Lompat ke konten

Menyemai Manfaat

di Tengah

Keterbatasan Fisik

dan Mental

Tidak pernah saya membayangkan akan terkena penyakit langka pada usia sebelum 30 tahun. Hingga saat ini, saya masih mendapat kontrol dari dokter karena penyakit saya mudah kambuh serta ada faktor pemicu yang masih “unknown”. Saya kian sadar bahwa situasi di dalam tubuh saya sudah berubah. Saya harus minum obat setiap hari serta berbagai multivitamin untuk menjaga stamina tubuh. Terkadang saya jadi overthinking dan memikirkan tentang kepulangan. Namun, pada sisi lain, kondisi ini menghadirkan semangat baru untuk terus berbagi dalam kesederhanaan dan keterbatasan agar waktu serta harta saya jadi manfaat.

Saya masih bersyukur karena keterbatasan fisik saya ini hanya di area “dalam”. Dari tampilan luar, alhamdulillah Allah masih memberi karunia tubuh yang lengkap dan fungsional. Ini membuat saya masih mampu untuk menjalani hari-hari dengan baik. Hanya saja, kalau sudah kambuh, saya harus absen beberapa hari dari pekerjaan dan kegiatan saya yang lainnya.

Kalau ada yang bertanya saya sebenarnya sakit apa, saya juga susah menjawab. Penyakit ini sudah kambuh 2x dan setiap kali kambuh, saya harus beristirahat selama sebulan. Terakhir ketika saya berobat ke RSGM Unair, saya lihat dokter agak kebingungan sampai butuh waktu lebih dari 3 jam untuk melakukan pemeriksaan. Ketika pertama kali sakit, dokter yang saya kunjungi memberi diagnosa bahwa ada kemungkinan saya memiliki penyakit autoimun. Sementara tiga dokter di RSGM Unair mengatakan bahwa penyakit saya bernama eritema multiformis. Sekalipun demikian, beliau tidak menutup kemungkinan akan adanya penyakit autoimun. Yang jelas, intinya, ada penyakit hipersensitifitas pada tubuh saya yang disebabkan oleh beberapa faktor pemicu.

Ikhtiar berupa berdonasi meski sedang dalam kondisi yang buruk. Agar segala kejadian tetap bisa jadi manfaat untuk sesama.

Pada sisi lain, saya juga sedang berjuang untuk pulih dari gangguan kesehatan mental. Saya belum berkenan bercerita secara terbuka di sini. Akan tetapi, penyakit fisik saya itu turut memperparah gangguan mental yang saya alami, begitu pun sebaliknya. Kondisi yang serba tidak nyaman ini membuat saya merasa powerless dan helpless. Selama masa pemulihan, saya hanya bisa terbaring di kamar. Saya terlalu lemas untuk duduk dan menyalakan laptop untuk bekerja, jadi saya hanya berbaring dan mencari hiburan dari smartphone agar saya tidak terlalu bersedih dengan kondisi yang ada.

Seketika saya teringat bahwa ada hal lain yang dapat saya lakukan sambil berbaring, yakni berdonasi. Pada hari itu, sekitar tanggal 19 Oktober 2021 pasca saya mengalami kambuh untuk kedua kali, segera saya buka website Dompet Dhuafa dan melakukan donasi wakaf sumur. Saya ingin ada manfaat yang saya bisa berikan, kendati saya dalam kondisi sakit dan materi yang saya donasikan terhitung kecil dan sederhana.

Sekarang kondisi saya sudah jauh lebih baik meski tetap dalam pantauan dokter. Saya bisa kembali beraktifitas normal kendati harus tetap memperhatikan reaksi tubuh jika ada gejala yang tampak. Tanpa saya sangka, bulan Ramadan ini agenda saya sangat padat. Alhamdulillah, saya memaknainya sebagai kesempatan untuk mengonversi kesibukan jadi manfaat. Mulai dari kegiatan pekerjaan, kegiatan kepanitiaan Ramadan, hingga menyalurkan donasi untuk program Tunanetra Mengaji di Dompet Dhuafa Jawa Timur. Saya sempat khawatir akan kelelahan. Syukurlah, Allah menjaga kesehatan saya sehingga semua agenda bisa berjalan lancar serta insya Allah juga berkah. Pada tulisan ini, saya bercerita tentang pengalaman pribadi saya selama proses penyembuhan dan kegiatan 30 hari jadi manfaat selama bulan Ramadan. Baca sampai tuntas, ya. Mudah-mudahan ada manfaat yang dapat kamu peroleh dari pengalaman pribadi saya.

Terkena Penyakit Langka, Teguran atau Ujian?

Pernahkah kamu mengalami sariawan? Bayangkan saja, deh, sariawan satu saja biasanya sudah membuat kita susah makan dan nyeri pada mulut. Apa jadinya kalau sariawan ini berjumlah puluhan?

Itulah kondisi yang saya alami. Di atas saya sebutkan bahwa penyakit saya kambuh dua kali. Saat pertama kali muncul, kondisi saya sangat buruk. Mulut saya penuh lesi berwarna putih dan merah. Seperti sariawan, tetapi lebih lebar dan jumlahnya ada puluhan di rongga mulut saya. Plus, lesi di mulut saya juga mengeluarkan nanah hingga membuat bibir saya menempel. Awalnya saya bisa makan bubur, lama-lama, saya hanya bisa minum sereal, itu pun saat sudah dingin dan menggunakan sedotan karena saya tidak bisa membuka mulut saya terlalu lebar. Rasanya? Sangat nyeri dan membuat saya demam tinggi berhari-hari!

