Menebar Peluang di Pasar,
Menggiring Pelanggan Ke Rumah
Tahun 2017 adalah tahun yang mengubah cara pandang saya mengenai bisnis. Pada tahun itu, saya akhirnya mantap membuat website untuk toko online saya sendiri, La Desya, yang fokus pada industri fashion hijab. Selain itu, pada akhir tahun 2017, saya kembali menghidupkan blog yang telah saya abaikan selama tiga tahun. Dua gerakan tersebut bukan tanpa alasan. Tiga tahun lalu, saya mengikuti sebuah acara kopdar komunitas bisnis di Kota Batu. Di acara tersebut, Mas Jaya Setiabudi atau lebih akrab dipanggil Mas J selaku tuan rumah acara, sempat berpesan, “Jualan boleh dimana saja, tetapi kalau bisa traffic itu dibawa ke rumah. Pengusaha harus punya rumah sendiri, yaitu sebuah website atau toko online. Kalau jualan di marketplace atau media sosial itu namanya masih ngontrak.”
Kurang lebih begitu inti pesannya. Sungguh deretan kalimat yang menggugah pola pikir saya.
Membuat sebuah website untuk toko online adalah langkah yang tidak pernah saya sesali. Pada titik itu, saya jadi memahami pola digital marketing, konsep data, traffic, dan lain sebagainya. Sebelumnya, selama 3 tahun saya fokus berjualan melalui Instagram, paid promote, serta berjualan di marketplace saja. Tetapi, tahun 2017 sampai 2018, saya berhasil menggiring pelanggan untuk berbelanja via website. Sangat menyenangkan, meskipun pengalaman ini tidak berlangsung lama karena bisnis terpaksa harus saya tutup karena beberapa pertimbangan.
Dari sekuku pengalaman ini, saya jadi ingin berbagi strategi agar para pengusaha pemula bisa mendulang banyak cuan di marketplace sekaligus menjaga kepercayaan serta memanjakan konsumen dengan mengajaknya “bertamu ke rumah”.
Kita tentu ingin menjadi juara dalam memenangkan hati konsumen, kan? Winner takes all. Tangkap rupiahnya, menangkan kepercayaannya.
Melalui tulisan ini, saya akan menuangkan ide-ide yang bisa dilakukan oleh pebisnis pemula yang masih ragu memutuskan harus berjualan via marketplace atau website. Saran yang saya berikan berdasarkan pengalaman saya 3 tahun menjalankan bisnis fashion hijab, 2 tahun memonetisasi blog, dan 6 bulan menjalankan bisnis penyewaan bouncy castle.
Pelanggan di Marketplace: Easy Come, Easy Go
Lirik lagu Grenade dari Bruno Mars ini mengingatkan saya akan karakteristik pembeli di marketplace: mudah datang, mudah pergi. Sebab, yang mereka cari hanyalah harga yang murah. Ingat satu hal dalam bisnis: konsumen hanya akan peduli tentang apa yang mereka butuhkan. Mereka tidak peduli urusan kita sebagai pelaku usaha, yang dia tahu, kebutuhannya harus terpenuhi dengan membeli produk atau menggunakan jasa kita. Ketika mereka menyambangi marketplace, sebagian besar dari mereka datang untuk mencari produk incaran yang harganya murah tapi dengan kualitas bagus, sebab memang dua hal itu yang konstan ditawarkan oleh marketplace. Ada pula tipikal pembeli yang mengunjungi toko tertentu di marketplace karena sudah kenal dengan toko atau memang pelanggan tetap toko dan sedang ingin memanfaatkan promo di marketplace, misalnya promo gratis ongkir, voucher, serta poin.
Beberapa konsumen akan meningkatkan kriteria pencarian, seperti: mencari seller terdekat, seller dengan rating yang tinggi, seller yang membalas chat dengan cepat, seller yang tingkat kepercayaannya bagus, dan lain sebagainya. Saat itulah kita bisa bersaing dengan kompetitor dan menunjukkan keunikan brand atau produk yang kita tawarkan.
