“We live in a beautiful world, yeah we do.. yeah we do.”
Siapa yang membacanya sambil nyanyi? Yuhuu, kalian pasti Jamaah Coldplay-iyah, ya? Hahaha. Lirik di atas adalah potongan lagu Don’t Panic. Saya lebih suka kalau lagu itu dinyanyikan oleh Chris Martin, tapi, kalau pas live, kayaknya Will yang sering nyanyi, ya.
Lagu Don’t Panic yang sering saya putar ketika sedang berada di perjalanan, kerap mengingatkan saya akan bumi. Lirik lagu itu mengademkan hati. Jangan panik, sekalipun kita sudah sangat lelah dan berantakan. Masih ada hari esok, karena kita tinggal di dunia yang indah. Saya suka dengan inti dan pesan yang disampaikan. Ada semangat slow living.
Tapi, kalau kita tinggal di tanah yang rawan bencana, masihkah kita bisa tenang?
Gempa yang mengguncang selatan Jawa Timur pada awal April kemarin masih membuat saya kepikiran. Kebetulan, pada akhir pekan itu saya sedang mengunjungi kakek saya di Wlingi, Blitar. Kalian tentu melihat berita bahwa Blitar adalah salah satu daerah yang terdampak. Saya merasakan sendiri rumah kakek saya bergoyang hebat, pintu lemari sudah terbuka, foto-foto hampir jatuh. Syukurlah hanya berhenti sampai disitu, tidak ada kerusakan. Tetapi, tetap saja, itu adalah pengalaman pertama saya begitu dekat dengan bencana. Ini bukan pertama kalinya saya merasakan gempa di rumah kakek. Namun, ya baru ini gempa berlangsung cukup lama dan hebat.
Saya kian sadar bahwa kita hidup di atas tanah yang rawan bencana. Ya bencana alam, juga bencana yang diciptakan oleh manusia. Tahun ini belum genap 6 bulan, tetapi sudah berapa bencana yang dirasakan oleh penduduk Indonesia? Tantangan yang kita hadapi kini bukan hanya dari alam, tapi juga dari tangan manusia.
Kabar baiknya, kita masih ada waktu dan peluang untuk mencegah. Biar nggak spaneng, nggak perlu mikirin langkah yang terlalu berat. Mumpung sekarang tren sustainable living lagi naik, kita bisa ikut belajar dan mempelajari apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki lingkungan dan planet kita di masa depan. Kalau kalian masih bingung tentang apa yang sedang terjadi pada bumi kita, boleh kalian tetap tinggal di halaman ini dan akan kuceritakan sedikit yang saya ketahui tentang kondisi bumi hari ini dan apa yang dapat kita lakukan untuk Hari Bumi Sedunia 2021 nanti.
Bumi Tidak Butuh Kita
Dulu, saya sering mendengar narasi kampanye seputar bumi dan lingkungan dengan sudut pandang “menyelamatkan bumi”. Agaknya, itu kurang tepat dan membuat kampanye tidak efektif. Sebab, yang perlu diselamatkan justru kita, para manusia. Menyelamatkan bumi, itu sebetulnya ya menyelamatkan diri kita sendiri. Manusia itu kan pada dasarnya egois. Dan saya rasa, keegoisan ini bisa kita olah menjadi kepedulian jika sudah berbicara tentang diri sendiri.
So, let’s talk about it. Saatnya berpikir untuk diri sendiri dan menyelamatkan masa depan kita.
Pekan lalu, saya mengikuti acara Eco Blogger Gathering. Salah satu pembicara, Kak Yuyun, membagikan data tentang bencana di Indonesia yang membuat saya sedih, tetapi, saya tidak terkejut. Saya berusaha untuk menyadari fakta ini dan mengakui kesalahan saya sebagai manusia, berikut, saya juga ingin berusaha memperbaikinya.
Tren bencana di Indonesia pada tahun 2009 hingga 2019 didominasi oleh bencana hidrometeorologi. Terdapat peningkatan tren yang ditunjukkan dengan ada 6 dari 10 bencana di Indonesia yang merupakan bencana hidrometeorologi. Istilah ini baru buat saya, mungkin juga buat beberapa dari kalian ya. Menurut Agie Wandala, Kepala Sub-bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG, bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dampaknya dipicu oleh kondisi cuaca dan iklim dengan parameter tertentu. Parameternya sendiri meliputi peningkatan dan penurunan curah hujan, suhu ekstrim, cuaca ekstrim, dan lain sebagainya.