Selama beberapa saat saya sempat mengalami panic attack dan sulit menguasai diri. Ini karena rasa nyeri di mulut saya yang luar biasa. Obat yang diberikan oleh dokter pun tidak bisa langsung bekerja dengan cepat. Kebetulan saat itu saya hanya didukung oleh Ibu dan adik sepupu saya untuk menjaga anak-anak. Sementara suami saya sedang tugas di luar kota selama beberapa hari.

Dalam kondisi batin dan fisik yang sedang lemah, saya membatin,
“Ya Allah, kenapa harus saya? Kenapa harus begini?”

Lantunan istighfar tetap saya tuturkan dalam hati sekalipun saya sedang menangis dan kesakitan. Begitu saya mampu kembali menguasai diri, saya langsung teringat kisah Nabi Ayyub yang mendapat ujian menderita penyakit kulit dan ujian lainnya selama 18 tahun. Masya Allah, saya tidak mampu membayangkan kalau itu terjadi pada diri saya. Baru beberapa hari terkulai saja saya sudah mengeluh.

Rasa sedih dan marah berubah menjadi rasa malu saya pada Allah. Saya menguatkan jemari saya untuk tetap berbuat baik dan menanam manfaat sekalipun saya sedang berada pada kondisi terburuk. 

Adalah wakaf, bidang donasi yang paling saya sukai. Menurut saya, wakaf itu manfaatnya sangat panjang, bagai investasi pahala yang selalu mengalir. Dulu saya kerap membatin, saya harus kaya dulu agar bisa wakaf tanah atau sumur. Syukurlah sekarang kita sudah bisa berwakaf dengan uang yang ada di dompet atau rekening. Wakaf tidak lagi menunggu kita tajir dan sempurna secara finansial. Saya pun menyalurkan donasi wakaf melalui Dompet Dhuafa, lembaga yang sudah saya percaya sejak beberapa tahun yang lalu.

Pepatah what goes around comes around juga bermakna untuk kebaikan. Entah bagaimana Allah mengatur, melalui teman SMP, saya bertemu dengan dokter spesialis penyakit mulut. Dokternya pun ada tiga, dua dokter junior dan satu dokter senior. Melalui ketiga dokter ini lah saya akhirnya penyakit eritema multiformis ini bisa sembuh tanpa meninggalkan sisa di mulut dan belum kambuh lagi sampai hari ini. Alhamdulillah.

Beberapa obat dan multivitamin yang harus saya konsumsi rutin. Multivitamin untuk menjaga sistem imun saya, inhaler untuk asma saya, sementara dua obat lainnya dari psikiater saya.

Kondisi Tubuh Pasca Pemulihan

Pada akhir November 2021, kondisi saya mulai membaik. Semua lesi sudah kempes dan tidak ada lagi nanah di mulut saya. Rasa nyeri juga sudah menghilang. Saya amat bersuka cita! Kendati demikian, dokter menyarankan saya untuk berhati-hati karena saya memiliki beberapa faktor pemicu, seperti dari kondisi mental, makanan, dan lingkungan. Agak repot memang, karena saya harus extra hati-hati dan harus mengubah gaya hidup untuk mempertahankan sistem imun agar tetap kuat. 

Riwayat penyakit saya ternyata belum berhenti. Kondisi fisik saya yang mudah drop membuat saya jadi rentan sakit. Ketika terkena omicron bulan Februari lalu, saya mendapat gejala sedang. Sekarang pun saya terkena long covid dan harus membawa turbuhaler kemana-mana karena asma saya jadi mudah kambuh. Setiap bulan saya perlu mengunjungi 2 dokter spesialis dan masih mendapat pantauan secara daring oleh dokter penyakit mulut saya.

Untuk yang punya asma, mungkin paham bahwa begitu asma kambuh, tubuh bisa sangat lemas. Apalagi dengan tambahan long covid, saya jadi susah bernafas panjang. Seringkali ada bunyi “ngik-ngik” ketika saya bernafas. Saya juga gampang batuk-batuk jika terkena udara dingin seperti AC dan semakin sensitif dengan ruangan yang berdebu.

Situasi ini sangat merepotkan dan mengurangi waktu saya untuk bekerja. Qadarullah, jelang dan selama bulan Ramadan ini, saya mendapat kesibukan di luar aktivitas rutin. Sempat saya khawatir dengan kondisi fisik saya yang tidak pasti. Alhamdulillah, Allah menguatkan saya. Mungkin karena saya telah berniat dalam hati, bahwa saya berupaya untuk mengerjakan apapun di bulan penuh kemuliaan ini sebagai ibadah. Supaya semua kegiatan yang saya upayakan bisa jadi manfaat untuk sesama.

Mendulang Kebaikan Ramadan

di Tengah Kesibukan

Ada harapan dari lubuk hati yang terdalam agar Ramadan tahun 2022 ini saya dapat memaksimalkan 30 hari jadi manfaat. Saya pun mengurangi beberapa pekerjaan menulis dan tidak memasang iklan untuk bisnis saya, tujuannya agar saya bisa fokus ibadah.

Namun, Ramadan ini saya justru amat sibuk. Mulai dari urusan pekerjaan, aktivitas di masjid dekat rumah, gathering komunitas, hingga kegiatan organisasi kerelawanan. Muncul rasa khawatir, mampukah saya mendulang keberkahan di bulan Ramadan?

30 hari jadi manfaat ala saya

Beberapa kegiatan yang harus saya lakukan sebulan sebelum dan saat bulan Ramadan cukup banyak. Ada pekerjaan yang sudah terjadwal dan ada pula yang datang mendadak. Selain itu, saya juga ada kegiatan kepanitiaan untuk project amal di sekolah anak saya. Tak ada pilihan lain selain membulatkan tekad bahwa seluruh kegiatan pada bulan Ramadan saya niatkan untuk ibadah. Saya pun segera membuat jadwal dan tak lupa rutin mengonsumsi obat dan vitamin. Agar rencana 30 hari jadi manfaat bisa tercapai.

