Saya mengamati anting-antingnya Mahira, anak pertama saya, sudah kekecilan. Maklum, usia perhiasan di telinga itu sudah 3.5 tahun, dia memakainya sejak bayi procot. Dia meminta untuk ganti anting. “Yang warnanya pink ya, Bunda!” Begitu pintanya.
Saya agak bingung karena nggak pernah beli emas-masan. Ya pernah sih, tapi sudah lamaa tahun 2014 dulu jelang menikah. Saya memang nggak begitu tertarik dengan perhiasan. Pertama, karena sayang duitnya. Kedua, saya belum menyukai gaya hidup glamour nan bling-bling dan show off perhiasan. Satu-satunya perhiasan saya adalah cincin kawin dan itu juga saya simpan. Risih makainya.. haha. Pernah diberi jam tangan seharga 2 jutaan, saya juga grogi pakainya. Saya pakai jam tangan hasil hadiah menang lomba blog ajah 🙂
Intinya.. saya bingung beli perhiasan dimana. Ibuk saya, yang sangat menyukai perhiasan, mengatakan satu lokasi terbaik untuk membeli mas-masan di Surabaya: PASAR ATOM.
Awalnya Cuma Beli Emas, Lalu…..
Sebetulnya saya ragu karena meskipun saya sudah lama mendengar tentang Pasar Atom, saya belum pernah ke sana. Ibuk kemudian berpesan agar saya nggak pergi sendiri dan mencicipi kuliner di Pasar Atom.
“Makanan apaaa aja di sana tuh enak-enak!” Pesan Ibuk.
Saya langsung berinisiatif mengajak suami, karena kami sudah lama nggak ngedate dan kulineran begini. Hehe. Akhirnya setelah suami agak longgar, awal Januari kemarin saya ke Pasar Atom Mall. Fyi, Pasar Atom ini buka setiap hari dari jam 10.00 – 17.00, ya. Lokasinya tinggal cek di sini aja.
Kami berdua naik motor. Parkiran di Pasar Atom sudah memakai Go-Pay, tapi saya memilih pake cash aja. Sebagai new comer, saya langsung to the point bertanya ke satpam lokasi toko perhiasan Madalone langganan Ibuk. Biar nggak buang-buang waktu gitu. Setelah urusan anting-anting beres, kami langsung cus kulineran.
Saya nggak pernah khawatir nyasar di Tunjungan Plaza 1-6, karena denahnya selalu jelas. Tapi, di Pasar Atom? Jangan dikira meskipun hanya “pasar” lokasinya kecil. Gedee banget, loh. Pasar Atom sendiri dibagi menjadi 2, yakni Pasar Atom Lama dan Pasar Atom Mall. Kalau yang mall tempat belanja perhiasan dan baju-baju yang tampilannya seperti di mall-mall. Saya tebak harganya mungkin lebih murah ya dengan kualitas yang sepadan. Sementara Pasar Atom Lama isinya lebih beragam: kain, mainan, kerupuk, makanan, hingga reparasi.
Soal food court, baik di Pasar Atom Lama maupun yang Mall, ada semua. Pasar Atom Lama food court nya di lantai 3 atau 4 gitu ya. Sementara yang baru di Lantai 5. Eh, bener gak ya? Coba kalo ke sana nanya satpam aja haha.
Saya kurang tertarik ke food court Pasar Atom Mall. Tujuan perut saya cuma 2: bubur madura dan lontong mie.
Berburu Kuliner di Pasar Atom Lama
Dari toko emas Madalone, mbak-mbaknya mengarahkan kami ke Pasar Atom Lama dan saya agak bingung dengan arahannya. Singkat cerita, kami nyasar. Setelah muterin beberapa menit, akhirnya ketemu pusat informasi di Pasar Atom Lama dan kami diberi arahan yang lebih jelas.
Lontong Mie Ny. Marlia
Ada satu kuliner terkenal di sini, yakni Lontong Mie Ny. Marlia. Saking banyaknya pelanggan, dia buka stand di beberapa tempat: di Lantai 5 Pasar Atom Mall, di lantai 2 Pasar Atom Lama, dan di food court Pasar Atom Lama. Saya kebetulan melihat pertama kali di lantai 2 Pasar Atom Lama.
Tapi… saya dan suami nggak langsung beli karena khawatir dengan kehalalannya. Kami akhirnya memilih untuk langsung mencari Bubur Madura saja. Belakangan baru saya ketahui dari teman, kalau Lontong Mie Ny. Marlia ini halal.
Bubur Madura
Satu hal yang kurang saya sukai dari Pasar Atom Lama, yakni lokasi makanan terpencar-pencar. Untuk pengunjung perdana seperti saya, tentu sangat menyulitkan. Tapi, kalau kamu memang suka berkeliling, ini mungkin bisa jadi nilai tambah.
Ada sekitar 4 penjual bubur madura yang saya lihat di Pasar Atom Lama. Mereka berjejeran, kebanyakan tidak hanya menjual bubur saja, tetapi juga menu lainnya. Saya berhenti di tempat yang penjualnya ramah dan meyakinkan, yakni Mbak Nur. Kami dipersilahkan duduk, kemudian anaknya (atau karyawannya) memberikan kami masing-masing seporsi bubur madura.
Isinya adalah bubur sumsum, terus bubur candil, bubur mutiara, bubur cenil, dan ketan hitam. Rasanya?? Masya Allaaah.. ngangenin!!!! Bubur sumsumnya lembuut banget dan gak bikin eneg. Saya cuma kurang suka ketan hitamnya saja, saya lebih suka makan ketan hitam terpisah dengan kacang ijo dan santan sendiri. Kemudian, karena ada bubur candil dan bubur cenil, terasa sangat manis, tapi masih nikmat dan bisa saya toleransi. Next kalau beli lagi, bisa minta dikurangi aja gulanya. Seporsi ini seingat saya harganya antara 10-15 ribu.