Tidak semua sektor usaha harus pasang tenda di marketplace. Kita perlu mengetahui terlebih dahulu, apakah produk kita cocok dipasarkan melalui marketplace? Untuk itu sebelum melangkah lebih jauh, coba kenali keuntungan serta kelemahan berjualan di “pasar online” ini.
Kelebihan berjualan di
marketplace
Kekurangan berjualan di marketplace
Hal ini memang menggiurkan dan membantu kamu untuk menekan modal awal. Namun apabila kamu jeli melihat, ada tantangan tersembunyi yakni pesaing makin banyak.
Namanya juga pasar, sudah pasti di sana ada jutaan manusia mencari berbagai kebutuhan. Peluang untuk dilihat pelanggan lebih besar dengan menerapkan hashtag dan kata kunci tertentu. Beberapa marketplace juga menerapkan sistem iklan yang memungkinkan kita mempromosikan beberapa barang dalam toko di marketplace.
Misalnya, fitur toko terdekat, toko dengan rating tertinggi, official store, dan lain sebagainya. Masyarakat Indonesia pun telah familiar berbelanja di marketplace, hal ini ditandai dengan meningkatnya angka pengguna dan pembelanja online di marketplace. Cara kerja pada aplikasinya pun sangat mudah karena melibatkan UI/UX designer dan writer.
Misalnya berupa voucher, flash sale, serta diskon mingguan. Seller biasanya dihubungi oleh marketplace untuk turut terlibat dalam program yang sedang mereka buat.
Sistem marketplace memungkinkan pelanggan bisa dengan cepat beralih pada seller lain yang harga, rating, dan produknya lebih menarik ketimbang yang kita jual. Bahkan, ketika pembeli akan checkout produk kita, mereka masih bisa “diiming-iming” dan dikejar oleh produk kompetitor karena memang mekanisme marketplace memungkinkan untuk melakukan hal tersebut.
Sudah bukan rahasia lagi, menggelar lapak di marketplace memang sangat memungkinkan masuk ke kolam perang harga. Apalagi ada fitur untuk menyortir harga mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Hal ini akan menyulitkan usaha kita untuk menentukan margin yang agak besar dan pada akhirnya akan mempersulit bisnis untuk berkembang.
Pembeli kerap menaruh prioritas pada harga yang murah dan harga coret. Selain itu, di marketplace desain tokonya selalu seragam, kecuali pada foto atau banner yang bisa kita unggah sendiri.
Kita selalu mengikuti aturan marketplace yang bisa berubah-ubah dan berpotensi merugikan bisnis kita sendiri.
Kita berbagi database dengan penyedia marketplace dan pada akhirnya, marketplace bisa membuat toko sendri untuk menjual produk-produk yang mungkin saja sedang kita jual. Pada titik ini, sangat dimungkinkan kita bersaing dengan marketplace dan kompetisi pun menjadi kurang sehat. Hal ini karena mereka sudah pegang datanya, sudah tau apa yang dibutuhkan konsumen dan pola konsumsinya.
Menurut saya, apabila kamu ingin belajar berjualan saja dengan menjadi reseller tanpa ingin membangun brand dan tidak masalah dengan margin yang kecil, buka saja toko di marketplace. Marketplace merupakan tempat yang tepat untuk memahami pasar serta pola pembeli. Namun, bersiaplah apabila bisnis yang kamu jalankan tidak bisa sustain serta mudah kehilangan pelanggan. Sebab, persaingan di marketplace memang sangat ketat, jenderal! Beda seribu saja bisa dipermasalahkan!
Sebaliknya, apabila kamu ingin membangun sebuah bisnis yang bertahan lama, ingin membangun engagement dengan pelanggan, membangun rasa percaya, merawat pelanggan, dan ingin pelanggan kembali untuk melakukan pembelian alias repeat order, saran saya lakukan hal-hal berikut.