Niat ini membuat saya mampu fokus menyelesaikan tugas satu demi satu dan berusaha total pada setiap karya yang saya buat. Beberapa dokumentasi di bawah ini merupakan beberapa aktivitas yang saya lakukan selama bulan Ramadan. Rangkaian aktivitas yang biasa-biasa saja, tetapi insya Allah berhasil membuat 30 hari saya jadi manfaat dan bermakna karena niat.

White Bouncy Castle yang saya sewakan untuk klien (salah satu hotel bintang 5 di Surabaya).

Menjalankan Bisnis Mainan dengan Niat Memudahkan Urusan Orang

Seorang guru saya berpesan agar kami selalu sumeh dan loman. Dalam bahasa Jawa, sumeh itu berarti ramah atau mudah tersenyum sementara loman berarti ringan untuk memberi. Hal ini saya terapkan pula dalam bisnis yang saya kelola. Tidak semata mencari keuntungan, tetapi juga dengan niat untuk membuat pelanggan saya senang. Saya juga tidak segan memberi bonus dalam pelayanan. Alhamdulillah, niat yang selalu terjaga ini juga membuat bisnis saya mampu melewati pandemi dengan baik. Beberapa customer sudah repeat order dan pelanggan baru terus berdatangan. Bahkan Ramadan ini, pelanggan datang dengan sendirinya tanpa harus saya boost dengan iklan di Instagram.

Online Gathering dengan Eco Blogger Squad, membahas tentang perubahan iklim dan keanekaragaman hayati di Indonesia.

Membuat Konten Agar Jadi Manfaat untuk Manusia dan Alam

Saya memiliki dua blog, satu dengan konten parenting dan kedua dengan konten traveling. Keduanya juga mengusung niche lifestyle. Saya pun mengupayakan untuk memberikan konten-konten terbaik pada blog saya, baik itu konten berbayar maupun organik. Setiap views pada konten tulisan di blog saya niatkan sebagai memberi manfaat untuk pembaca. Sejak tahun lalu, saya mulai konsisten menulis artikel tentang lingkungan, berhubung saya juga tergabung dalam Eco Blogger Squad. Harapan saya agar tulisan saya ini tidak hanya bermanfaat untuk manusia, tetapi juga membawa efek baik untuk kelestarian alam.

Berbagi Takjil dan Menikmati Ramadan di Masjid

Gembira sekali rasanya menjalani bulan Ramadan tahun ini dengan rasa was-was yang lebih berkurang. Kasus aktif covid-19 mulai turun dan kita pun sudah tidak lagi dibatasi ketika sholat berjama’ah. Ini membuat saya semangat membawa anak-anak saya ke masjid untuk bermain bersama teman, buka bersama dan menikmati takjil, mengaji, dan sholat berjama’ah.

Bagi saya, penting untuk mengajarkan anak mengenal bulan Ramadan sejak kecil. Mereka bisa merasakan proses menahan hawa nafsu selama berpuasa dan kegembiraan ketika berbuka. Saya juga terlibat dalam kegiatan pemberian takjil di masjid setiap hari. Sebisa mungkin saya rutin menyempatkan waktu sepulang kerja untuk membantu para ibu di masjid. Terkadang, bahkan saya tidak sempat mandi dulu. Hehehe.

Menjalin silaturahim dengan komunitas mams di Surabaya.

Silaturahim dengan Mengikuti Community Gathering

Tahun ini sudah banyak acara luring yang mendapat izin. Saya pun menyempatkan untuk bersilaturahim dengan teman-teman blogger Surabaya pada acara community gathering.

Selain itu, saya juga menyambung silaturahim dengan komunitas khusus mom traveler yang baru saya ikuti. Kendati kami melangsungkan playdate dan buka puasa bersama di mall, saya berusaha menjaga sholat agar tidak bolong. Saya memilih untuk ikut playdate di mall yang memiliki fasilitas mushola yang memadai serta mudah diakses. Alhamdulillah, acara ini dapat berlangsung lancar tanpa perlu mengorbankan ibadah wajib.

Menyalurkan donasi untuk program Tunanetra Mengaji di Dompet Dhuafa Jawa Timur.

Kegiatan Kepanitiaan Fundraising

Bulan Ramadan ini saya menjadi ketua panitia pada acara fundraising atau ajang pengumpulan donasi di sekolah PG/TK anak saya. Adalah forum wali murid sekolah yang melangsungkan event ini. Kami melakukan beberapa rangkaian acara, mulai dari pemesanan kaos yang kemudian seluruh labanya kami donasikan, mempromosikan produk UMKM milik wali murid, menyalurkan donasi ke panti asuhan, serta menyalurkan infaq ke Program Tunanetra Mengaji di Dompet Dhuafa Jawa Timur.

Persiapan event ini selama satu bulan dan berlangsung selama bulan Ramadan. Variasi sasaran donasi bertujuan untuk memperluas penerima manfaat dan agar seluruh murid PG/TK serta wali murid dapat berpartisipasi.

Terus terang kegiatan kepanitiaan yang sifatnya volunteerism ini cukup menyita waktu saya. Pasalnya, saya hanya memiliki sedikit waktu untuk bekerja. Dari waktu yang sedikit itu, harus saya bagi lagi untuk koordinasi dan rapat. Kebetulan pada waktu yang bersamaan, saya dan wali murid lain juga mengurus buku tahunan TK. Saya bertugas memberikan dekorasi agar foto buku TK terlihat cantik meski hanya dilakukan di area sekolah. 

Akibatnya, saya jadi sering kelelahan dan asma saya jadi lebih sering kambuh. Beberapa kali saya harus absen koordinasi di grup WA karena istirahat total selama 2-3 hari. Saya pun sempat kesulitan mengatur waktu untuk pekerjaan utama saya. 