Dari kata kuncinya saja sudah terlihat bahwa bencana ini ada kaitannya dengan kegiatan manusia. Cuaca ekstrim, suhu ekstrim, serta naik turunnya curah hujan. Kegiatan manusia yang memberikan dampak ini bukan hanya kegiatan kita sebagai individu, justru, kegiatan yang memberikan pengaruh terbesar adalah kegiatan ekonomi dan konsumsi. Bagaimana kita memilih pangan, produk, dan jasa, bagaimana pemerintah meregulasi, serta tentang bagaimana perusahaan bisa memberikan nilai keberpihakan pada lingkungan.
Kemarin-kemarin mungkin kita terlalu terlena dan menjadi masyarakat yang sangat konsumtif. Memakai ini itu tanpa melihat produk yang kita gunakan itu dari mana dan berbahan apa. Jangan khawatir, kamu tidak sendiri. Dulu, saya juga seperti itu. Saya penggemar tren fast fashion dan kini saya menikmati style slow fashion yang saya kenakan. Karena kita sudah cukup sadar bahwa pilihan kita ternyata berdampak kembali lagi ke kita, bijak mengonsumsi menjadi solusi yang dapat kita upayakan saat ini.
Kesempatan Emas yang Bisa Kita Upayakan untuk Bumi dan Masa Depan
Selama menulis dan belajar tentang kegiatan perekonomian yang ramah lingkungan, ada beberapa istilah dan pandangan yang saya pelajari. Ini bisa sekadar untuk wawasan dan bisa juga menjadi gambaran buat teman-teman yang sedang atau akan menjalankan bisnis. Ekonomi dan keberlanjutan lingkungan masih bisa untuk berjalan beriringan dengan harmonis, baik yang dilakukan oleh pengusaha maupun konsumen.
Saya pernah mendengar mengenai ekonomi sirkular, yakni sebuah konsep alternatif dari ekonomi linear yang bertujuan untuk menggunakan potensi setiap material semaksimal mungkin serta untuk memulihkan material yang telah sampai pada usia akhirnya. Dalam circular economy, perusahaan sejak awal sudah mendesain agar tidak menghasilkan sampah. Sebisa mungkin, limbah organik maupun material diputar lagi ke dalam proses produksi. Namun, konsep ini belum banyak diadopsi oleh perusahaan.
Ada pula konsep ekonomi lestari yang digagas oleh Kate Raworth yang sering disebut mirip dengan donat karena bentuknya yang bulat dan bolong di tengah. Dalam konsep ini, ada batasan yang tidak boleh dilanggar oleh manusia sebagai pelaku ekonomi, yakni climate change, air polution, biodiversity loss, dan lainnya yang bisa kamu lihat pada gambar di atas ini. Kalau aspek di luar ecological ceiling ini dilanggar, ya sudah siap-siap saja bencana itu akan datang karena perbuatan kita sendiri. Kendati kedua konsep ekonomi di atas terlihat makro, sebetulnya ada banyak keterlibatan kita, terutama perilaku konsumsi, sosial, dan perilaku kita sebagai individu.
Peran kita yang paling kentara dalam kegiatan perekonomian adalah sebagai konsumen. Posisi ini memiliki peran sentral, karena konsumen juga ikut membentuk tren, membentuk perubahan perilaku, dan perubahan industri. Di bawah ini, akan saya berikan beberapa contoh kegiatan konsumsi yang dapat kita lakukan sembari menjaga lingkungan. Kita bisa melakukan kebaikan ini bersama-sama dan mengambil momentum emas pada Hari Bumi Sedunia 2021. Apa aja caranya?
Pertama, memilih produk yang akan kita konsumsi.
