Tahukah kamu bahwa kita memiliki lahan gambut Indonesia seluas 14.9 juta hektar. Akan tetapi sayangnya sebanyak 5.8 juta hektar telah berubah fungsi. Memangnya seburuk itu kah kalau lahan gambut berubah fungsi? Tentu. Saya akan menjelaskan melalui tulisan ini sebagai hasil dari online gathering bersama Pantau Gambut.
Sebagai orang Indonesia, kita harus bersyukur lantaran memiliki lahan gambut Indonesia yang luas. Mumpung jelang hari kemerdekaan, ada baiknya kita menyambutnya dengan lebih dekat mengenal lahan gambut dan turut menjaga gambut meski dari jarak yang jauh. Pada tulisan ini, saya akan bercerita tentang lahan gambut dan bagaimana kita dapat menjaga lahan gambut Indonesia.
Mengenal Lahan Gambut Indonesia
Fyi, bagi kamu yang baru mengenal gambut, lahan gambut adalah lahan yang terbentuk dari bahan induk. Berupa bahan organik hutan atau rumput yang telah mengalami pelapukan. Biasanya berwarna kehitaman atau gelap dan sifatnya sangat asam. Minim unsur hara sehingga tidak subur untuk lahan pertanian. Lahan gambut juga bersifat seperti spons, yakni dapat menyerap dan menyimpan air dalam jumlah banyak sehingga tetap basah sepanjang tahun.
Karena sifatnya yang seperti spons, gambut bisa mencegah terjadinya banjir, melepaskan airnya perlahan apabila diperlukan, dan menjadi penjamin pasokan air bersih sepanjang tahun. Kubah gambut yang ada di Kalimantan, Sumatera, dan Papua dapat diibaratkan seperti waduk yang menyimpan jutaan kubik air hujan.
Peran Penting Lahan Gambut Indonesia
Lahan gambut Indonesia memiliki sejumlah peranan penting bagi manusia dan lingkungan di Indonesia. Pertama, lahan gambut bisa mengurangi dampak bencana banjir dan kemarau. Daya serapnya yang tinggi membuat gambut berfungsi sebagai tandon air. Gambut dapat menampung air sebesar 450-850 persen dari bobot keringnya. Selain itu gambut yang terdekomposisi juga mampu menahan air 2 hingga 6 kali lipat berat keringnya.
Kedua, menunjang perekonomian masyarakat lokal. Berbagai tanaman dan hewan yang habitatnya di lahan gambut dapat menjadi sumber pangan dan pendapatan masyarakat di sekitar gambut.
Ketiga, habitat untuk perlindungan keanekaragaman hayati. Berbagai flora dan fauna eksotis dapat tumbuh dan tinggal di lahan gambut. Mereka berperan penting untuk menjaga keberlangsungan hidup ekosistem gambut lainnya.
Keempat, lahan gambut menjaga perubahan iklim. Lahan gambut menyimpan cadangan karbon yang besar sehingga ketika terganggu, simpanan karbon di dalam gambut terlepas ke udara dan menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca.
Alih Fungsi Lahan Gambut
Lahan gambut Indonesia ini sayangnya, banyak menjadi sasaran untuk alih fungsi lahan. Seperti dengan penebangan liar untuk mengosongkan lahan dalam skala besar, lalu pembuatan kanal-kanal untuk mengeringkan lahan. Apabila lahannya tidak lagi basah, lahan gambut pun jadi turun dan kehilangan fungsi sebagai spons penyerap air.
Ini justru berbahaya, sebab apabila lahan gambut itu kering, dia jadi mudah sekali terbakar. Dan apabila sudah terbakar, butuh waktu yang lama untuk mengeringkan dan mengembalikan pada fungsi alamiahnya. Ini pernah terjadi sangat parah pada tahun 2015 lalu yang sampai kita dapat protes dari negara tetangga karena asapnya sampai ke Singapura, Malaysia, Thailand, hingga Australia.

Bahaya Alih Fungsi Lahan Gambut
Ada beberapa daerah yang memiliki kerawanan tinggi terjadinya karhutla. Yakni daerah Kalimantan Tengah, Papua Selatan, Kalimantan Barat, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Jambi, dan Papua Barat. Potensi karhutla ini masih ada di depan mata lantaran dari 33% area lahan gambut yang dibebani oleh konsesi industri ekstraktif, didominasi sebanyak 50% oleh konsesi dengan Hak Guna Usaha yang didominasi kelapa sawit.

Sebetulnya alih fungsi lahan tidak selamanya buruk, tergantung bagaimana peruntukannya. Akan tetapi yang banyak terjadi adalah alih fungsi lahan ini justru membawa keburukan bagi keberlangsungan lahan gambut itu sendiri dan pada akhirnya juga mengancam satwa dan tanaman di dalamnya. Lebih jauh lagi, juga bisa berdampak pada manusia, terutama yang tinggal di sekitar lahan gambut. Alih fungsi yang sering terjadi biasanya untuk perkebunan sawit, pembangunan perumahan, industri, dan lain sebagainya.
Pengeringan lahan gambut itu sendiri juga bisa melepaskan CO2 ke udara dan pada akhirnya malah memperparah global warming. Kita tentu tidak ingin kebakaran lahan kembali terjadi dan merugikan Indonesia lebih banyak lagi.

Pengendalian Karhutla di Lahan Gambut
Penanganan kebakaran hutan dan lahan yang paling efektif adalah dengan melakukan pencegahan sebelum terjadinya kebakaran. Upaya ini bisa dilakukan dengan melakukan sosialisasi terkait bahayanya karhutla kepada masyarakat dan industri, meninjau kembali peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pemberian izin di lahan gambut, serta pengamatan titik rawan kebakaran yang lebih intensif.
Apabila sudah terjadi kebakaran, maka pemadaman harus cepat dilakukan. Caranya dengan pembuatan serat bakar, pemadaman manual, water bombing, dan teknologi modifikasi cuaca. Penanganan pasca kebakaran dapat dilakukan dengan inventarisasi, monitoring, dan evaluasi serta koordinasi. Bisa juga membuat kebijakan mengenai restorasi gambut dan segera melakukan restorasi gambut.
Penutup
Ada banyak cara menyambut kemerdekaan di Indonesia pada tahun ini. Menurut saya, salah satu cara terbaik adalah dengan turut menyebarkan kesadaran tentang pentingnya lahan gambut dan konsisten menyuarakan isu perlindungan lahan gambut. Bagaimanapun juga, lahan gambut ini spons Indonesia yang perlu kita jaga bersama untuk masa depan bangsa.