Akan tetapi, alhamdulillah, karena memang sejak awal sudah niat bersedekah tenaga dan materi untuk kelancaran acara, event ini berhasil berlangsung dengan baik dan telah selesai pada tanggal 28 April lalu. Saya pun mendapat pengalaman baru ketika berkoordinasi dengan sekolah, sesama wali murid, hingga untuk pertama kalinya mengunjungi kantor Dompet Dhuafa Jawa Timur untuk menyalurkan infak.

#30HariJadiManfaat

yang Menyehatkan Fisik dan Mental

Sempat saya mengeluh ke suami. Saya bertutur padanya bahwa sebetulnya saya ingin Ramadan ini lebih santai dan tidak mikirin “dunia”. Saya juga kepengin i’tikaf di masjid tempat saya mengaji di Ketintang. Kenyataannya, semua itu tidak dapat terlaksana sepenuhnya. 

Untung ada postingan dari Instagram Dompet Dhuafa yang mampir di feed. Saya jadi menyadari bahwa #30HariJadiManfaat itu bukan sekadar ibadah dari saya pribadi untuk Allah. Tetapi juga bagaimana kita bisa memberi apa yang kita miliki untuk orang lain, untuk sesama manusia, serta untuk alam. Kegiatan volunterism juga dapat bernilai ibadah karena membawa manfaat untuk orang banyak, bekerja dengan niat menafkahi keluarga juga termasuk ibadah, silaturahim juga termasuk ibadah karena memanjangkan ikatan persaudaraan, serta terlibat dalam kegiatan Ramadan di Masjid juga ibadah karena turut menyemarakkan Ramadan.

Aktivitas #30HariJadiManfaat juga sebaiknya menjadi momentum untuk menyayangi diri sendiri dengan tujuan agar bisa berbuat baik lebih luas lagi. Manusia yang sadar akan anugerah yang diberikan oleh Allah, pasti berusaha sebaik mungkin untuk menjaga pemberian tersebut. Seperti yang baru saya ketahui, kegiatan berdonasi juga ternyata sangat baik untuk kesehatan fisik dan mental. Manfaat ini dapat mencakup lower blood pressure atau tekanan darah yang lebih rendah, meningkatnya rasa percaya dan menghargai diri, lebih sedikit depresi, tingkat stres yang lebih rendah, hidup lebih lama, serta kebahagiaan yang lebih besar.

Seorang psikolog asal Amerika bernama David Klein membuat riset yang menyebutkan bahwa pada air liur orang yang suka memberi, terjadi penambahan protein yang penting untuk menguatkan sistem kekebalan tubuh. Dosen FKM UMI, Muh. Khidri Alwy juga mengungkapkan bahwa ketika seseorang merasa bahagia setelah berzakat dan berdonasi, tubuh akan memproduksi sel kekebalan IgA yang berfungsi melindungi tubuh dari bakteri dan mikroba yang kerap menyerang sistem pernafasan dan pencernaan.

Riset David Klein juga menunjukkan bahwa orang yang gemar bersedekah memiliki risiko kematian yang lebih rendah dalam periode lima tahun ketimbang yang tidak bersedekah. Sekitar 76% orang yang aktif kegiatan sosial memiliki sistem kesehatan yang lebih baik. Sebaliknya, orang yang cenderung pelit lebih tinggi hormon pemicu stres yang ada pada tubuh.

Fakta ini membuat saya bersyukur dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan seluruh kegiatan #30HariJadiManfaat. Seperti yang saya ungkapkan sejak awal tulisan, saya  banyak menitipkan donasi baik itu berupa infak, zakat, wakaf, hingga qurban melalui Dompet Dhuafa.

Dompet Dhuafa yang Membersamai Langkah

dalam Suka dan Duka

Adalah Bunda Tika, teman saya yang menjadi Brand Ambassador Dompet Dhuafa Jawa Timur. Ia mengusulkan agar distribusi donasi bisa merata dan tidak disalurkan ke satu panti asuhan saja, tetapi juga ke lembaga lain seperti Dompet Dhuafa yang memiliki program yang lebih variatif. Bunda Tika meminta izin dulu kepada saya selaku ketua panitia. Tentu saja saya tidak berpikir panjang, saya langsung mengiyakan masukan Bunda Tika.

Saya katakan pada Bunda Tika,
"Saya tahu Dompet Dhuafa amanah dan punya banyak program
yang bagus serta tepat sasaran, Mbak. Insya Allah saya sangat setuju dengan penambahan ini.”

Singkat cerita, Bunda Tika menjembatani komunikasi antara pihak sekolah, panitia, dan Dompet Dhuafa Jawa Timur. Ternyata, ada satu program yang sangat butuh bantuan yakni Tunanetra Mengaji. Menurut Mbak Shelly, selaku salah satu pengurus Dompet Dhuafa Jawa Timur, harga Al Qur’an Braille itu cukup mahal. Saya pun tersentuh ketika mendengar cerita bahwa Bapak-Ibu yang tunanetra ini sangat bersemangat belajar mengaji. Karena kepo, saya pun browsing harga Al Qur’an Braille, ternyata harganya mencapai 1 juta!

Seluruh panitia pun sepakat untuk membagi perolehan donasi menjadi dua, pertama untuk panti asuhan yang sudah memiliki relasi dengan sekolah dan yang kedua untuk program Tunanetra Mengaji Dompet Dhuafa. Bersama dengan pengurus sekolah, saya dan Bunda Tika datang ke kantor Dompet Dhuafa Jawa Timur. Pengurus Dompet Dhuafa Jawa Timur menyambut kami dengan hangat. Ada Mbak Shelly dan Pak Kholid Abdillah yang menjadi pimpinan cabang. Pada kesempatan itu, Pak Kholid Abdillah juga bercerita kepada kami mengenai masih jarangnya edukasi mengenai rukun Islam berupa zakat kepada anak-anak PG/TK. Seringkali yang ditonjolkan hanya seputar puasa Ramadan dan manasik haji.