Pertama, kenali perilaku konsumen kamu. Apakah dia termasuk konsumen yang suka harga murah, yang mementingkan kemasan, penampilan produk, keamanan, atau apa? Pahami dan riset perilaku konsumen dengan teliti. Cek juga demografi konsumen kamu agar tepat dalam menentukan strategi pemasaran dan branding.
Kedua, rawat pembeli di marketplace. Tebarlah peluang pembeli di marketplace, percantik toko kamu di marketplace. Upayakan service-nya baik dan ratingnya pun tinggi agar pembeli percaya. Kemudian, pada paket dan fitur chat di marketplace, sisipkan informasi website dan kontak media sosial. Intinya, setelah konsumen membeli, jangan dicuekin. Rawat mereka hingga jadi pelanggan tetap.
Ketiga, bagun database sendiri. Inilah yang saya sebut sebagai pengiring gelombang pembeli ke rumah. Sampaikan bahwa di website lebih banyak voucher dan keuntungan. Misalnya gratis ongkos kirim, diskon yang lebih besar, gift, dan lain-lain. Kita boleh berjualan di mana saja, tetapi harus ingat tidak ada tempat ternyaman selain di “rumah kita sendiri”. Di website atau rumah sendiri, kita bebas mengelola database pembeli tanpa harus berbagi dengan penyedia marketplace.
Berjualan di Website,
Memanjakan Pelanggan di “Rumah” Sendiri
Sejak mengetahui nyamannya berbelanja melalui website, saya jadi lebih suka dan menghargai online shop yang memiliki website serta menjual produk di sana. Sebab, saya jadi leluasa melihat-lihat katalog tanpa terganggu dengan barang-barang dari toko lain yang tidak saya butuhkan. Saya pun bebas berbelanja kapanpun, sebab, sebagai seorang ibu saya tidak bisa jika harus berbelanja pada pagi atau siang hari, repot, bok! Selain itu, saya juga tidak perlu melakukan chat dengan admin, karena kalau mau beli ya tinggal checkout saja. Biasanya, di website penjual bisa memberikan informasi yang sangat lengkap karena space untuk keterangan produk bisa diatur sesuai keinginan penjual. Misalnya untuk pakaian, ada size chart, warna, dan lain sebagainya. Jadi pembeli bisa langsung memilih produk dengan ukuran yang dibutuhkan.
Apabila saya perhatikan, menjual di website memiliki banyak sekali keuntungannya.
Pertama, bagus untuk branding.
Kamu bisa membuat toko online dengan nama brand kamu sendiri dan dengan tata letak sesuai value brand. Misalnya, hijabagus.com. Sementara, jika kamu berjualan di marketplace, alamatnya menjadi www.namamarketplace.com/hijabagus. Kemudian, kamu bisa memilih tema, warna, serta tampilan website sesuai brand. Mau yang feminim, casual, minimalist, bebas!
Kedua, merawat pelanggan.
Pelanggan kamu manusia, kan? Manusia, tuh, pada dasarnya suka sekali diperhatikan dan dipedulikan. Apabila kamu bisa memenuhinya dengan baik, pelanggan pasti akan mengingat produk atau jasa kamu dan akan kembali lagi. Bahkan, bisa jadi mereka menjadi “influencer” untuk bisnis kamu dan mempromosikannya kepada teman-teman terdekatnya. Kamu bisa lebih optimal merawat pelanggan apabila telah memiliki branding yang bagus, dan salah satunya bisa dicapai dengan membuat website. Saya memberi contoh sebuah website online bagus yakni hijabwanitacantik.com. Saya pernah beberapa kali bertransaksi di sana dan mendapat kesan yang menyenangkan. Oh, ya, mereka berani loh memasang harga lebih miring di website ketimbang di marketplace!
Ketiga, kamu akan terlihat profesional.
