman, bukan? Bahkan ketika pandemi covid-19, kita tetap bisa memenuhi berbagai kebutuhan meski dari dalam rumah. Kalau pun kepepet harus berbelanja di luar rumah, transaksi bisa tetap contactless dengan menggunakan QR Code dari QRIS. Intinya, kenyamanan dalam bertransaksi digital itu penting. Kenyamanan bisa meliputi kemudahan penggunaan aplikasi / user friendly, cepat, dan minim gangguan. Saya yakin, ke depannya, aplikasi yang tidak praktis akan semakin tertinggal karena konsumen menyukai transaksi yang berjalan dengan cepat dan efisien.
Dengan adanya ketiga produk dari Bank Indonesia yakni QRIS, GPN, dan BI-FAST yang sedang kita tunggu kehadirannya, saya pun semakin optimis bahwa masa depan transaksi digital di Indonesia akan lebih mudah, efektif, nyaman dan aman. Ini merupakan kabar baik bagi para pembeli dan penjual. Saya harap, kabar baik ini juga mampu menghapus keraguan masyarakat yang masih belum shifting dan mencicipi kemudahan transaksi digital. Sebab, ada banyak faedah yang dapat kita panen dari transaksi digital. Tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk membangkitan kualitas dan semangat UMKM, untuk mengurangi kemiskinan, dan untuk memajukan perekonomian nasional.
Manfaat untuk Perekonomian Nasional
Meski terdengar sederhana, membantu membeli produk UMKM lewat transaksi digital itu dapat turut membantu perekonomian nasional. Transaksi secara daring membuat pembeli dan penjual semakin dekat walau terpisah ratusan kilometer. Produk-produk lokal yang berkualitas semakin mudah dijangkau oleh daerah karena saluran distribusi jadi lebih singkat. Bertumbuhnya marketplace serta e-commerce yang dapat diakses siapapun dimanapun juga turut menyemarakkan upaya untuk memutar roda perekonomian.
Perkembangan ini merupakan sinyal baik untuk mencapai inklusi finansial. Menurut World Bank, inklusi finansial berarti individu dan pelaku bisnis memiliki akses untuk mendapat produk finansial yang bermanfaat, terjangkau, dan dapat memenuhi kebutuhan mereka melalui proses yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Inklusi finansial ini memiliki tujuan untuk memberi solusi keuangan bagi mereka yang kurang mampu secara ekonomi dan memberi pelayanan keuangan dasar yang merata kepada masyarakat. Pada akhirnya, inklusi finansial juga berujung pada penurunan tingkat kemiskinan.
Kita telah menyaksikan sendiri terutama saat pandemi, pasar online tidak lagi didominasi oleh produk sektor retail. Penetrasi produk lokal terutama produk dari sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan sudah mulai diterima oleh pasar online dan akan semakin berkembang pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini, secara tidak langsung, juga dapat berdampak positif pada kesejahteraan UMKM, masyarakat, dan meningkatkan pendapatan asli daerah. Sebagai warga Indonesia, saya turut senang jika uang yang saya belanjakan tidak hanya bermanfaat untuk pemenuhan kebutuhan harian, tetapi juga untuk masyarakat yang lebih luas.
Penutup
Setiap perubahan tentu membawa kebaikan dan keburukan, tak terkecuali proses perluasan transaksi digital di Indonesia. Untuk mendulang banyak keuntungan, Anda bisa mencoba menerapkan metode CUAN yang telah saya lakukan selama melakukan pembayaran online. Sementara untuk menekan ancaman, kita bisa mendukung dan menggunakan produk dari Bank Indonesia yang sudah terjamin keamanannya. Oleh karena itu, yuk, kita bertransaksi digital untuk berbagai keperluan. Setiap gerakan jemari kita akan sangat bermanfaat untuk diri sendiri dan untuk kemajuan perekonomian Indonesia.
Referensi:
APJII (2020), Laporan Survey Internet APJII 2019-2020 Q2, 2020,
Bank Indonesia (2019), Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025,
World Bank, Financial Inclusion, https://www.worldbank.org/en/topic/financialinclusion, diakses tanggal 20 Januari 2021,
CNBC Indonesia, Transaksi Digital Sampai E-commerce Melesat di Era Pandemi, https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200825151913-37-181854/transaksi-digital-sampai-e-commerce-melesat-di-era-pandemi, diakses tanggal 20 Januari 2021.
aku pun sekarang sudah jarang banget bawa cash bun
karena semua sekarang serba online
kalaupun beli online, ternyata malah lebih hemat meski ada ongkirnya
Setuju banget, dengan belanja online justru kita bisa kalkulasi, hanya belanja sesuai anggaran
Sedangkan belanja luring, kita sering belanja diluar anggaran
Tergoda diskon dan barang bagus yang murah 😀😀
Yeayy, senangnyaaaa transaksi digital makin gampil, trus tracing ke mana aja duit kita berlabuh juga bisa dilakukan dgn gampil yak.
Bravo BI dan tim yg udah bikin dunia toko digital jadi menyenangkan
Aku masih ingat dulu tuh transaksi masih offline. Terus akhirnya Mbakku nyaranin buat bikin tabungan. Akhirnya sampai sekarang lebih nyaman dengan transaksi digital. Jangan lupa tetap kontrol, dan tidak boros meski semua mudah
Sekarang semua transaksi sudah sebagian besar digital yaa..
Semoga keamanan sistem digitalisasi ini mendukung semua kegiatan perekonomian Indonesia.
Pingback: Cek Domain Website Dulu Sebelum Buat Blog Baru
Pingback: Kisah Dapoer Ra dan Komitmen Pembiayaan UMi Bangkitkan UMKM
Pingback: Stockbit: Rekomendasi Aplikasi Investasi Saham untuk Pemula
Pingback: Transformasi Digital dengan Teknologi Widya Analytic
Pingback: Tips Parenting Era Digital ala Bunda Milenial
Pingback: Rekomendasi Kuliner Semarang yang Sudah Saya Coba