“Padahal, zakat juga sangat penting. Zakat mampu mengentaskan kemiskinan dan penting juga mengedukasi kepada anak mengapa penyalurannya perlu ke amil zakat, yakni untuk menjaga niat serta tidak ada kepentingan tertentu antara pemberi dan penerima zakat selain untuk ibadah,” tutur Pak Kholid.

Sepulang dari kantor Dompet Dhuafa Jawa Timur, saya mendapat oleh-oleh berupa minuman aloe vera yang sangat segar. Ini bukan pertama kalinya saya mendapat produk dari program pemberdayaan Dompet Dhuafa. Hampir semua produknya enak dan berkualitas. Bangga sekali rasanya ada lembaga ZISWAF yang memiliki atensi besar pada pemberdayaan produk dan petani lokal. 

Semakin kental perasaan haru sekaligus bangga. Saya jadi teringat ketika saya sedang sakit pada bulan Oktober 2021 lalu. Bahwa Dompet Dhuafa selalu ada dan responsif, membersamai saya sebagai pelanggannya, dalam suka maupun duka. Dalam duka ketika saya sedang sakit dan dapat ujian, dalam suka ketika Dompet Dhuafa Jawa Timur menyambut kedatangan kami untuk berdonasi.

Menitipkan Harta agar Jadi Manfaat

di Dompet Dhuafa

Saya pernah bercerita pada postingan lain tentang peran Dompet Dhuafa dalam menjembatani niat baik keluarga kami. Kalau ada tiga alasan utama mengapa saya menjadikan Dompet Dhuafa sebagai lembaga utama tempat saya menyalurkan infak dan harta lainnya, yang pertama adalah amanah. Dompet Dhuafa selalu memberikan bukti bayar dan laporan pertanggung jawaban yang mereka kirim melalui e-mail dan WhatsApp. Legalitasnya jelas, laporan keuangan selalu diaudit rutin, serta Dompet Dhuafa juga menjadi bagian dari C-20 (engagement group of G20).

Kedua, masih berkaitan dengan amanah, yakni Dompet Dhuafa memiliki laporan keuangan yang jelas serta ada laporan tahunan. Ini bukti bahwa Dompet Dhuafa lembaga yang akuntabel, selain bukti yang dapat kita lihat pada aspek legalitas lainnya. Bagi saya, ini sangat penting karena niat dan perbuatan baik itu harus kita jaga agar tidak berubah arah ketika sudah kita berikan ke orang lain. 

Alasan utama yang ketiga adalah tepat sasaran. Distribusi program merata hingga ke pelosok Indonesia, bahkan dunia. Dompet Dhuafa juga memiliki beberapa cabang di luar negeri yang nanti akan saya bahas lebih detail di bawah. Selain keberagaman dalam lokasi, penyaluran dana Dompet Dhuafa juga menyentuh berbagai kalangan.

Dompet Dhuafa memiliki lima program pilar, yakni program sosial, program dakwah dan budaya, program ekonomi, program pendidikan, dan program kesehatan. Variasi program ini membuat kita bisa memilih ingin membantu yang mana terlebih dulu. Sementara untuk layanan, Dompet Dhuafa memiliki beragam pilihan donasi seperti zakat, infak atau sedekah, dan wakaf. Selain itu, ada pula layanan jemput zakat, kalkulator zakat, konsultasi zakat, dan kemudahan dalam konfirmasi donasi. Berikut saya tunjukkan cara berdonasi di Dompet Dhuafa. Saya biasanya melakukan 4 cara ini, tergantung jenis program dan kenyamanan saja.

Cara Berdonasi di Dompet Dhuafa

Pertama, Melalui Instagram Dompet Dhuafa

Cobalah untuk melihat program apa saja yang sedang diprioritaskan oleh Dompet Dhuafa. Biasanya Dompet Dhuafa memposting di feed sekaligus memberi nomor rekening serta nomor WA untuk konfirmasi. Ini memudahkan kita, ya, terutama yang sering pakai media sosial.

Kedua, Melalui Dompet Dhuafa Regional

Saya sudah beberapa kali menitipkan harta melalui Dompet Dhuafa Jawa Timur, mulai dari membayar fidyah, infak, wakaf, zakat, hingga qurban. Kamu tinggal mencari akun Instagram Dompet Dhuafa regional dan menyimpan nomor WA-nya. Biasanya admin bakalan sesekali broadcast untuk memberitahu program yang sedang berjalan.

Ketiga, Melalui Website

Cara ini juga mudah, sebab, kita bisa memilih program dan jenis layanan Dompet Dhuafa. Saya menunjukkan variasi program serta layanan Dompet Dhuafa melalui gambar di samping, apabila kita ingin donasi melalui website.

Keempat, Melalui Lembaga yang Bekerjasama dengan Dompet Dhuafa

Kamu perlu tahu bahwa Dompet Dhuafa gemar berkolaborasi dengan sejumlah lembaga, artis, bahkan pernah juga dengan event musik nasional. Tujuannya adalah agar donasi bisa mencapai ke berbagai kalangan dan masyarakat bisa lebih mudah menjangkau program Dompet Dhuafa. Coba cek bank atau dompet digital milikmu, mungkin ada salah satunya yang sedang bekerjasama dengan Dompet Dhuafa.