Zaman sekarang, orang bisa dengan mudah mengecek keberadaan bisnis melalui Google. apabila kamu memiliki website atau toko online sendiri yang bisa diakses oleh pembeli, mereka akan yakin bahwa produk kamu memang layak untuk dibeli dan tidak khawatir akan isu keamanan.
Keempat, keamanan data.
Kita tahu kan bahwa beberapa pekan lalu, ada lebih dari 2 marketplace yang jutaan data penggunanya dibobol oleh hacker dan dijual murah di pasar gelap. Hal ini menjadi salah satu kelemahan berjualan di marketplace, sewaktu-waktu ada perubahan dan data kita serta data pelanggan bisa bocor.
Kelima, sarana katalog produk dan portfolio.
Kamu tidak harus berjualan di website, apabila memang industrinya bukan retail. Untuk kamu yang produknya berupa jasa atau barang yang cukup besar, kamu bisa memanfaatkan website sebagai sarana katalog produk dan portfolio. Contohnya, website yang saya gunakan untuk menyewakan bisnis bouncy castle yakni www.momainstory.com.
Keenam, maksimal melayani pelanggan.
Ini ada hubungan dengan poin kedua. Membuka toko online di website sama saja memberikan keleluasaan waktu berbelana kepada pelanggan. Mereka bisa berbelanja kapan saja, karena toko kita buka 24/7.
Resep Berjualan di Website
Bahan:
Semangkuk penuh promo. Buatlah promo yang menggiurkan, misalnya dengan memberi kode voucher dan potongan ongkos kirim. Berikan harga yang berbeda dari yang di marketplace agar pembeli lebih memilih untuk membeli di website.
Segenggam kolaborasi dengan brand lain. Hal ini dapat berupa pemberian gift voucher atau barang apabila pelanggan telah bertransaksi sampai nominal tertentu melalui website. Kolaborasi ini tentu saling menguntungkan, bukan?
Sebungkus katalog yang komplit. Usahakan menggunakan foto produk yang jernih dan memikat pelanggan.
Puluhan artikel menarik yang sesuai dengan industri yang digeluti. Artikel pada website atau toko online akan membantu pelanggan menemukan insight mengenai produk serta memaksimalkan SEO.
Alat:
Sebuah toko online yang cepat. Kamu bisa membuat toko online dengan mengontak penyedia hosting murah. Saya sarankan kamu memakai WordPress, menggunakan plugin Woocommerce, website builder, dan membuatnya mobile friendly.
Cara meramu:
Buat “alamat rumah” yang mudah diingat. Alamat rumah ini adalah domain dan bisa kamu gunakan untuk nama website. Saran saya, gunakan nama domain yang seragam untuk toko online, toko di marketplace, dan media sosial.
Gunakan TLD (Top Level Domain). Apabila kamu belum tahu, TLD ini merupakan eksistensi domain yang terkenal seperti .com, .net, .id, .gov, .org, dan lain sebagainya. Ini berarti, kamu harus menyediakan dana untuk membuat toko online kamu menjadi TLD. Manfaatnya apa? Pertama, untuk kepercayaan klien. Orang tentu lebih suka mampir ke website dengan nama www.jualjilbab.com ketimbang www.jualjilbab.wordpress.com, kan. Kedua, mempermudah SEO dan menjangkau konsumen baru yang lebih luas melalui Google.
Selama menerapkan beberapa resep di atas, saya mendapat banyak pelanggan yang membeli via toko online saya ketimbang di marketplace. Kamu dapat melihat beberapa arsip pembelian produk oleh pelanggan di toko online saya yang masuk ke email pada foto di atas.
Untuk mencapai keberhasilan “resep” di atas, kamu perlu mengontak penyedia hosting Indonesia. Saya merekomendasikan Rumahweb yang telah saya gunakan untuk www.bundabiya.com sejak akhir tahun 2017 hingga sekarang. Rumahweb punya beragam layanan. Untuk kebutuhan blogging, saya menggunakan layanan pembelian domain murah.