Mbak Nur juga jualan cenil, lupis, dan ijo-ijo (ntah apa namanya) tapi saya kelupaan mau beli huhu. Hal yang kurang saya sukai dari bubur madura Mbak Nur ini adalah wadahnya, menurut saya akan lebih menarik dan afdol jika menggunakan daun pisang sebagai alas.
Lontong Mie
Selain lontong mie Ny. Marlia, ada banyak juga pedagang kecil yang berjualan lontong mie, mengingat kudapan ini memang jadi kuliner khas Surabaya. Salah satunya ya Mbak Nur ini, dia menjual lontong mie dan lodeh, plus aneka sate seperti telur puyuh, kerang, cecek, dan usus.
Saya mencoba seporsi lontong Mie seharga Rp 15.000 dan dua sate usus yang harganya (kalau nggak salah) @ Rp 1.500. Isi lontong mienya adalah lontong, mie, sayur kecambah, dan udang. Kuahnya nggak tau pakai kuah apa nih, tapi sudah pasti ada petisnya ya.
Rasanya lumayan enak untuk sekelas lontong mie pinggir jalan. Saya juga nggak mules setelahnya, biasanya kalau (maaf) makannya agak kurang bersih pengolahannya, perut saya rawan rewel. Oh, ya, lokasi bubur madura Mbak Nur ini di dekat area parkir motor Pasar Atom Lama.
Mie Tidar
Saya nggak asing dengan Mie Tidar. Ibu saya sangat suka mie pangsit ini, menurut saya rasanya juga nikmat. Terutama rasa mienya.. bisa gurih gitu lah. Saya pernah membeli Mie Tidar di Cito sebelumnya.
Kali ini, saya memesan satu porsi mie ayam pangsit untuk suami saya yang belum pernah mencicipi menu Mie Tidar.
Harganya Rp 38.000, lokasinya ada di food court Pasar Atom Lama.
Nasi Madura
Saya mencoba mencari menu yang belum pernah saya jajal. Di food court ini, ada banyak booth yang sudah saya kenali, misalnya Pempek Ny. Farina, bahkan KFC dan Hokben! Saya sebetulnya tertarik dengan Sop Buntut Gelora Pancasila, tapi pada akhirnya saya melirik Warung Pak Dullah.
Seperti yang saya duga, stand ini menjual makanan Jawa Timuran dan khas Madura. Menu favoritnya adalah soto ayam dan daging, tapi menu utamanya adalah nasi madura. Saya memilih nasi madura yang isinya komplit: cumi, paru, babat, dan udang. Lenglap dengan sambal pencitnya! Woow.. halo kolesterol!
Saya akhirnya nge-skip paru, hahaha. Khawatir program diet berantakan terlalu jauh hihi. Harga seporsi komplit ini Rp 37.000 sudah sana es teh. Tapi saya hanya bayar Rp 30.000 karena tanpa paru. Murah, ya?
Buat saya nasi madura Pak Dullah ini enak, tapi nggak ngangenin. Sambal pencitnya segar (ini bagian favorit saya!), cumi hitamnya lumayan enak walopun masih terasa amis (saya bukan fans cumi hitam), babatnya hambar. Saya jadi menyesal nggak pesan paru. Wkwk.
Saya dan suami masih mengagendakan kunjungan berikutnya. Masih ada banyak yang belum kami cicipin *mendadak laper*.
Keunikan Pasar Atom Surabaya
Saya pernah beberapa kali ke pasar besar di Surabaya, misalnya ke DTC dan PGS untuk mencari baju dance saat SMA. Tapi, pemandangan yang saya temui di Pasar Atom ini berbeda.
Saya rasa orang ke sini tidak hanya membeli baju, tapi juga memuaskan isi perut dan berjalan-jalan melihat suasana pasar. Pasar Atom memang seperti punya magnet tersendiri, nggak kumuh, nggak banyak sampah berserakan. Saya jadi teringat Pasar Beringharjo Jogja. Oh ya, saya juga jarang menemukan orang merokok di dalam pasar. Sangat menyenangkan!
Sempat saya lihat ada beberapa perusahaan kelas atas seperti Ciputra World Group yang membuka booth untuk menawarkan hall dan booth es krim Baskin Robbins di food court Pasar Atom Lama. Apa coba tandanya? Market kelas menengah atas dan para Crazy Rich Surabayan sering kemari! Kalau kalian ingat hashtag viral #CrazyRichSurabayans beberapa bulan lalu, memang salah satu ciri mereka adalah rendah hati. Baju boleh branded, tapi mereka gak malu tetap jajan ke Pasar Atom.
Selain itu, saya rasa, hal ini menunjukkan dua hal: kesolidaritasan, karena banyak penjual di sini yang keturunan Tionghoa, dan kualitas dari kuliner di Pasar Atom itu sendiri! 🙂
Kamu sendiri, sudah pernah ke Pasar Atom atau belum?
wah akayknya harus mampir ke sini deh kalau ke surabaya
yup! sangat saya rekomendasikan, kak.
Pingback: Nyicipin Aneka Kuliner Suroboyoan di Pasar Atom Surabaya – Blogger Perempuan
Pingback: Digitalisasi Asuransi, Sebuah Inovasi yang Mengayomi
Pingback: Menebar Kebaikan Tanpa Sekat Berkat Jaringan Indihome yang Kian Dekat - Bunda Traveler
Pingback: Coworking Space di Surabaya, Mulai yang Gratis Sampai Berbayar