Keistimewaan Zakat yang

Menyempurnakan Ramadan Kita

Hal yang membuat saya gemar berdonasi baik secara terang-terangan maupun diam-diam adalah sebuah quote entah dari siapa dan dari buku mana, saya agak lupa. Namun, saya selalu mengingat redaksionalnya yang berbunyi,

“Agar hisab kita nanti tidak berat dan lama, mari kita kirim dulu harta kita ke akhirat.
Ibaratnya, saat kita pulang nanti, kita nggak perlu bawa harta banyak-banyak
yang dapat memberatkan perjalanan.”

Tentu ini kiasan, ya. Mengirim harta ke akhirat bermakna menjemput harta dengan cara yang halalan thayyiban, insya Allah, serta membelanjakannya di jalan yang baik pula. Hanya saja, terkadang ada dosa-dosa yang tidak kita ketahui, tidak kita sadari, yang ternyata ada pada harta kita. Untuk itu, penting sekali untuk rutin membersihkan diri secara lahir dan batin dengan berdonasi. Caranya bisa beragam, bisa dengan infak, wakaf, hingga zakat. 

Khusus untuk zakat, saya pun menyetujui apa kata Pak Kholil bahwa kita seringkali menyepelekan zakat. Sebabnya mungkin beragam, bisa jadi karena masyarakat hanya mengetahui satu jenis zakat saja yakni zakat fitrah atau karena jumlahnya yang “kecil” bagi keluarga menengah ke atas. Sebagaimana kita ketahui, perhitungan zakat fitrah itu memakai sistem flat, yakni sebesar harga beras seberat 2.5 kg atau 3.5 liter di wilayah tersebut. Kalau dirupiahkan, harganya sekitar 30 ribu sampai 40 ribu rupiah per orang. Ini membuat kita yang berkecukupan merasa ringan untuk mengeluarkan zakat.

Padahal, ada pula jenis zakat yang lain yakni zakat penghasilan dan zakat mal. Zakat penghasilan adalah zakat yang kita keluarkan dalam satu bulan pendapatan dan sudah mencapai batas minimum untuk wajib zakat. Sementara untuk zakat mal adalah zakat harta kita, yakni harta yang sudah mencapai nisab tertentu.

Ada tiga perbedaan antara zakat penghasilan dan zakat mal. Pertama, mengenai waktu bayar. Zakat penghasilan kita bayar setiap bulan sebanyak 2.5% dari total pendapatan. Sementara untuk zakat mal kita keluarkan selama setahun perhitungan atau setiap panen. 

Kedua, perbedaan pada sumber materi. Zakat penghasilan umumnya berasal dari profesi yang menghasilkan pendapatan tetap, sementara zakat mal bisa beragam jenisnya. Mulai dari perdagangan, saham, hingga hewan ternak.

Ketiga mengenai persentasi zakat. Menurut Peraturan dari Menteri Agama, nisab zakat penghasilan ini senilai 85 gr emas, lalu untuk kadar zakatnya sebesar 2.5%. Nah, kalau zakat mal, itu tergantung pada seberapa banyak harta yang kita miliki dan kelola. Supaya tidak bingung, kita bisa memanfaatkan kalkulator zakat Dompet Dhuafa.

Kalkulator Zakat Dompet Dhuafa

Memajukan Indonesia dengan Menunaikan Zakat

Karena zakat ini sudah menjadi jenis donasi yang wajib bagi umat muslim, kita tentu bisa membayangkan seberapa besar potensi zakat di Indonesia dalam rupiah. Jumlahnya mencapai triliyunan. Dana sebesar itu, tentu mampu kita gunakan untuk berbagai keperluan yang produktif, memberantas kemiskinan, membantu kaum dhuafa, serta menyelamatkan ekonomi masyarakat khususnya saat kondisi pandemi ini. 

Sebagaimana pada zaman Rasulullah, zakat banyak digunakan untuk membantu janda yang ditinggal suami, anak yatim, hingga membantu proses hijrah nabi serta pengembangan dakwah Islam. Sementara pada zaman  Umar bin Abdul Aziz, zakat menjadi solusi untuk mengurangi kemiskinan. Berbekal zakat, beliau mampu mewujudkan sistem profesional, komprehensif, dan universal dalam waktu 2 tahun 6 bulan. Hasilnya, negaranya menjadi makmur dan tidak ada masyarakat miskin, sampai-sampai banyak kisah menyebutkan sulit mencari orang miskin pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Indonesia tentu belum sampai ke arah sana, tetapi, bukan mustahil jika suatu saat nanti kita mampu menihilkan kemiskinan. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin Indonesia pada Maret 2021 naik menjadi 27,54 juta jiwa (sebanyak 10,14% dari total penduduk). Pada tahun yang sama, ada sebanyak 3,61 juta jiwa penduduk miskin yang telah menerima manfaat dari Dompet Dhuafa (sebanyak 13,10%). Masih banyak penduduk miskin yang belum tersentuh, sekitar 23,93 juta jiwa masyarakat Indonesia menanti bantuan kita. 

Kabar gembiranya, masyarakat Indonesia ternyata menaruh zakat sebagai prioritas utama. Kita bisa melihatnya pada laporan survei JakPat dimana sebanyak 84% responden sudah menyiapkan pengeluaran untuk zakat dan 76% mengalokasikan anggaran untuk infak.

Kini, belanja baju baru sudah bukan menjadi prioritas utama. Masya Allah, sebagai warga Indonesia saya sungguh terharu dan optimis dengan masa depan negara kita. Saya pun tidak mau ketinggalan mengambil peran. Segera saya tunaikan zakat lewat Dompet Dhuafa agar jadi manfaat dengan lebih merata.

