Beberapa waktu lalu saya mengikuti gathering online bersama Eco Blogger Squad dan WALHI Nasional serta WALHI Sumatera Selatan. Kali ini materinya agak rumit sekaligus menarik, karena menyoal hal baru yang ada pada Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal (MAKL).
Topik diskusi seputar Dana Nusantara. Saya juga baru tau istilah ini karena memang ini masih baru dirilis, tepatnya Dana Nusantara secara resmi dideklarasikan pada Kongres Masyarakat Adat Nusantara yang berlangsung pada tanggal 24 – 30 Oktober di wilayah adat Tabi di Papua. Dana Nusantara ini dikelola oleh Walhi, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), dan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA).
Pada tulisan ini, saya akan membahas lebih jauh tentang Dana Nusantara yang tentu membuat kita penasaran. Sekaligus akan mengulik bagaimana Dana Nusantara berhasil membuat Desa Nusantara di Sumatera Selatan menjadi lebih raharja. Baca sampai selesai, ya.
Mengenal Dana Nusantara
Dana nusantara ini ditujukan sebagai stimulus untuk masyarakat adat dan komunitas lokal (MAKL) agar semakin berdaya dalam merawat lahan2 dan pemulihan lahan berkelanjutan. Pendanaan langsung bagi MAKL ini dikelola oleh Walhi, AMAN, dan KPA. Dana Nusantara juga berperan dalam mempromosikan pengakuan dan perlindungan wilayah kelola rakyat sebagai model pengelolaan sumber daya alam yang berorientasi pada pemulihan ekosistem dan upaya kolektif untuk mengurangi dampak krisis iklim dan bencana ekologis.
Sebagaimana kita tahu, bencana ekologis sangat banyak terjadi di Indonesia. Menurut Mongabay, bencana ekologis merupakan suatu peristiwa alam atau bencana karena keikutsertaan manusia secara sistemik, destruktif, dan masif yang menyebabkan kerusakan lingkungan hidup, kerugian ekonomi, konflik agraria, pelanggaran HAM, hingga korban jiwa.
Melansir dari website Walhi, pada 2019, BNPB menyebutkan bahwa selama kurun waktu 20 tahun terakhir, 98 persen kejadian bencana di Indonesia adalah bencana hidrometeorologis. Banjir, longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan dan lahan bergantian mengikuti cuaca ekstrem yang terjadi. BNPB juga menyatakan bahwa Indonesia sudah berada dalam situasi darurat ekologis.
Ancaman Terhadap Lingkungan yang Semakin Serius
Data lain dari laporan World Wildlife Fund (WWF) yang berjudul Living Planet Report 2020, jejak ekologis atau ecological footprint semakin mengalami peningkatan. Jejak ekologis sendiri merupakan sebuah tolak ukur dampak dari kehidupan manusia terhadap alam. Ini tentu membuat ancaman terhadap lingkungan menjadi semakin serius.
Ancaman terbesar utama bagi keanekaragaman hayati di seluruh dunia adalah karena adanya perubahan penggunaan lahan dan air, yakni sebesar 50%. Ini meliputi penebangan secara terus menerus, pertanian yang tidak berkelanjutan, serta penambangan. Kedua, eksploitasi berlebihan pada spesies sebesar 24%. Yakni di mana manusia sengaja membunuh atau memburu spesies atau satwa tertentu untuk diperdagangkan dengan penangkapan besar-besaran. Lebih lengkap mengenai data tersebut dapat kamu simak pada grafik di bawah ini.

Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal Sebagai Penyelamat Bencana Ekologis
Di sinilah peranan kuat masyarakat adat dan komunitas lokal untuk membantu mencegah kerusakan bencana ekologis agar tidak lebih parah. Sebagaimana kita ketahui, masyarakat adat itu memang paling jago dalam hal pemulihan lahan tempat tinggal mereka. Masayrkat adat memang tidak punya karakter eksplotatif, mereka biasanya mengambil hal dari alam seperlunya saja dan memikirkan aspek regeneratif bagi masa depan.
Pada titik ini pula peranan dana nusantara hadir. Dana nusantara melakukan pemetaan partisipatif, dialog dengan para pihak, penyusun rencana tata guna lahan, baru kemudian ada perawatan dan pengelolaan kebun.