Selama hampir 3 tahun menggunakan Rumahweb, saya sungguh terbantu karena banyak sekali tutorial yang berserakan di Google apabila saya ingin melakukan setup mandiri ke blog saya. Kalaupun saya butuh bantuan, saya tidak khawatir karena ada “Orang Rumah” yang stand by selama 24/7. Gimana ya, namanya ibu-ibu baru bisa pegang laptop ya malam hari. Hehe. Sejak awal, saya pun tidak ragu karena tahu Rumahweb ini telah menangani klien kelas kakap seperti SCTV, Mandiri Dana Pensiun, Parsley, Sale Stock, Bank Mayapada, dan lain sebagainya. Saya juga tidak pernah ada keluhan berarti selama menggunakan jasa Rumahweb.
Sementara untuk toko online, kamu bisa memanfaatkan beberapa layanan Rumahweb lainnya, seperti beberapa gambar di bawah ini:
“Kak, klien saya tuh tipikal yang suka belanja di marketplace ketimbang website. Tapi toko saya masih susah ditemukan oleh klien karena persaingan di marketplace yang ketat. Apa yang harus saya lakukan?”
Tenang! Kamu bisa melakukan yang namanya domain forwarding ke marketplace maupun media sosial. Domain Forwarding adalah fasilitas untuk membelokkan/mem-forward URL website/blog yang panjang atau subdomain yang panjang atau alamat site lainnya, sehingga bisa diakses dengan alamat yang lebih ringkas. Jadi, kamu menjaring dulu pembeli yang lebih luas di Google, lalu mengarahkan mereka ke marketplace. Keuntungannya ada banyak juga nih, pertama, kamu tetap mendapat traffic dan data ke website kamu. Kedua, kamu membuat mereka fokus langsung membeli produk. Ketiga, kamu mengurangi resiko konsumen terpapar produk kompetitor. Ibaratnya, kamu sudah “nyegat” klien di ujung jalan. Layanan ini dapat kamu peroleh di Rumahweb, bisa kamu atur sendiri juga melalui Clientzone.
Kendati demikian, saya tetap menganjurkan agar kamu “menabung” usaha untuk mengarahkan klien berbelanja di toko online kamu sendiri. Minimal, klien bisa mengunjungi website kamu untuk melihat portfolio atau membaca artikel tentang kebutuhan yang mereka cari.
Bagaimana, apakah kamu sudah mendapat insight baru untuk melejitkan bisnis dengan mengorkestrasi peran marketplace dan website? Bagi ceritamu di kolom komentar, ya.
Keren banget ya rumahweb, saya dulu beli domain di rumahweb juga.
Saya setuju banget tuh, sebaiknya membangun website sendiri, awalnya berat sih, tapi membangun brand diri itu jauh lebih baik karena lebih cepat dikenal orang 🙂
iya betul, mbak. awal2 oke lah cuan dulu, dapur ngebul. tapi brand juga perlu diurus 😀
Ternyata bisa ya dilakukan domain forwarding agar lebih menarik perhatian calon pembeli. Tipsnya oke banget nih.
Memang lebih keren ya kalau punya website jualan sendiri, tetap dikolaborasikan dengan marketplace.
yup, betul, mbak 🙂
Aku sih smpe skg belinya di rumah web langganan per tahun. Menurut saya oke bgt, layanannya dan cepat pula
sama! 😀
wah ternyata bisa domain forwarding ya 🙂 saya info sama teman yang emang jualan di marketplace deh, dia jualan tas2 gitu sih
yay thanks, mbak. mudah2an makin laris jualannyaa
Wah..tipsnya ok banget nih. Sangat empuk dan bergizi, akan kutrruskan ke kerabat yg punya toko.online juga. Terima.kasih sdh berbagi rahasia ini ya mba…
masama mbaak semoga bermanfaat 😀
bener banget nih, kalau order langsung ke market place/ website gak perlu antri. Kalau saya jujur seneng dan milih beli di market place karena jauh lebih murah dan suka dapat diskon ongkir atau subsidi ongkir. ^^
Canggih banget inovasi dari Rumah Web.
Jadi dengan domain forwarding, customer tetap bisa berbelanja dengan nyaman.
Keren, kak Nabilla
Betul sekali. Memang kalau bisa sih penjual punya website sendiri ya walau tetap bergabung dengan marketplace.
Wah artikelnya bermanfaat banget apalagi ini dari pengalaman sendiri membuat toko online sendiri, punya website sendiri memang memperlihatkan kredibilitas toko online ya
Memang lebih menguntungkan sih punya website kalo punya produk lebih tersampaikan ke konsumen
Domainku ini beli di eumahweb, Mbak. Sudah 5 tahunan. Alhamdulillah.
Soal pembeli, aku sering banget beli di online shop. Tapi, aku juga sering membandingkan harganya di websitenya brand tersebut. Jujur, kalau beli di marketplace tuh takut kalau barangnya KW. Makanya akalu beli di online shop pilih yang dari official shopnya. Jadi, kalau sebagai pembeli aku akan pilib dua2nya, ya di marketplace terus ntar dibandingin deh di websitenya. Hihi.
Nah iya.. yang saya catat pelayanan ini menurut saya masih nomer satu. Kita harus punya website tapi juga harus siap memberikan pelayanan yang baik. Era digital emang semakin maju dan kita harus upgrade ilmu termasuk dalam bisnis.
Sebagai orang yang senang belanja di marketplace, saya berharap banyak supaya pengusaha di sana bertambah. Biar makin banyak produknya. Sejak ada marketplace saya mulai percaya belanja online. Baca ulasan-ulasan pembeli jadi tau mana toko yang amanah dan yang tidak
Hmm, kepikiran sih mau jualan di markeplace tapi bingung mau jualan apa, hehe. Sedang mempelajari sistem dropship
Sungguh artikel ini bermanfaat banget buat aku yang baru merintis usaha online, mbak. Dan btw, aku belum buat artikel di website jualan. Malah terlalu fokus dg unggah2 produk. Makasih sharingnya, Mbaak.
Dulu pas jualan di marketplace emang perjuangannya susah sekali menjaring pembeli karena banyak saingan, kalau saja waktu itu saya tau istilah domain forwarding dari website gini tentunya akan mudah mendapatkan pembeli di marketplace ya 🙂
Memang zaman sekarang harus jeli melihat pasar dan beralih ke toko online ya. Ah jadi kangen jualan
Aku juga lebih senang berjualan online
Salah satunya karena bisa dilakukan dimana saja
Bahkan sambil masak bisa melayani customer
Recommended bgd ya mbak Rumah Web ini bagi pelaku usaha yg mau mulai membuka toko online sendiri. Membantu bgd. Makasih ya mbak atas info juga sudah mau berbagi pengalaman berhargamu. Sukses terus tak aamiim
aamiin, makasi, kak 🙂
Wah, artikelnya informatif banget mbak. Jadi penasaran dengan bisnis online nya, kenapa berhenti yaH?
Maaf saya suka kepo kalau bisnis mah, soalnya belum punya pengalaman sama sekali soal bisnis, tapi kadang berpikir mau berbisnis juga suatu saat nanti.
soalnya saya sekarang sering berpindah-pindah, mbak. jadi rehat dulu 😀
Keren banget tulisannya, empuk, padat dan kaya. Anda memang pantas jadi pemenang.
alhamdulillah, terima kasih, kak. sama-sama masih belajar 😀
Mau upgrade ke tld ,moga referensi ini tepat untk saya
Pingback: Transformasi Digital dengan Teknologi Widya Analytic
Highly energetic article, I enjoyed that a lot. Will there be a part 2?