Jadi Manfaat dengan Zakat

di Dompet Dhuafa

Adanya tambahan kategori berupa zakat penghasilan dan zakat mal ini terasa lebih adil. Kita yang lebih mampu, berkewajiban mengeluarkan zakat agar manfaatnya pun bisa terasa oleh orang lain yang membutuhkan. Sementara untuk penyalurannya, saya sarankan kamu memilih lembaga yang amanah. Sebagaimana kita sangat pemilih dalam melakukan investasi dan menabung, kita juga harus selektif memilih jenis kendaraan yang mengangkut harta kita ke akhirat. Agar kendaraan itu dapat mengantarkan harta kita sampai tujuan dan tersalurkan kepada yang membutuhkan.

Terdapat empat keutamaan dalam menyalurkan zakat lewat Dompet Dhuafa. Beberapa alasan ini mungkin saja baru kamu ketahui. Saya pun baru tahu setelah nonton reels di Instagram Dompet Dhuafa! Hehehe.

Akurat

Zakat di Dompet Dhuafa akan dibagikan kepada 8 golongan yang berhak. Distribusi pun merata dan tepat sasaran. Delapan golongan tersebut yakni orang yang fakir, miskin, fi sabilillah, mualaf, gharim, ibnu sabil, amil zakat, dan riqab (hamba sahaya atau budak).

Penyaluran yang luas

Penyalurannya bukan hanya di dalam kota saja, tetapi juga luar kota, pelosok Indonesia, hingga luar negeri. Zakat yang kita berikan dapat bermanfaat lebih optimal. Sebagaimana kita tahu Dompet Dhuafa memiliki cabang di berbagai kota dan negara.

Pemberdayaan

Tidak hanya uang dan beras, zakat yang terkumpul juga dapat didistribusikan dalam program pemberdayaan. Program ini sifatnya lebih jangka panjang, berkelanjutan, dan mampu membawa manfaat yang lebih besar bagi yang membutuhkan.

Audit oleh KAP

Setiap dana yang keluar dan masuk di Dompet Dhuafa selalu diudit oleh Kantor Akuntan Publik. Kita dapat melihat laporan keuangan yang super duper lengkap di website Dompet Dhuafa. Bagi saya, akuntabilitas publik ini menjadi prioritas dalam berdonasi.

 

Pada tahun 2021, Dompet Dhuafa telah berhasil menunjukkan tingkat serapan penyaluran sebesar 82,64%. Menurut Allocation to Collection Ratio, Zakat Core Principle, kinerja penyaluran Dompet Dhuafa ini efektif. Rinciannya adalah berhasil menghimpun dana dengan total 414,79 Miliar dengan rincian Zakat 51,05%, Infak 9,02%, Infak Terikat 9,47%, Kurban 14,74%, Sosial Kemanusiaan 5,05%, Wakaf 7,78%, dan CSR 2,89%. 

Total penyalurannya sebesar 342,79 Miliar. Rincian penyaluran ini mengalir ke program Pendidikan 11,21%, Kesehatan 7,63%, Sosial 29,18%, Ekonomi 12,34%, Kemanusiaan 7,72%, Dakwah dan Budaya 2,20%, Tebar hewan kurban 17,55%, dan operasional 12,17%. Detail lengkap dapat kamu lihat pada grafik berikut.

#KolaborAksi Membangun Negeri ala Dompet Dhuafa

0
Miliar
Total penghimpunan
0
Miliar
Total Penyaluran
0
Juta
Jiwa Penerima Manfaat
0
Persen
Kinerja Penyaluran Efektif

Sebaran manfaat mengalir ke 34 Provinsi di Indonesia dan 8 negara di dunia

Penutup

Begitulah kisah #30HariJadiManfaat ala saya. Ternyata, dalam kondisi fisik dan mental yang masih perlu kontrol dengan dokter, saya tetap bisa berupaya optimal untuk menginfakkan harta hingga tenaga agar jadi manfaat. Alhamdulillah, ini semua berkat pertolongan-Nya.

Saya jadi semakin tersadar, pada kondisi terburuk sekalipun, kebaikan kita akan tetap bernilai dan jadi manfaat. Tak perlu menunggu sempurna untuk berbagi, kekurangan kita mungkin justru menjadi penghantar yang baik untuk sesama. Selain itu, segala aktivitas donasi yang kita berikan ternyata dapat menjadi penguat kesehatan tubuh kita.

Bagaimana denganmu, seperti apakah kisah #30HariJadiManfaat ala kamu? Coba, yuk, berbagi di kolom komentar.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jadi Manfaat yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

Referensi:

Pengalaman pribadi

Public Expose 2022 Dompet Dhuafa

Cleveland Clinic, https://health.clevelandclinic.org/why-giving-is-good-for-your-health/

Dompet Dhuafa, https://www.dompetdhuafa.org/manfaat-bayar-zakat-di-lembaga/

Katadata, https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/28/survei-mayoritas-warga-prioritaskan-zakat-ketimbang-baju-baru

Liputan6, https://www.liputan6.com/ramadan/read/4537213/3-perbedaan-zakat-mal-dan-zakat-penghasilan-yang-jarang-diketahui

Tempo, https://gaya.tempo.co/read/1342305/ahli-sebut-melakukan-sedekah-miliki-manfaat-kesehatan

Sumber gambar dan foto:

Foto dokumentasi pribadi dan Ustadzah Linda

Freepik (Raw Pixel)

Canva

26 tanggapan pada “Menyemai Manfaat di Tengah Keterbatasan Fisik dan Mental”

  1. Setuju banget kak. Aku anggap penyakit yang aku alami itu teguran sekaligus ujian dari Tuhan. Namun emang aku perbanyak sedekah hingga wakaf utk berbagi kebahagiaan dgn orang lain. Hidup kita emang harus jadi manfaat buat orang lain sih. Biar kita juga didoakan mereka sehingga kita bs terus sehat dan banyak rezeki.