Sebisa mungkin, yuk, kita pilih produk lokal yang ramah lingkungan dan ramah sosial. Untuk mengenalinya, kita bisa memulainya dengan membaca label produk makanan, skincare, dan peralatan yang kita gunakan sehari-hari. Kemudian, baca juga komposisinya. Sebaiknya kita mengusahakan untuk memakai produk yang tidak “melukai” bumi. Biasanya, ada organisasi tertentu yang mengeluarkan label seperti cruelty free, vegan, not tested on animal, RSPO, dan banyak lainnya.
Apabila tidak ada, pilihlah produk yang menghadirkan cerita. Biasanya, brand akan memberikan beberapa kalimat apresiasi pada kita sebagai konsumen bahwa dengan membeli produk ini kita sudah membantu petani atau pekebun lokal.
Kedua, mengonsumsi hasil hutan.
Hutan itu memiliki banyak produk yang baik untuk kesehatan dan kegiatan kita sehari-hari seperti komoditas pangan, komoditas kerajinan, hingga jasa. Meski begitu, ada syaratnya, yakni pilihlah produk hasil hutan yang memiliki label seperti SNI, Bangga Buatan Indonesia, Indonesian Legal Wood, dan FSC. Mengonsumsi hasil hutan tidak hanya bermanfaat untuk kelestarian dan produktifitas hutan, tetapi juga untuk masyarakat adat yang tinggal di sekitar hutan.
Ketiga, jalan-jalan ke alam.
Sikap acuh pada diri dan bumi mungkin karena kita belum kenal dengan pemasok kebutuhan dasar kita hingga hari ini. Semua kebutuhan dasar kita, seperti makanan, oksigen yang sehat, dan air yang segar, itu semua diberikan oleh hutan. Maka dari itu, sesekali coba agendakan untuk berjalan-jalan ke alam. Percaya, deh, bikin ketagihan. Nanti mungkin jadi udah nggak kepengin lagi jalan-jalan ke mall 😀
Saya selalu ingin mendapat kesempatan untuk traveling ke pantai atau hutan lagi. Tapi, pandemi ini menahan langkah saya untuk menjejak lebih jauh. Terakhir kali saya masuk hutan itu ya ke Hutan Bambu Lumajang. Nah, kalau foto di sebelah ini, saya sedang berada di taman di Banjarnegara yang tempatnya di pinggir Sungai Serayu. Lumayan asri dan memanfaatkan DAS.
Keempat, adopsi pohon.
Buat kamu yang barangkali belum tahu tentang adopsi pohon, simpelnya, adopsi pohon adalah turut menjaga dan merawat pohon atau hutan seperti anak sendiri. Sekalipun terhalang jarak, kita bisa melakukan “penjagaan” melalui donasi yang bisa disalurkan lewat berbagai organisasi, yayasan, event, hingga pemerintah yang mengadakan open donation.
Salah satu komunitas yang fokus pada merawat hutan dan sering mengadakan adopsi pohon adalah Hutan Itu Indonesia. Kamu bisa mempelajari mereka dan melakukan adopsi pohon melalui tautan di bawah ini.
Kelima, memilah sampah rumah tangga.
Memilah sampah sangat meringankan beban pekerja di TPA. Syukur-syukur kalau kita bisa mendaur ulang sekalian. Jujur saja kalau soal mendaur ulang sendiri, saya masih belum mampu melakukannya secara mandiri dan konsisten. Paling banter, sampah kardus saya gunakan untuk media bermain anak-anak. Selain itu, saya berusaha untuk masak dengan cukup agar tidak sering membuang makanan.
Saya harap, start-up pendaur ulang sampah bisa semakin banyak dan menjangkau kota lain di luar Jakarta. Soalnya, saya butuh bantuan banget ini untuk mendaur ulang sampah plastik dan kardus. Selama ini, sampah-sampah plastik seperti botol dan wadah bumbu ini masih saya simpan. Jika sudah banyak, saya berikan ke pengelola sampah terdekat.
Video singkat dari LTKL tentang ekonomi lestari. Menarik dan memberi gambaran yang jelas tentang apa yang bisa kita lakukan sebagai konsumen. (Doc: YouTube LTKL)
Keenam, ikut kampanye dan perkaya wawasan.
Kampanye itu nggak harus selalu hadir secara fisik untuk hadir di acara tertentu, ya. Kita juga bisa melakukan kampanye dengan berbagi cerita di media sosial kita atau sekadar ngobrol ringan dengan teman-teman. Bisa seputar makanan lokal, skincare lokal yang ramah lingkungan dan ramah sosial, dan perabotan hasil hutan yang legal.
Kita juga bisa berpartisipasi menyemarakkan perayaan tertentu. Seperti, perayaan Hari Rimbawan Nasional tanggal 18 Maret, Hari Hutan Internasional tanggal 21 Maret, Hari Bumi Sedunia 2021 tanggal 22 April nanti, Hari Pohon Internasional tanggal 21 November, Hari Menanam Pohon Indonesia tanggal 28 November, serta Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional tanggal 5 November
Selebrasi yang terdekat adalah Hari Bumi Sedunia 2021 pada tanggal 22 April besok. Jika saat ini kita masih bingung harus kapan mulai melakukan langkah kecil, kita bisa mengambil kesempatan emas ini tepat pada Hari Bumi. Ibaratnya nih bumi ini kan lagi “ulang tahun” ada baiknya kita beri kado yang baik dan bermanfaat untuk dia. Toh, manfaatnya bakal balik juga untuk kita.
Sementara untuk wawasan tentang hutan, bumi, dan lingkungan, dapat kamu peroleh melalui akun-akun seperti Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Golongan Hutan, Hutan Itu Indonesia, Walhi, dan lain sebagainya.
Penutup
Itu tadi sejumlah kegiatan yang bisa kita upayakan untuk menyelamatkan diri kita sendiri. Bukan untuk bumi, tapi untuk kita. Kamu bisa melakukan berbagai cara yang telah saya sebutkan di atas, mulai dari yang terkecil, mulai dari sekarang. Kamu juga bisa mengambil kesempatan emas dan memberi hadiah ulang tahun untuk bumi dengan mulai berpihak pada bumi dan pada kehidupan kita di masa depan. Saya percaya, sekecil apapun kegiatan kita, jika kita lakukan bersama-sama, lambat laun akan memberi kemajuan yang baik.
Apakah ada aktivitas lain yang sudah kamu lakukan atau mungkin terpikir olehmu? Coba yuk bagi pendapatmu di kolom komentar.
Makasih banyak Mbak jadi ketampar untuk terus melakukan yang terbaik untuk diri dulu dan bumi yang kita tinggali. Banyak hal yang bisa dilakukan ya, suwun tipsnya Bund
aku mulai membiasakan diri untuk membawa tas belanja atau pocuh pengganti kantong kresek belanjaan.. langkah2 kecil yang dibiasakan pasti bermanfaat utk masa depan bumi ^^
Bner bgt, bisa dimulai ddari membeli produk2 lokal yg ramah lingkungan, dan kurangi plastik saat belanja
setuju banget mba..
kalo aku sekarang juga mulai pilih2 produk yang dikonsumsi, pilih yang ramah lingkungan, yang kemasannya bisa didaur ulang
Kalau aku udah mulai membiasakan diri dengan membawa tas belanja sendiri, mengajak anakku main dan mengenal alamnya. Supaya nanti dia terbiasa untuk mencintai bumi.
Yup.. Aku juga lagi gemar nih untuk memilah barang bekas jadi mulai menyadari kelestarian alam dan bumi
Adopsi pohon sih yang keren. Kadang beberapa fandom kpop juga menggalang dana untuk adopsi pohon atau malah reboisasi kembali wilayah yang sudah mulai gundul. Yang penting semuanya mulai berperan yaa.
Banyak manggut-manggutnya ya, Mba, saat webinar pertama Eco Bloger Squad.
Kayak “Ha, iya. Gue belum kasih apa-apa nih untuk bumi”. Sedih sekaligus tenang, karena ada yang mengingatkan untuk bisa berbuat sesuatu.
Btw, salam kenal ya. Ternyata kita satu squad. Cie, satu squad. Hahha
Benar, bumi tidak butuh kita yang lalai dan abai untuk merawatnya. Padahal bumi menjaga dan sangat peduli dengan kehidupan kita. Kuy kita ubah perilaku lebih baik, jaga bumi dan lingkungan ini
Andaikan semua orang bisa sadar akan kelestarian bumi, insya Allah buminya akan tersenyum terus deh. Aku tuh senang deh lihat program yang keren gini karena dengan secara tidak langsung kita juga sudah memberikan sumbangsih untuk bumi.
Setuju banget mbak, menyelamatkan dan merawat bumi, sesungguhnya kita melakukannya untuk kita sendiri. Bumi tidak butuh kita. Kitalah yang butuh. Jika kesadaran ini sudah ada, niscaya akan banyak yang tergerak untuk merawat dan menjaga alam. Minimal bertanggung jawab dengan apa yang dia lakukan dan dampaknya untuk sekitar.
Setuju mbak, bumi gak butuh kita. Tapi kitalah yang bergantung pada bumi ..
Lagi berusaha banget aku mbak, buat menyayangi bumi, salah satu caraku adalah menghemat pemakaian lampu di rumah
Lengkap banget mba informasinya… sekarang aku selalu bawa minum sendiri menggunakan botol yg bisa berkali” d refil utk mencegak numpuk sampah botol pelastik
Terimakasih mbak atas informasinya tentang tips-tips menjaga bumi kita. Meskipun awalnya sulit, insya Allah kalo dibiasakan bakal jadi rutinitas yang menyenangkan ya
aku setuju sih, mendukung soal gerakan pelestarian lingkungan atau semacamnya, gak hrs dgn campaign melulu. Bisa support dgn gaya qt masing2 seperti bercerita dlm sebuah blog dan atau di media sosial
Semua yg mendiami bumi harus aware kalau mau tinggal di bumi yang nyaman ya.
Menanam pohon dan meminimalkan sampah harus menjadi kebiasaan, dan menularkan kebiasaan baik itu pada sekitar.
Saya mempunyai halaman seuprit, tapi hingga saat ini diusahan hijau dengan adanya tanaman keras di halaman.
Wah iya nih di hari bumi ini saya melalui komunitas mengadakan acara webinar tentang zero wakte home… Mudah2an menjadi satu cara utk mengedukasi masyarakat umum.
Jadi pengen jalan-jalan ke alam 😃. Mnurutku dengan adanya kesadaran penuh dari diri kita, smoga Bumi akan semakin lebih baik
betul bangeet mba… ada banyak langakh sederhana yang bisa kita lakukan untuk selalu jaga agar bumi tetap sehat. Zero waste mengjadi gol ideal dan aku sedang mencoba untuk menghasilkan less waste
Ulasannya bermanfaat sekali nih krna kadang kita tidak sadar bahwa banyak hal.yang bisa kita lakukan untuk menjaga bumi kita ini agar bumi selalu hijau dan baik
Setuju banget, justru kita loh yang butuh bumi. Makanya harus secara sadar melakukan berbagai aktivitas yang mencintai lingkungan. Kondisi bumi saat ini sudah patut kita pertimbangkan dan menjadi acuan untuk melakukan perbaikan perilaku.
Lahamdulilah perlahan sudah mulai disiplin soal sampah dan menanam lebih banyak. Termasuk juga hemat air dan minimaisir penggunaan tisu. Baru itu sih mba kontribusi ku buat bumi belum terlalu banyak.
Aku berusaha banget untuk berkontribusi demi bumi yg lebih baik
Sekarang hal simpel yg aku lakukan: bawa tas belanja dewe, mba
buat ngurangi sampah plastik.
Ulasan nya komplit banget nih..
Moga banyak yang lebih tersadar akan manfaat bumi bagi kelangsungan hidup manusia..
Selamat Hari Bumi Sedunia.
Semoga dari langkah-langkah kecil kita ini bisa mengedukasi masyarakat sehingga kita serempak berjalan bersama melindungi bumi dari kerusakan.
Economy circular saat ini memang sedang populer ya mba karena siklusnya yang menjaga manfaat produk agar kemasannya tetap bisa direuse dan recycle sehingga bisa menekan sampah. Oiya, saya baru tahu ada taman seindah itu, tepatnya dimana mba Banjarnegaranya? Soalnya suami asli sana.
Pingback: Hampers The Body Shop Green Ramadan