Manfaat dana nusantara ini bagi MAKL adalah pertama perluasan wilayah kelola rakyat. Hal ini dapat memberikan kemandirian bagi MAKL dalam mengelola wilayahnya. Kedua, mendukung inisiatif pengembangan ekonomi berbasis komunitas. Seperti kita ketahui terkadang upaya pengembangan ekonomi berbasis komunitas lokal itu butuh dana pula, maka dari itu dana nusantara hadir. Dan yang ketiga adalah penerapan teknologi tepat guna. Berikut adalah contoh before after dari proses restorasi lingkungan oleh MAKL dengan Dana Nusantara.


Desa Nusantara di Sumatera Selatan, Menuju Desa Ekologis
Ada salah satu desa di Sumatera Selatan yang telah mendapat Dana Nusantara. Desa tersebut kebetulan juga bernama Desa Nusantara yang terletak di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Prov. Sumatera Selatan yang luas wilayahnya mencapai 259.300 hektar.
Mulanya, Desa Nusantara ini merupakan program transmigrasi tahun 1981. Desa ini dinamai Nusantra karena perusahaan yang mendapat tender pembukaan lahan dan pembangunan kawasan transmigrasi pada era OrBa di daerah jalur 27 itu bernama PT Nusantara. Saat ini jumlah KK di Desa Nusantara berjumlah 600 Kepala Keluarga.
Singkat cerita, warga berupaya untuk menanam padi bermodal bibit yang dibawa dari Jawa tetapi masih dalam skala kecil. Pada tahun 1995 warga berhasil menemukan cara untuk membabat rumput. Selang 10 tahun kemudian, sawah tersebut diklaim sebagai HGU milik perusahaan sawit.
Perlawanan pun berlanjut dan kini hingga muncul Forum Petani Nusantara Bersatu yang berdiri sebagai respon terhadap perusahaan sawit serta memastikan tanah untuk rakyat juga sebagai wadah menyalurkan aspirasi warga. Forum ini berdiri tahun 2007 dan kini ada 700 anggota. Mereka mengelola lahan dan tanah yang dapat ditanami dengan berbagai tumbuhan seperti padi, kopi liberica, nanas, nangka, buah naga, jeruk kunci, hingga cabe rawit. Masayrakat juga memelihara kambing dan sapi serta beternak beberapa jenis ikan seperti gabus, lele, belut, dll.
Penutup
Begitulah sedikit cerita saya tentang pengenalan Dana Nusantara. Mari kita dukung terus dana nusantara ini agar bisa menjadi jembatan bagi MAKL untuk lebih berdaya serta membantu untuk mengelola lahan serta menjadi masyarakat yang lebih raharja.
Referensi:
Materi online gathering EBS Dana Nusantara
KPA, http://kpa.or.id/kabar-agraria/view/memperkuat-konsolidasi-lintas-gerakan-rakyat-melalui-dana-nusantara_d395771085aab05244a4fb8fd91bf4ee
Walhi, https://www.walhi.or.id/darurat-ekologis
Sampai sekarang perlawanan dengan perusahaan kelapa sawit dan mendapatkan hak untuk bertempat tinggal masih jadi PR untuk masyarakat adat. Perjuangan juga perlu dana ya, apalagi banyak yang harus dikerjakan dan tujuannya detail, semoga pengelolaannya tepat sasaran
keliatan banget yaa bedanya tanjung aur 2013 dan 2022, reboisasi nyata buat bantu mengurangi kerusakan lingkungan yang udah semakin parah. Sekarang tuh emang kaya rebutan lahan ya buat lahan hijau dan industri, lama2 klo lahan hijau abis, matilah kita
Sudah jadi kewajiban kita semua sih untuk melindungi lingkungan kita dari ancaman bencana apapun. Emang miris sih kalo lihat kondisi lingkungan kita yg di ambang darurat ekologis. Kita sudah sepatutnya berperan aktif nih soal lingkungan agar anak cucu kita masih merasakan lingkungan yg asri, jauh dari bencana ekologis.
Kelestarian lingkungan sudah jadi tanggung jawab kita semua. Jangan biarkan beban itu ditanggung para masyarakat adat saja. Kita harus ikut berjuang demi lingkungan yg lebih baik. Setidaknya dukungan kepada perjuangan mereka
Emang banyak banget yah manfaat Dana Nusantara yang bisa dirasakan oleh masyarakat adat dan komunitas lokal. Apalagi kalo lihat perjuangan warga di Desa Nusantara. Semoga dengan mendapatkan Dana Nusantara ini mereka bisa lebih berdaya untuk pemulihan ekosistem, mengurangi dampak krisis iklim dan bencana ekologis ke depannya.
Banyak cara kita dalam menjaga bumi tetap lestari, termasuk dengan mendukung masyarakat adat dan komunitas lokal agar tetap berdaya dan terlindung dari oknum-oknum yang akan merongrong demi keuntungan pribadi dengan mengklaim tanah mereka untuk dijadikan lahan sawit
Semoga Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal ini dapat lebih terayomi dan lebih raharja ya dengan dana nusantara. Sayang banget kalau tanaman khas lokal digantikan begitu saja oleh sawit oleh perusahaan2 raksasa.
Mau patah hati tapi memang sudah terjadi dan ulah dari “kita sendiri” sih kalau saat ini tanah air kita sudah berada di level darurat bencana ekologis. Eh tapi ada saja “pihak” yang enggan memikirkan keberlangsungan hidupnya di masa depan dengan lebih banyak menoleh pada perbaikan lingkungan. Semoga dengan adanya Dana Nusantara, terus mendukung perbaikan lingkungan walau suaranya mungkin hanya serupa bisikan. Sayang banget kalau akhirnya lahan sawit mendominasi.
Semoga masyarakat adat dapat terlindungi dengan payung hukum yang kuat, dan lebih Raharja karena memang dari merekalah bumi ini kuat dijaga
Semoga Desa Nusantara lebih berdaya karena dengan adanya Dana Nusantara akan membantu mereka untuk mengelola lahan serta menjadi masyarakat yang lebih raharja.
Upaya pemulihan ekosistem menjadi PR besar bagi negeri ini, sehingga perlu ada gerakan yang bisa bersama-sama mengelola sumber daya alam dengan optimal, menjadi lebih baik lagi. Saya apresiasi dengan Dana Nusantara ini
Alih fungsi lahan memang menjadi ancaman terbesar untuk keanekaragaman hayati yaa.
Kalau sudah terlanjur bakalan berat banget untuk memulihkannya seperti sedia kala.
Semoga program-program Dana Nusantara dapat membantu mengkonservasi lahan agar tidak tereksplploitasi berlebihan
Geraam rasanya ke orang-orang itu. Udah puluhan tahun menempatinya. Mencoba menanam padi seadanya, bibit dibawa jauh-jauh dari Jawa. Eh, 10 tahun kemudian ada yang ngaku bahwa itu lahannya dan mau digunakan untuk menanam sawit.
Mau marah rasanya sama orang/perusahaan yang suka mengklaim dan nyaplok milik rakyat kecil gini. Pemerintah mestinya langsung turun tangan dong. Kan mereka jadi transmigran di sana juga karena pemerintah.
baru tahu peruntukan DANUS ini emang pentinggg banget untuk desa nusantara yang udah terjepit gitu yaa, apalagi jadi satusatunya desa yang menolak pembebasan lahan
gemes deh dengan pihak-pihak tertentu terutama yang bergerak dibidang industri yang tetiba mengklaim tanah warga terlebih ini warga transmigran yang susah payah bertahan hidup dan berkembang disana. btw, apa memang hak tanah diberikan pada warga atau tidak ya sehingga keluar klaim sepihak?
idealnya, begitu transmigran hijar pemerintah gak hanya kasih rumah tapi juga sertifikat kepemilikan rumah dan tanah warga. jadi kasus klaim sepihak gak akan terjadi ya
nahas banget kasusnya. klaim sepihak itu emang mengerikan sih, yang ujung-ujungnya juga merugikan
Semoga masyarakat adat dapat memperoleh haknya dan pengelolaan serta peruntukan Dana Nusantara ini dapat tepat sasaran, ya.
Tantangan terbesar dari Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal adalah kebijakan pemerintah yang semakin hari semakin merugikan. Semoga dengan adanya Dana Nusantara dari WALHI, bisa semakin memberikan semangat dan apresiasi bagi Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal.
Ngikutin cerita perjuangan warga Desa Nusantara ini bikin sedih juga emosi. Perusahaan sawit itu apa ngga lihat usaha mereka ngubah rawa gambut jadi lahan produktif? Semoga WALHI bisa terus mendampingi masyarakat Desa Nusantara dari ancaman penyeragaman komoditas