  2. MAsya Allah mbak, mantap nih kegiatannya luar biasa ya jadi semacam hiburan tersendiri ya kalau bisa aktif berpartisipasi bermanfaat buat banyak orang nih 🙂

  3. terhanyut saya baca ceritanya dari awal sampai akhir Mba, benar-benar inspirasi sekali apalagi saya sudah sering lihat wara wiri kesibukan Mba Nabila di instastory. You are so strong dan super duper productive! Di tengah kesibukan dan kondisi yang tidak menentu, Mba Nabila masih bisa menebarkan manfaat untuk semua orang, termasuk dengan mengikuti lomba blog juga. Keren, double triple salut saya mba!

  4. Inspiratif sekali kak ceritanya… semoga bisa menginspirasi orang banyak dan senantiasa diberikan kesehatan oleh Yang Maha Kuasa… Aamiin

  5. Sejatinya apa yang kita keluarkan di jalan Nya, adalah bekal yang akan kita terima baik kelak, maupun saat itu juga. Sedikit besar yang penting ikhlas dan istiqomahnya ya …
    Sangat inspiratif

  6. Saya pun merasakan yang sama mba, rasa sakit yang membuat kt down dan bertanya kepada Tuhan, tp Alhamdulillah kondisi skrg sdh jauh lbh baik dr sebelum nya

  7. Luar biasa mbak Bila
    Tetap semangat untuk berbagi kebaikan meski sedang dalam kondisi pemulihan ya
    Dengan Dompet Dhuafa kita jadi makin mudah berbagi kebaikan ya mbak

  8. ya Allah bacanya jadi banyak mengingatkan tentang banyak hal, semoga adanya donasi kegiatan seperti ini makin banyak orang yang membutuhkan terbantu dan manfaatnya makin banyak, semangat semua orang baik

  9. Semoga sukses ya kak dengan menang lombanya, ceritanya menarik dan sangat menyentuh. Btw bouncy type apa saja yang kk sewakan???

  10. Dengan berdonasi hati menjadi bahagia dan mental menjadi kuat, karena membahagiakan orang lain dan kitanya jadi bermanfaat ya.
    Semangat selalu kak Nabilla

  11. Saya baru tau ada jenis penyakit langka ini kak. Tabarakallahu kakak melewatinya dengan baik. Semoga tidak ada kambuhan lagi ya kak. Aamiin. Selalu menebar manfaat untuk orang lain. Dan saya percaya kak, kalo kita memudahkan urusan orang lain maka urusan kita pun dimudahkan Allah.
    Sukses selalu ya kak.

  12. 30 hari jadi manfaat untuk banyak pihak memang bikin kita teralihkan yaa kalo lagi kalut, or lagi sakit, jadi terlena dengan kesibukan aktivitas kita deh, btw semoga lekas sehat kembali ya mba biar bisa terus jadi manfaat untuk orang banyak

  13. masya allah mba, set target 30 hari jadi manfaatnya, di tengah kesibukan dan keterbatasan emang seharusnya kita tetap bisa ya jadi manfaat buat sesama dan lingkungan. dompet dhuafa emang jd salah satu manfaat yg bener2 membantu kita buat terus jadi manfaat dengan cara yg mudah ya, aku pun udh pernah donasi via DD dan gampang banget caranya

  14. Selalu semangat menebar kebaikan di manapun ya mbak, saya suka baca cerita di atas sebagai reminder untuk diri sendiri untuk lebih sering berbagi dengan sesama. Dan buat mbak Nabila, semoga Allah segera mengangkat penyakit yang ada.

  15. huaaaa semangat mbak. keren banget saat sakit yang sampai kayak gitu pun tetep bisa sat set sat set sana sini. sehat sehat terus ya mba, mudah-mudahan bisa terus semangat semangat 😀

  16. MasyaAllah, salut dengan Mbak Nabila, meski kondisi tidak begitu sehat baik fisik dan mental tapi kegiatannya yang sebanyak itu tetap bisa berjalan lancar dan semangat mengejakannya. Berbagi malah menjadikan semangat tersendiri ya Mbak, apalagi melalui Dompet Dhuafa kita bisa sangat terbantu dalam hal menyalurkan yang kita miliki termasuk agar bisa menjadi manfaat buat orang banyak ya.

  17. Hai, Mbak Nabila. Semangat sembuh ya. InshaAllah, kegiatan berbagi akan menjadi wasilah kebaikan untuk mbak dan keluarga.

    Kita diuji dan ditegur karena Allah memang sayang sama kita. Dan Dia ingin mengangkat derajat kita. InshaAllah.

  18. Kegitaan mbak Nabila dalam 30 hari ini menginspirasi kita semua. Saat dalam sakit mbak berusaha bangkit. Lelah iya pasti namun tetap ikhtiar ya. Bersama Dompet Dhuafa mbak juga turut berpartisipasi, barakallah semoga semakin banyak pahala yang diperoleh. Btw, itu obat yang di tengah, putih orens, aku juga pernah pakai saat ada kelurah di paru-paru 😀 Sehat2 selalu ya mbak. Keren banget tulisannya insya allah menang aamiin.

  19. Salut di tengah kondisi sakit yang sewaktu-waktu bisa kambuh, Mbak Nabila bisa berkarya pun menebar manfaat bagi sesama. Inspiratif sekali!
    Semoga kondisinya pulih lagi seperti semula, dilancarkan kegiatannya, selalu dalam lindungan-Nya.
    Saya juga mempercayakan donasi dalam berbagai bentuk yang diinisiasi Dompet Dhuafa, karena yakin amanah dan sampai pada yang berhak menerima

  20. Wahh inspiratif banget, walaupun sedang sakit tapi tidak pernah menyerah untuk terus bangkit untuk kesembuhan dari penyakitnya. Selalu bersyukur dan bersedekah selalu karena itu juga bisa jadi kebahagian diri maupun orang lain. Semoga tetap selalu sehat ya..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *